ENIGMA 26 ~LOGIC~

6 0 0
                                    

Happy Reading!

Gio membolak-balikan kertas di tangannya, ia menatap kertas tersebut serius. Sesekali ia mengulang membaca isi kertas itu.

“Sejak kapan kertas ini ada di tasku? Dan lagi ..., pesan apa ini?” raut wajah Gio serius, ia memperhatikan tulisan tangan itu. “Siapa yang mengirimnya? Aziel? Tapi, Aku bahkan belum bertemu dengannya hari ini.” batinnya bingung.

Gio mengambil buku, lantas mencoret-coretnya.

“Penculikan Aarav, berakhir buntu .... Tersangka utama, menurut Aziel, Cakra. Dan ..., pesan ini? Siapa yang dimaksud pengirim pesan?” Gio merebahkan badannya menatap langit-langit kamar, berpikir. “Cih! Aku lagi nggak mau mikir! Besok aja ah!”

Gio bergulung di kasurnya, menelentangkan badannya.

“Tapi ..., kenapa rasanya ada yang janggal? Semua ini ..., menyerang Aarav secara tidak langsung, merusak mentalnya habis-habisan. Penculikannya, kematian Keenan, dan .., kecelakaan orang tuanya.” Mata Gio mulai berat, ia memeluk bantalnya.

“Aku tidak tahu ....” mata Gio terpejam perlahan, terlelap.

~

Kantin itu tidak terlalu ramai, hanya ada beberapa kelompok yang mengisi meja-meja kantin.

Gio menghela nafas lelah, suasana hatinya sedang tidak baik.

“Bro oke?” tanya Ezra khawatir, “Napa? Udah kayak jemuran, kusut banget tu muka. Belum sarapan? Mau dibeliin bakmi?” tawar Ezra.

Gio menggeleng, “Nggak, makasih.” Ia meletakkan kepalanya di meja, lesu

“Mie ayam? Batagor? Bakso? Pekpek?” tanya Ezra lagi.

“Nggak,” jawab Gio tak minat, “Beliin jus alpukat aja sana!”

“Makanannya kagak?” tawar Ezra.

“Nggak.”

 “Oke!” Ezra mengangguk,ia segera beranjak, memesan.

Gio memejamkan matanya, lelah.

“Nih!” Ezra menempelkan segelas jus alpukat dingin di pipi Gio.

“Cepet banget.” Gio mengusap pipinya, dingin.

Ezra kembali duduk, “Udah nggak usah banyak komen, cepet diminum. Kalau udah nggak dingin nggak enak.”

“Hmm.” Gio mengaduk jusnya, menyeruputnya.

“Jadi?” Ezra menatap Gio penasaran.

Gio mendongak, menatap Ezra bingung, “Apa?”

“Jadi kenapa kamu bisa jadi kayak gini?” jelas Ezra, entah kenapa ia merasa Gio menjadi sedikit lola.

“Aarav ....” Gio menunduk.

Ezra mengernyit, “Dia kenapa?”

“Semua kejadian yang menimpanya ..., seperti, terlalu kebetulan ....” jelas Gio sedikit ragu.

“Eh?” Ezra mengernyit tak paham.

Gio menghela nafas, “Maksudku ..., kecelakaan orang tuanya, kematian Keenan, lalu penculikannya. Kau, tidak curiga seandainya itu semua disengaja oleh seseorang?”

“Untuk penculikan ..., sejujurnya Aku masih curiga dengan, Cakra.” ucap Ezra terus terang, “Tapi, kematian Keenan, dan kecelakaan itu ..., apa ada kaitannya juga?” Ezra menatap Gio, tak paham.

“Aku juga tidak terlalu yakin .... Tapi, orang yang menculik Aarav lebih dari satu, ada orang lain di belakangnya. Seperti, otak dari kasus ini.” Jelas Gio sedikit ragu, “Jika benar, maka tersangka utamanya ... sebut saja Cakra, hanyalah alat baginya untuk menghancurkan Aarav, dan mungkin juga Aaron secara tidak langsung. Dan, dia juga mempengaruhi keputusan polisi sehingga kasus menjadi buntu.”

Por Trás Da Cena [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang