ENIGMA 37 ~LAST~

16 2 0
                                    

Happy Reading!

Music On

🎶 Homura 🎶

Aarav duduk memeluk lututnya, ia menunduk, wajahnya pucat.

"Sakit ..., rasanya sakit .... Tubuhku sakit sekali ..., kenapa kalian menahanku di sini ...?" air matanya menetes, ia terjebak di ruangan hampa, tanpa penerangan. "Ka-kakak ..., Aku kangen ...,"

Aarav terisak, ia memeluk kedua lututnya semakin erat.

"Aarav ...,"

Suara yang dirindukannya menyapu indra pendengarannya, Aarav menggeleng, tak ingin berharap.

"Aarav ..., Kakak disini ...."

Aarav terpaku, ia mendongak perlahan. Terlihat wajah yang selama ini ia rindukan.

"Ka-kakak ...?" Aarav menutup mulutnya, tak percaya.

Aaron berdiri di hadapannya, tersenyum hangat. "Iya ..., Kakak di sini ..."

Aarav bangkit, memeluk Aaron erat, menangis tersedu.

"Kakak ..., Kakak ...."

"Hei, jangan menangis .... Kakak sudah di sini bukan?" Aaron membalas pelukan adiknya, mengelus rambutnya pelan.

Aarav menggeleng, "Ke-kenapa pergi ...?" Aarav terisak, pilu.

"Maaf ..., terlalu banyak hal yang terjadi. Kakak ..., juga bingung." Aaron mengusap air mata dari sudut mata Aarav, pelan.

"Kak ..., siapa?" tanya Aarav ketika netranya menangkap orang yang mirip sekali dengan kakaknya.

Aaron melepaskan pelukan Aarav, ikut menatap arah pandang Aarav. Ia menghela nafas pelan, "Dia ..., Eren."

Aarav menatap Eren, intens.

"Kenapa menatapku begitu?" tanya Eren ketus.

Aarav memalingkan wajahnya, gugup. "Ti-tidak ...."

"Cih, bisa-bisanya kau mengurus bocah merepotkan seperti ini!" Eren menatap Aarav yang bersembunyi di belakang Aaron, tak suka.

Aaron menatap Eren tajam, "Eren ...."

Eren memutar bola matanya malas, "Ya ya ya, kau tidak boleh memarahinya, dia itu adikku juga adikmu, bla-bla .... Sudah cukup, Aku kenyang mendengar ocehanmu." gerutu Eren.

Aaron terkekeh, ia menatap Aarav, "Maafkan dia .... Ah, kau pasti bingung, ya? Bagaimana menjelaskannya?" Aaron menggaruk tengkuknya, berpikir. "Ehm, dia ini ..., Aku, kepribadian lain dari diriku. Perwujudan emosi negatifku selama ini. Mudahnya, dia adalah sisi gelap yang selama ini ku sembunyikan ..., yang bahkan Aku sendiri tidak tahu."

Aarav berjalan, mendekati Eren.

"Mau apa ka—"

"Aku sudah mendengarnya, Gio selalu menceritakannya saat menjengukku. Maaf ..., dan terima kasih sudah menjaga Kakak ...." Aarav memeluk Eren erat, "Selama ini Aku bahkan tidak tahu penderitaan Kakak, Aku egois ...," Aarav terisak, "Karena itu ..., terima kasih sudah ada dan menjaga Kakakku selama ini." Aarav tersenyum, "Aku ..., Aku sangat senang mendengarnya. Sekali lagi ..., terima kasih banyak ...."

Eren terpaku, "Kenapa? Kenapa kau berterima kasih? Padahal Aku selalu berusaha menyingkirkanmu ..., Aku ini membencimu. Akulah yang membuatmu jadi semenderita ini. Aku ..., sama sekali tidak paham."

"Karena kau melakukannya untuk Kakakku ...." jawab Aarav, ia memeluk Eren semakin erat.

Eren tersentak, lidahnya kelu.

Por Trás Da Cena [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang