MASIH lima belas menit lagi, tetapi Kara sudah tiba di lokasi pertemuannya dengan Topan. Tiga belas hari sejak Topan meninggalkan kartu namanya, Kara baru memantapkan niat untuk menyetujui wawancara dengan staf redaksi itu.
Coffee shop dekat rumah sakit tempat Kara kembali menjalani jadwal fisioterapinya ditetapkan sebagai tempat pertemuan mereka. Bertepatan hari ini juga Kara menegaskan sekali lagi jawabannya atas permintaan Profesor Lesmono tempo lalu.
Keputusannya tetap sama. Ia tidak bisa ikut Profesor Lesmono tinggal di Jepang. Ia tidak bisa hidup berjauhan dengan Bagas. Katakanlah ia naif. Namun, pergi juga tidak akan menyelesaikan masalah hubungannya yang renggang dengan Bagas. Pun, setidaknya sebelum Bagas menikah, Kara berharap masih dapat tinggal bersama kakak satu-satunya itu.
Namun, membahas kembali rencana pernikahan Bagas dan Irena, apakah itu masih mungkin?
"Aku mencintaimu. Cuma kamu orang yang aku inginkan dari dulu. Bukan Mas Bagas atau siapa pun."
Mana mungkin Kara sanggup mengatakan pada Bagas bahwa gadis yang dicintainya ternyata hanya berpura-pura saja? Hati Bagas pasti akan sangat terpukul, terlebih Kara tidak mau dirinya dianggap sebagai orang ketiga.
Haruskah ia berbicara lagi pada Irena nanti supaya tidak meninggalkan Bagas?
"Maaf, saya terlambat. Apa Anda sudah menunggu lama?"
Orang yang ditunggu-tunggu akhirnya datang juga. Dengan wajah datarnya, Kara menyahut, "Tidak, Anda datang tepat waktu. Cuma saya yang sengaja tiba lebih awal." Ia lalu mempersilakan Topan duduk serta memberinya kesempatan mengajukan pesanan kepada pramusaji coffee shop.
"Sebelumnya saya ucapkan terima kasih karena Pak Askara sudah bersedia menghubungi saya," kata Topan semringah.
"Saya hanya ingin menghargai tamu yang sudah menyempatkan jauh-jauh datang ke Sambara Stable demi menemui saya. Justru saya yang berterima kasih karena hari ini hampir dua minggu berlalu sejak Anda meminta kesediaan saya sebagai narasumber. Saya hampir ragu bahwa tanggal pertemuan ini mungkin sudah kadaluarsa."
"Anda bisa bercanda juga rupanya." Topan tak mencegah tawanya membahana. Sadar hanya dirinya yang tertawa sendirian, laki-laki berkemeja kantoran rapi itu pun segera menata sikap formalnya kembali sambil berdeham untuk menjernihkan suara. "Saya sudah mengatakan bahwa Anda bisa menghubungi saya kapan pun Anda siap. Artikel mengenai Sambara Stable masih menjadi prioritas dalam perencanaan kami. Kami tidak ingin mengambil informasi secara asal-asalan, kecuali dari pemiliknya secara langsung. Maka dari itu, entah mau hari ini, bulan depan, bahkan mungkin tahun depan, kami akan bersedia menunggu."
Kedua siku Kara yang sedari tadi disandarkan pada armrest kursi roda berpindah menumpu pada pinggiran permukaan meja. "Baik, sebelum kita mulai, bagaimana kalau kita berbicara secara lebih informal saja? Saya rasa kita seumuran. Jadi cukup bisa panggil saya Kara saja."
Topan mengangguk setuju. "Ya, saya rasa itu lebih baik. Kamu juga bisa panggil saya Topan."
Selanjutnya sesi tanya jawab berlangsung sebagaimana mestinya. Topan mengajukan beberapa pertanyaan umum terkait lokasi wisata yang sudah dibangun lebih dari satu dekade tersebut. Kara menjawab dengan baik berdasarkan sejarah didirikannya Sambara Stable yang masih berada di bawah naungan Wardaya Corporation.
Pertanyaan bergulir pada pesona beragam karya mural yang berhasil mencatatkan nama Sambara Stable ke dalam urutan pertama hasil penelusuran jagat dunia maya. Salah satu yang paling terkenal adalah mural sayap malaikat.
"Kebetulan dulu saya mahasiswa DKV di mana menggambar juga merupakan keahlian saya. Jadi sedikit-banyak saya tahu tentang seni mural. Sama halnya mural-mural ikonik Sambara Stable, saya juga telah mengamati sendiri detailnya yang memang mengagumkan. Saya pernah baca artikelnya kalau semua mural itu dibuat oleh empat orang mahasiswa Seni Rupa Murni asal Indonesia yang pernah kuliah di Universitas Mimar Sinan, Istanbul, Turki. Mereka menamai komunitas mural itu dengan Mimosa."
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret
General Fiction[ON GOING] New Adult | Religi | Romantic Drama Ageng Candramaya Lintang, seorang penulis novel platform digital yang karyanya telah dibaca jutaan kali. Kehilangan ide untuk cerita terbaru, membuat Ageng menerima tawaran berlibur dari sepupunya denga...