Happy Reading!
“Aziel!” teriak Gio, “Kenapa orang itu memakai senjata api dengan peluru asli? Bukannya obat bius?!” batin Gio tak tenang.
Aziel menatap Gio sekilas, lalu kembali menatap Aaron.
“Jadi, apa kau mau menyerah sekarang? Agar semuanya menjadi mudah? Kau juga pasti sudah lelah berakting bukan?” tanya Ezra dingin.
Aaron menunduk, ia menutup mata dengan tangannya, “Ha ..., hahaha ....” ia terkekeh pelan.
“Apa yang kau tertawa kan? Apa ada yang lucu di sini?” tanya Aziel serius.
Aaron mendongak, ia tertawa keras, “HAHAHAHAHAHA ....”
Semua tersentak kaget, waspada.
Aaron menyibak rambutnya kebelakang, “So, begitukah. Aku ketahuan, ya?” ia terkekeh sinis, “Aku cukup tercengang, kalian bisa tau sejauh itu, ya .... Tidak perlu dipertanyakan lagi, karena ada calon detektif muda jenius disini.” puji Aaron, “Ngomong-ngomong Aku tersanjung di sambut todongan, ehm, tiga puluh pistol? Apa Aku benar? Dengan lima diantaranya berisi peluru asli, termasuk yang kau gunakan.” Aaron melirik Aziel yang berada di lantai dua, “Aziel Emilio.”
Aziel melirik Aaron tajam, seringai terbit di wajahnya, “Akhirnya sifat aslimu terlihat juga .... Apa kau sudah puas berakting selama ini?” tanya Aziel sinis.
“Hmm, Aku tidak berakting lho selama ini, justru itulah sifat asliku yang sebenarnya.” Jelas Aaron santai, tak peduli dengan tiga puluh pistol yang menodong ke arahnya.
“Jangan melawak! Dasa br*ngs**k!!” teriak Gio marah.
Aaron melirik Gio yang wajahnya sudah merah padam, “Wow, apa kau benar Gioffrey yang selama ini selalu tenang? Kenapa jadi semarah ini?”
“Berhenti basa-basi, Aaron. Menyerahlah, ah, Aku sampai bosan mengatakannya.” Aziel mendengus kesal, tangannya pegal mengangkat senjata api itu, berat.
Aaron menghela nafas, “Hah ..., tuduhan itu, yang menghasut Cakra, lalu membunuhnya, benar, itu Aku. Yang mengganti obat milik Aarav, itu juga benar. Lalu, yang merusak mobil orang tua Aarav hingga mengalami kecelakaan maut, itu juga benar. Ya semua itu adalah, ulahku.” jelas Aaron santai.
“A-aaron, ke-napa ...” Frey menggelengkan kepalanya, berharap itu hanya halusinasinya saja.
Ezra menggeram marah, “Br*ngs**k! Kau bedebah!!!”
“Tapi kalian menuduh Aaron, padahal itu bukan salahnya. Tega sekali kalian.” Aaron bersedekap, “Orang seperti kalian lah yang tidak cocok bersahabat dengan Aaron.”
“Apa, yang kau katakan? KAU ITU AARON SIALAN!!” teriak Gio geram.
Aaron melangkah maju, hanya satu langkah. Ia menghela nafas.
“Bukan, Aku bukan Aaron.”
Semua terkejut, antara bingung dan kaget.
“Ah, biar kuperkenalkan diriku terlebih dahulu. Aku Eren, dan Aku, bukan Aaron yang kalian kenal ....” ucap Eren dengan senyum tipis.
Aziel menatap Aaron janggal, “Kenapa ..., sifat dan sikapnya sangat berbeda dari Aaron yang tadi ...? Dan lagi ..., dia saat ini, ataupun tadi, bukanlah akting! Dua-duanya memang sifat aslinya, tapi ... bagaimana bisa?!” batin Aziel berkecamuk.
“Berhenti mempermainkan kami sialan!!” teriak Gio frustasi.
“Hei, Aku tidak sedang mempermainkan kalian, Aku hanya mengatakan apa adanya lho!” Eren tersenyum manis.
![](https://img.wattpad.com/cover/258584310-288-k148087.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Por Trás Da Cena [END]
Roman pour AdolescentsApa yang ada di balik layar? Apakah sama seperti yang kebanyakan orang lihat di panggung pertunjukan? Atau sedikit, bahkan jauh berbeda? Apakah pahlawan yang dilihat semua orang itu benar-benar pahlawan? Ataukah, bukan? Atau bahkan ialah tokoh jahat...