ENIGMA 13 ~NIGHTMARE~

12 7 0
                                    

Happy Reading!

Aaron menggenggam tangan Aarav, gemetar. Air matanya tak berhenti keluar, menangisi adiknya. Juga kecerobohannya.

"Maaf ... maafin Kakak ...." Aaron terisak hebat, dipandanginya wajah Aarav yang lebam akibat pukulan Cakra. Rasa bersalah bergumul di dadanya.

Frey menyentuh pundak Aaron pelan, "Ren, ayo makan ... kamu belum makan dari siang kan?"

Aaron menggeleng, "Nggak, ini semua salahku, harusnya Aku nggak ninggalin mereka gitu aja ... ini salahku ... Keenan celaka itu juga salahku ... Aarav juga celaka itu salahku...." Aaron kembali menyalahkan dirinya, ia terus terisak. Mukanya sudah memerah, seperti orang demam. Saking lamanya ia menangis.

"Nggak, itu bukan salahmu ...." Frey berusaha menenangkan Aaron. "Nggak ada yang tahu bakal jadi seperti ini, jadi please ..., jangan salahin diri sendiri terus. Kamu juga harus makan, mereka pasti baik-baik saja."

"K-kak ...." Aarav mengerjapkan matanya, memanggil Aaron, lirih.

"Aarav? Akhirnya kamu bangun juga ..., Ka-kakak takut ...." Aaron memeluk Aarav erat.

"Kee ma-na ...?" tanya Aarav terbata.

"Kamu tenang aja ya! Keenan udah dibawa Cakra tadi. Dia pasti sudah ditangani dengan baik," jelas Frey lembut.

Gio membuka pintu kamar, membawa masuk nampan, dan menaruhnya di nakas.

"Untunglah kamu sudah sadar, buruan makan! Kamu juga Ron!" perintah Gio.

Aaron menggeleng, "Aarav aja, Aku nggak laper ...."

Gio mendelik, "Nggak terima penolakan! Pokoknya kalian harus makan!" ucap Gio tegas. "Pokoknya nggak mau tau! Frey suapi dia!" perintah Gio ketika melihat Aaron yang masih tak bergeming.

"Hee?" Frey terkejut.

"Iya oke, Aku makan sendiri!" Aaron mengambil mangkuk, "ini bubur?" tanyanya retoris, Aaron mengernyit. Ia tak terlalu suka makanan khas rumah sakit itu.

"Bukan!" sahut Gio.

"Kenapa harus bubur sih?" Aaron menatap mangkoknya tak berminat.

Frey terkekeh, "Ya, karena Aarav lagi sakit, jadi wajar kan kalau Gio masaknya bubur ...."

"Ya tapi ...." Aaron menghela nafas.

"Apa? Mau protes?" tanya Gio galak.

Aaron cemberut. "Nggak, galak amat ...." cibir Aaron pelan.

"Udah, buruan dimakan, kamu juga Rav, keburu dingin." ucap Gio.

"Ezra mana? Kok nggak kelihatan?" tanya Frey pada Gio.

"Aku suruh cuci piring tadi."

"Haiii!" Ezra masuk ke kamar, ceria. Salah satu kebiasaannya, selalu muncul saat digosipkan. Entah kebetulan atau apa.

Gio menatap Ezra curiga, "Udah selesai nyuci piringnya?"

"Udahlah!" jawab Ezra sombong.

"Bersih nggak?" tanya Gio, masih tak yakin.

Ezra meringis, lalu menggeleng pelan. "Nggak tau." Ia berlalu menghampiri Aarav, duduk di pinggir ranjang, "Eh, Aaravku pipinya kenapa?"

Frey memutar bola matanya, "Telat banget responnya," sindirnya pada ketidak-pekaan Ezra.

"Ya kan baru tau ... tapi beneran lho itu ... bengkak banget, sakit nggak Rav?" Ezra meringis membayangkan jika ia yang dipukul oleh Cakra yang sedang mengamuk. Satu kata, mengerikan.

Por Trás Da Cena [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang