Happy Reading!
Kau tahu arti air mata yang pertama kali turun dari mata kiri? Itu artinya air mata kesedihan.
Cakra terlentang di lantai kamarnya, tubuhnya sakit, teramat sakit dan tidak bisa digerakkan. Nafasnya tersengal, tubuhnya seakan-akan ditusuk ribuan jarum.
"Ma-ma ..., maaf ..., maaf ...." Pandangannya buram, telinganya berdengung kencang, hidungnya meneteskan darah, mengotori wajah tampannya.
Pintu kamar Cakra terbuka pelan. Bisa ditebak siapa. "Ravy say-"
Mama, orang yang tadi membuka pintu itu terkejut, ia berlari menghampiri putra kesayangannya.
"Rav-RAVY!" Mama mengangkat kepala Cakra, memangkunya panik. "Kamu kenapa sayang?!" Mama panik melihat darah yang berceceran di lantai, serta hidung Ravy yang masih terus mengeluarkan darah. Disekanya pelan hidung Ravy. Dengan tangan gemetar hebat. Ia sungguh takut.
"Ravy? Kamu denger Mama kan? Jawab sayang!" ucap Mama bergetar, matanya berkaca-kaca. Siap menumpahkan air mata itu kapan saja. Membuat kedua pipinya basah.
Cakra membuka mulutnya, tapi tidak keluar. Jangankan untuk bicara. Ia bahkan tak sanggup untuk sekedar menggerakkan bola matanya menatap mama.
"Ma-ma ..., i-ni Mama kan?" tanya Cakra dalam hati, pandangannya buram. "Maafin ... Ravy ya Ma .... Maaf ..., Ravy ngecewain Mama ...," suara tertahan di tenggorokan, tak keluar. Air matanya menetes, ia menyesal. Benar-benar menyesal telah menuruti amarahnya sesaat. Tapi, benar kata Aziel, penyesalan selalu datang terlambat ....
"Ravy! Bertahan sebentar lagi sayang! Mama mohon ...," ucap Mama dengan air mata berderai, netranya yang sembab menangkap ponsel putranya yang tergeletak di bawah meja belajar. Mama mengambilnya, menelepon siapa pun asal.
"Yo! Kenapa nelpon tiba-tiba?" tanya Aziel di seberang. Orang yang dihubungi mama asal.
Suara mama bergetar. "To-tolong ..., kamu teman Ravy kan? T-tolong Ravy-"
"Akh!" darah mengalir deras dari mulut Cakra, tubuhnya kejang tiba-tiba..
"RAVY!" Mama membuang ponsel Cakra, tak peduli. Ia menghampiri Putranya yang terus memuntahkan darah, menangis tersedu.
Aziel terkejut. "Tante? Tan-Cakra!" Aziel bergegas memutus panggilan, beralih menelepon ambulans. Ia berlari cepat, mengambil kunci motornya. Mengebut di jalanan.
"Ravy? Kamu kenapa?!" tanya Mama dengan suara bergetar, tak sanggup melihat putranya tersiksa.
Tubuh Cakra mengejang hebat, nafasnya terputus-putus. Seakan paru-parunya menolak udara yang ingin masuk.
"A-aaa ...," Cakra mencoba membuka mulutnya, tapi suara tetap tidak keluar. "Sakit ..., sakit sekali .... Ma-ma ... sakit ... tolong ...," mata Cakra terpejam perlahan, bersama dengan deru nafas yang kian melemah. Kesadarannya direnggut paksa.
Mama menatap Cakra, kosong. Ia terlalu syok sekarang. "Ra-ravy ...," ia merengkuh tubuh yang sudah tak bergerak, dengan air mata yang terus berderai.
"Cakra?!" Aziel menerobos masuk, ia segera berlari ke kamar Cakra. "Hah ..., hah ...," nafasnya tersenggal, menatap Cakra yang berada dalam rengkuhan ibunya.
"Kenapa ... Ravy ...? kenapa Ravy tidak bernafas?" tanya Mama, syok.
Aziel menghampiri Mama Cakra. "Ta-tante ..., izinin Saya buat meriksa Cakra ...," izin Aziel hati-hati.
Mama menatap Aziel kosong, mengangguk pelan.
Aziel mengambil alih tubuh Cakra, memeriksa kondisinya.
![](https://img.wattpad.com/cover/258584310-288-k148087.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Por Trás Da Cena [END]
Teen FictionApa yang ada di balik layar? Apakah sama seperti yang kebanyakan orang lihat di panggung pertunjukan? Atau sedikit, bahkan jauh berbeda? Apakah pahlawan yang dilihat semua orang itu benar-benar pahlawan? Ataukah, bukan? Atau bahkan ialah tokoh jahat...