ENIGMA 1 ~TRAUMA~

92 20 20
                                    

Happy Reading!

Sunyi, hanya terdengar suara hewan malam dari taman belakang rumah. Aarav duduk di salah satu sofa, matanya menatap taman dari pintu kaca, kosong.

Aaron menyentuh bahu Aarav pelan, "Aar, kau lihat apa? Ayo makan!" Aaron menatap Aarav khawatir.

Aarav menggeleng pelan. Jarinya teracung menunjuk ke arah taman, "Kupu-kupunya...lucu..." senyum mengembang di wajahnya, "Mama... pasti suka kan?"

DEEGG!

Aaron terdiam seketika, "Kumohon, jangan ... lagi ...." Aaron memejamkan matanya, berharap.

"Mama ...." raut wajah Aarav berubah seketika, tubuhnya gemetar hebat. "Mama!" Aarav menjambak rambutnya, suaranya pilu. Bulir-bulir Kristal bening itu berjatuhan dari sudut matanya, Aarav menangis histeris. Bayangan kejadian itu berputar di kepalanya.

"Mama! Mama!" Aarav menggoyang badan Mamanya yang terhimpit,

Mama mengelus kepala Aarav lemah, "Jaga diri baik-baik Aarav ...."

"Mamaa!"

Wajah penuh darah yang mengelus rambutnya itu terekam jelas di memori otaknya. Nafasnya mulai tersengal-sengal, Ia memukul kepalanya dengan harapan ingatan itu menghilang.

"Arghhh!"

Aaron memegan pundak Aarav, berusaha menenangkan. "Aarav! Aarav! Tenang, kakak disini."

Tangan Aarav terulur ke depan. Netranya seakan melihat putaran ulang kejadian mengerikan itu. "Mama ...!"

"Iya Aarav!" Aaron menangkup wajah Aarav, menatap manik mata adiknya. "Dengerin Kakak ya? Mama udah tenang di sana. Aarav nggak usah khawatir lagi ya? Mama baik-baik saja," Aaron menatap Aarav sendu. "Aarav ngga sendiri. Ada Kakak, jadi nggak perlu takut. Ngga papa ..." Aaron menarik adiknya ke dalam pelukannya. "Iya Aarav, ngga papa."

"Mama ...." Aarav mematung dalam pelukan Aaron, sisa-sisa ketakutan masih ada.

Aaron memeluk adiknya erat, "Maaf, maaf ... Kakak minta maaf." Perih, hati Aaron perih melihat keadaan adiknya yang begitu kacau. Mengenaskan.

~

Matahari terlihat terik, siang itu di kampus tempat Aaron menuntut ilmu.

Frey menatap ponselnya cemas. "Hari ini Aaron ngga masuk kelas lagi ya?" gumam Frey. "Chatku juga nggak dibalas, Aarav nggak kenapa-napa kan?"

"Frey!" Keenan, gadis yang merupakan sahabat dekatnya itu melambaikan tangan, ia berlari kecil menghampiri Frey. "Siang!" sapanya ceria.

Frey tersenyum. "Siang juga! Udah selesai kuliah?"

"Udah ..." Keenan memperhatikan sekeliling. Menyadari ada yang kurang. "Tumben ngga sama Aaron?"

Frey menggeleng pelan. "Dia ngga masuk tadi."

"Eh!" Keenan terkejut. "Padahal aku pengen ke rumahnya. Aarav baik-baik ajakan?"

"Aku juga nggak tahu, Aaron belum baca chatku dari tadi." Frey kembali menatap layar ponselnya.

"Kamu mau jenguk mereka?" tanya Keenan.

Frey tampak berpikir. "Pengen sih. Tapi apa ngga papa? Kalau mereka lagi ada masalah gimana?"

"Iya juga sih ..., kapan-kapan aja deh," ucap Keenan berat hati.

Keenan menunduk lesu, "Padahal aku pengen ketemu Aarav." gumamnya pelan.

"Eh, Aaron barusan balas chatku. Katanya nggak papa, tapi Aarav lagi tidur. Mau ke sana?" tanya Frey.

Por Trás Da Cena [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang