Happy Reading!
"Hah ... hahh ...." Cakra terbangun, ia memegang kepalanya, "Mimpi ... tapi, rasanya nyata sekali ...." Siluet sosok yang teramat ia cintai muncul di benaknya, "Keenan ...," Cakra bangkit, ia bergegas mencuci mukanya. Dengan tergesa, ia menyambar jaketnya, turun.
"Eh, Ravy udah bangun, mau kemana?" tanya Mama heran.
Cakra menguk air putihnya, cepat, "Nyusul Keenan!" ia berlari keluar, tak memedulikan mamanya yang masih menatapnya penuh tanda tanya. "Ma! Bilangin Papa Aku pinjam mobilnya!"
"Eh, iya!" Mama menggelengkan kepalanya, "Dasar, padahal tadi pagi ngusir. Terserah deh."
~
Keenan menatap intens pada Aarav yang sibuk membaca buku. Entah berusaha menelisik apa.
"Rav, ngapain dah? Nggak bosen baca buku terus?" tanya Keenan, ia mulai merasa jengah hanya duduk menatap Aarav.
Aarav menggeleng pelan, "Su-ka ...."
"Iya deh iya ..., mau Aku bacain?" tawar Keenan.
"Bo-leh ...?" Aarav menatap Keenan sungkan.
Keenan mengangguk, lengkap dengan senyum lebarnya, "Apa sih yang nggak buat kamu?"
Aarav diam, agak tak mengerti maksud perkataan Keenan. Yang pasti intinya, Keenan mau membacakan buku untuknya.
"Udah siniin bukunya ...." Keenan mengambil buku dari tangan Aarav, "Yang mana nih yang dibacakan?"
Aarav membuka setiap lembar, "ini."
"Okay, dengerin ya ...." Keenan mulai membaca, sementara Aarav duduk bersandar di sofa, mendengarkan.
Tiga puluh menit berlalu, Keenan menutup bukunya.
"Udah ... Rav, laper nggak?" tanya Keenan.
Aarav menggeleng pelan.
"Laper aja ih laper! Aku bikinin cemilan dulu." Keenan bangkit, hendak ke dapur.
Aarav menahan Keenan, menggeleng.
"Nggak papa! Aku maksa!" Keenan melepas tangan Aarav perlahan, "Tungguin bentar ya!"
"Hmm." Aarav mengambil buku yang lain, membaca. Atau sekadar melihat-lihat isinya.
~
Aaron bergegas, ia melewati lorong-lorong gedung utama perusahaan Adhimanggala, gelisah.
"Apa ada masalah lain selain ini?" tanya Aaron pada sekretaris pribadinya.
"Tidak ada masalah serius lainnya Tuan. Kami bisa mengatasi masalah lainnya, Tuan tidak perlu sampai turun tangan langsung." jelas sekretaris yang berjalan di belakang Aaron. Membawa sebuah tablet di tangannya.
"Baiklah, Aku akan langsung pulang setelah ini." Aaron mengambil coat, lantas memakainya cepat.
"Baik Tuan."
Aaron bergegas keluar, "Perasaanku tidak enak," batinnya.
~
Cakra memukul setir kemudinya lumayan keras, gelisah.
"Ck! Kenapa harus lampu merah lagi! Aku sedang buru-buru!" ia mengumpat pelan.
Lampu berganti hijau, Cakra dengan segera melesatkan mobilnya di jalanan dengan kecepatan tinggi. Tidak peduli sumpah serapah pengguna jalan lain, di pikirannya hanya ada Keenan.
Cakra memarkirkan mobilnya asal di depan pagar rumah keluarga Adhimangga, teman kembarnya. Kemudian berlari masuk ke dalam tanpa permisi.
"Keenan!"

KAMU SEDANG MEMBACA
Por Trás Da Cena [END]
Ficção AdolescenteApa yang ada di balik layar? Apakah sama seperti yang kebanyakan orang lihat di panggung pertunjukan? Atau sedikit, bahkan jauh berbeda? Apakah pahlawan yang dilihat semua orang itu benar-benar pahlawan? Ataukah, bukan? Atau bahkan ialah tokoh jahat...