ENIGMA 6 ~FORGIVE~

18 7 0
                                    

Happy Reading!

Gamezone, Mall Kota. Aaron sedang mendinginkan kepalanya, ia tengah bermain basketball. Sesekali ia melempar bola yang tak punya salah apa-apa itu terlalu kuat. Menyalurkan kekesalannya.

"Ck!" Aaron berdecak kesal mengingat kejadian tadi, "Mengingatnya saja sudah membuatku kesal!" Aaron melempar bola basketnya kuat, "Dan apa-apaan Frey!" ia masih bisa merasakan pipinya yang panas akibat tamparan dari Frey.

"Aku ..." Aaron seketika terdiam, "Keterlaluan ya?" ia mengingat kejadian saat ia mengatakan bahwa adiknya gila, Aaron mengacak rambutnya kesal, "Ah bodo amat! Kenyataan kan kalau dia gila?" Aaron berjalan meninggalkan arena Gamezone. Entah kemana tujuannya, yang terpenting ia bisa meredam emosinya yang memuncak itu.

Sementara itu di depan Mall Kota, Frey tengah berpikir keras, menimang-nimang, "Kalau nggak salah Aaron sering main game kalau lagi marah. Berarti kemungkinan dia lagi di Gamezone. Eh tapi kalau nggak ada? Itukan kebiasaannya dulu banget. Ah nggak tahu lah, coba aja dulu." Frey berjalan masuk, ia segera menaiki eskalator menuju lantai empat. Matanya memperhatikan sekeliling teliti.

"Eh itu ... Aaron kan?" gumam Frey saat tiba di lantai tiga, ia melihat Aaron tengah memakan ice cream. Terlihat dari luar, lewat kaca transparan itu.

Aaron duduk termenung menatap ice creamnya, "Aku tadi ngapain sih? Sampe ngata-ngatain Aarav," Aaron melanjutkan makannya, "Mana sebentar lagi jam makan siang. Pengen pulang ...,"

"Udah selesai jalan-jalannya?" tanya Fey tiba-tiba, ia mendudukkan dirinya tepat di kursi depan Aaron.

Aaron melirik malas, ia mengusap wajahnya kasar, "Nggak tahu. Kalau kamu di sini, Aarav sama siapa?"

Frey tersenyum manis, "Tuh kan nanyain Aarav," Frey menyendok ice cream Aaron, memakannya tanpa seizin si empunya, "Padahal tadi kelihatannya kamu marah banget sama Aarav, emang ya, hubungan kalian tu bener-bener istimewa." Frey menopangkan wajahnya menatap Aaron, "Aku jadi iri sama Aarav."

Aaron mengernyit, "Maksudnya?"

"Ya ... Aku iri aja." Frey menyendok ice cream milik Aaron lagi.

Aaron menggeser ice creamnya ke arah Frey, sudah tak minat. "Kamu belum jawab pertanyaanku tadi."

"Emm, dia sama Gio kok. Aman." Frey mengacungkan jempolnya.

"Ooo." Aaron mengangguk paham.

"Aku habisin ya?" Frey memakan ice cream Aaron yang masih tersisa setengah.

Aaron mengangguk, "Cepetan habisin, terus pulang."

"Adventure-nya udahan berarti?" Frey menatap Aaron.

"Iya."

"Janji dulu!" ucap Frey tanpa menatap Aaron. Masih sibuk dengan semangkok ice cream di depanya.

Aaron menaikkan salah satu alisnya, "Apaan?"

"Minta maaf ke Aarav, sama jangan marah-marah lagi ke dia." ucap Frey santai.

Aaron terdiam, "Emm, Aku nggak bisa janji buat yang kedua."

Frey kembali menatap Aaron, "Kenapa?"

"Hati manusia itu mudah berubah-ubah. Aku cuma takut ..., jika mengingkarinya suatu saat." Aaron memandang keluar, menatap jalanan kota dari jendela.

Frey terpaku, ia segera menghabiskan ice creamnya, "Ayo pulang!"

"Sebentar, bentar lagi makan siang. Aku pesan makanan dulu." Aaron bangkit hendak memesan makanan untuk ia bawa pulang.

Frey menahannya, "Nggak usah, Ezra udah beli kok! Cepat pulang, Aarav udah nyariin kamu dari tadi!" Frey menyeret Aaron ke luar.

"I-iya." Aaron menyeimbangkan langkahnya.

Por Trás Da Cena [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang