Happy Reading!
Aaron meregangkan badannya, lelah. Ia baru saja selesai menemani Aarav konsultasi. Yah, rutinitas barunya selama dua tahun belakangan ini. Tapi ia cukup menikmatinya. Sembari sesekali membaca buku atau istirahat sejenak saat jam konseling Aarav tengah berlangsung.
"Hahh, capek juga." Aaron merebahkan badannya di sofa, "Aar, kamu mandi dulu ya!"
Aarav menurut, ia segera berlari ke kamar.
Aaron memejamkan matanya, "Tadi kata Dokter kondisinya membaik ya, syukurlah. Mungkin aku sudah bisa balik ke kampus lagi." batin Aaron, ada sedikit rasa bahagia menelusup ke dalam hatinya. Ah, dia jadi mudah sekali merasa senang jika ada berita baik yang berkaitan dengan adiknya.
"Kak ...." Aarav duduk di samping Aaron dengan rambut yang masih basah. Sedikit menutupi wajah yang sama persis dengan miliknya.
Aaron terlonjak, "Ah iya," ia membuka matanya, melirik Aarav yang sudah duduk manis, "Kamu lapar? Sudah hampir waktunya makan siang sih. Sebentar ya, Kakak buatkan sesuatu. Kamu duduk aja dulu!" Aaron bangkit menuju dapur. Hendak memasak apa pun dari bahan yang ada. Sepertinya ia akan memasak tumis telur.
Aarav ikut ke dapur, duduk di salah satu kursi, menatap Kakaknya yang sedang memasak.
"Hei, Aar, kalau misal kamu Kakak tinggal sebentar apa tidak apa-apa?" tanya Aaron memecah hening, sambil menyiapkan makanan.
Aarav menggeleng kuat, "Nggak mau ...."
"Kenapa?" Aaron menatap Adiknya, bertanya. Masih dengan tangan yang sibuk menyiapkan makanan.
"Ta-takut ...." cicit Aarav pelan.
Aaron meletakkan nasi di piring Aarav, "Nggak usah takut begitu, Kakak juga cuma pergi ke sekolah kok, nggak boleh ya?"
Aarav mengangkat wajahnya, menatap Aaron, "Kapan?"
"Emm," Aaron tampak berpikir, "Tiga kali seminggu."
Aarav terdiam, ia menimang-nimang, "Nggak ... lama kan?"
Aaron mengangguk, "Enggak kok, Kakak usahakan pulang cepat," Aaron menghampiri Aarav, dan meletakkan makanan di atas meja, "Jadi?"
"Boleh ...." Aarav mengangguk, meski jujur ia sedikit ragu.
"Makasih ya ...." Aaron mengelus puncak kepala Aarav.
"Hmm."
~
Frey mengetuk-ngetuk lantai marmer kampus, netranya meperhatikan sekeliling. Tapi sosok yang ia cari masih belum menampakkan diri. Frey mengetik sejumlah nomor yang sudah ia hafal di luar kepala. Salah satu kebiasaan anehnya. Mengetik nomor yang jelas-jelas sudah ia save.
Frey menaruh ponselnya di dekat telinga, netranya masih memerhatikan sekeliling, menunggu saluran telefon tersambung.
"Halo?" sapa Aaron,
"Kamu jadi masuk hari ini kan?" tanya Frey to the point.
"Maaf siapa ya?" Aaron berusaha melirik layar ponsel yang berada di kursi penumpang di sampingnya. Tak cukup kelihatan, entah karena font ponselnya yang kecil atau matanya yang bermasalah.
"Aaroonn! Ini Aku Frey! Gimana sih?" gerutu Frey kesal.
"Ah maaf, Aku sulit mengingat suara orang." ucap Aaron, jarinya mengetuk-ngetuk setir kemudi. Fokus pada jalanan kota yang ramai. Meski tak sampai macet.
"Ah begitu ya, kamu jadi berangkat ke kampus hari ini, kan?"
Aaron mengangguk, "Hmm, kondisi Aarav sudah mulai baikkan. Jadi bisa kutinggal sebentar."
KAMU SEDANG MEMBACA
Por Trás Da Cena [END]
Fiksi RemajaApa yang ada di balik layar? Apakah sama seperti yang kebanyakan orang lihat di panggung pertunjukan? Atau sedikit, bahkan jauh berbeda? Apakah pahlawan yang dilihat semua orang itu benar-benar pahlawan? Ataukah, bukan? Atau bahkan ialah tokoh jahat...