Happy Reading!
Hari sudah larut, Gio dan Ezra memutuskan menemani Aaron di rumah sakit. Mereka semua terlelap, Aaron tertidur dengan posisi duduk, menggenggam tangan Aarav.
Ezra menggeliat, perutnya berbunyi, "Gio, bangun!" Ezra menggoyangkan badan Gio pelan, "Temenin cari makan di luar."
"Apa sih?" Gio berbalik membelakangi Ezra, "Ganggu, keluar sendiri elah, rese banget!" Gio memejamkan matanya kembali.
"Heehh! Jahat banget," Ezra menatap Gio kesal, "Di luar gelap, emang kamu nggak laper?"
"Nggak! Tu ponsel buat apa emang? Udah ah!" sungut Gio kesal.
Ezra bangkit, ia berjalan keluar, "Galak amat jadi orang!" gumam Ezra kesal. Ia melangkah cepat.
Lorong-lorong rumah sakit sunyi, membuat Ezra merinding. Ia segera membeli roti di kantin Rumah sakit.
"Sepi amat ih, bikin merinding sumpah!"
Ezra terkejut ketika sebuah tangan menepuk pundaknya, "Uwahhh!"
Gio mendelik, "Diem elah! Ini rumah sakit bukan rumah hantu!"
"Ya kamu juga jangan ngagetin!" ucap Ezra kesal.
Gio memutar bola matanya, "Kamunya aja yang kagetan."
"Ngapain keluar?" tanya Ezra basa-basi.
"Cari hantu suster cantik!"
Ezra menatap Gio sok polos, "Emang ada?"
Gio mendengus kesal, "Ya enggak lah."
"Ter—"
"Cari kamu!" potong Gio tak sabar.
Ezra menaikkan salah satu alisnya, "Ngapain?" merasa tak biasa teman super cueknya itu peduli padanya.
"Kalau kamu ilang, aku yang susah tau ngga?" jelas Gio sarkas
Ezra menganggukkan kepalanya paham.
"Udah buruan balik!" Gio mendahului Ezra yang tampak berjalan santai di belakangnya.
~
Aarav mengerjapkan matanya pelan, pusing, kepalanya benar-benar pusing. Ia juga tak tahu berapa lama ia tak sadarkan diri. Seluruh tubuhnya terasa sakit, bahkan saat ia diam. Entah bagaimana kalau ia memaksakan diri menggerakkannya. Manik kelamnya melirik tangan kanannya yang digenggam Aaron. Ia menatap wajah damai kakaknya yang tertidur. Menunggunya bangun. Tentu.
Aarav membuka mulutnya hendak membangunkan Aaron
"...." Tapi suaranya tidak keluar.
Pintu terbuka, Gio dan Ezra terkejut melihat Aarav yang sudah sadar. Entah harus senang atau sedih melihat keadaannya saat ini.
"Aaron!" Ezra bergegas membangunkan Aaron. Mengguncang pelan tubuh sahabatnya.
Aaron membuka matanya perlahan, ia melirik Aarav, "A-Aarav?" panggil Aaron tak percaya. "Aarav!" Aaron langsung memeluk Aarav erat, membuat yang dipeluk sempat tersentak akibat nyeri dari lukanya yang masih basah. "Syukurlah ..., syukurlah kamu selamat! Syukurlah ...." Aaron menangis haru, di bibirnya terpatri senyum lebar.
Gio menatap dua saudara kembar yang masih berpelukan erat, tersenyum tipis.
Ezra mengusap sudut matanya kasar, ia ikut terharu.
~
Beberapa bulan telah berlalu, Aaron menatap langit-langit kamarnya. Menerawang apa yang akan terjadi kedepannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Por Trás Da Cena [END]
Novela JuvenilApa yang ada di balik layar? Apakah sama seperti yang kebanyakan orang lihat di panggung pertunjukan? Atau sedikit, bahkan jauh berbeda? Apakah pahlawan yang dilihat semua orang itu benar-benar pahlawan? Ataukah, bukan? Atau bahkan ialah tokoh jahat...