ENIGMA 32 ~TRUE~

9 0 0
                                    

Happy Reading!

Pagi menyapa, matahari sudah menampakkan dirinya, sesekali terdengar kicau burung dari taman belakang.

Aaron tengah sibuk menyiapkan sarapan, sedangkan Aarav sudah duduk manis menatap Aaron yang bergerak lincah di dapur.

"K-kak ...." panggil Aarav, wajahnya ia tumpu dengan tangan kanannya.

"Hmm, apa?" tanya aaron, ia meletakkan piring di depan Aarav. "Sarapannya udah jadi tuh, buruan dimakan." Aaron melepaskan celemeknya, ikut duduk.

"Hu-um," Aarav terdiam, ia menatap piringnya, berpikir, "Ca-kra ... ke-mana ... lama, nggak main ...?" tanya Aarav penasaran.

Aaron terkejut, "Ah, dia lagi sibuk, jadi mungkin bakal jarang main kesini." jawab Aaron berbohong, ia takut Aarav akan kembali drop jika mendengar kebenarannya.

Aarav mengangguk, ia mengambil sendoknya, memakan sarapannya pelan.

Aaron tersenyum, tiba-tiba kepalanya berdenyut kencang. Aaron meletakkan sendoknya, memijat kepalanya pelan.

"K-kakak ..., ke-napa?" tanya Aarav cemas.

"Nggak papa kok! Cuma pusing dikit!" Aaron mengambil sendoknya, kembali melanjutkan sarapan.

Aarav menatap kakaknya, tangannya terulur menyentuh pipi pucat Kakaknya.

"Eh?" Aaron tersentak kaget.

"Pa-nas ... nggak ...." gumam Aarav, ia menarik tangannya kembali.

Aaron tersenyum tipis, "Kakak beneran nggak papa kok, nggak perlu khawatir! Sarapanmu nanti dingin lho! Buruan dimakan!" ucap Aaron, memperingatkan.

"Humm," Aarav menurut.

Ting! Tong!

Suara bel yang berbunyi itu membuat Aaron menghentikan sarapannya.

"Ah, ada tamu, ya. Sebentar ya Aar ...." Aaron bangkit, menuju ruang tamu membukakan pintu.

"Kak Aziel? Tumben kemari ...," ucap Aaron saat melihat sosok Aziel di depan rumahnya.

Aziel mendengus, "Aku gabut, boleh main nggak?"

"Boleh lah! Masuk aja, Kak!" Aaron mempersilahkan Aziel masuk.

Aziel melangkah masuk, netranya menatap setiap sudut rumah keluarga Adhimanggala itu.

"Sepi amat ...," komen Aziel.

"Ya ... kan, cuma ada Aku sama Aarav disini." sahut Aaron menjelaskan.

Aziel seketika teringat, "Oh ya, dimana Aarav?"

"Dia ada di dapur, sedang sarapan. Kakak mau ikut sarapan juga?" tawar Aaron.

"Tidak usah, aku sudah sarapan tadi. Kamu lanjutkan saja sarapannya. Sorry ganggu, Aku mau jalan-jalan aja, boleh nggak nih?" Aziel masih menatap rumah keluarga Adhimanggala, yang sebenarnya tidak jauh beda dari rumahnya, hanya saja rumahnya lebih kecil dibanding rumah ini.

Aaron mengangguk, "Boleh kok Kak! Kalau begitu Aku ke dapur dulu." pamit Aaron.

"Huum!" Aziel melangkahkan kakinya menyusuri setiap jengkal rumah itu. Netranya memperhatikan setiap sudutnya, detail. "Nggak ada yang mencurigakan ...." batinnya, ia segera kembali ke ruang tengah.

"Lho, sudah selesai jalan-jalannya?" tanya Aaron, ia membawa nampan berisi obat-obatan, meletakkannya di meja ruang tengah.

Aziel mendudukkan dirinya di sofa, "Hmm," netra Aziel menatap obat-obatan di meja, "Dia, minum obat sebanyak itu tiap hari?"

Por Trás Da Cena [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang