Happy Reading!
Sunyi, rumah keluarga Adhimanggala itu sepi, seakan tidak ada orang di dalamnya. Terlihat di ruang tengah Aarav sedang asyik dengan bukunya, sedangkan Aaron sibuk dengan laptopnya.
Aarav sesekali melirik kakaknya yang terlihat begitu lelah, "Kak, kenapa?" Aarav menyentuh pundak Aaron pelan, khawatir.
Aaron menoleh, lantas menggeleng pelan, "Ngga papa kok, cuma tugasnya susah."
"Mau ... bantu?" tawar Aarav.
"Ngga usah, Kakak ngga papa kok. Kamu main aja." Aaron mengelus kepala Aarav lembut.
Aarav mengangguk patuh, ia kembali mengambil bukunya.
Aaron memperhatikan Aarav, "Kamu mau dessert box nggak?"
Aarav menoleh, "Rasa?"
"Kayaknya masih ada yang rasa yang coklat." Aaron tampak berpikir, mengingat-ingat.
"Boleh." ucap Aarav ceria.
Aaron mengambil dessertbox 'less sugar' yang tersisa di lemari es, kemudian menyerahkannya pada Aarav, "Ini."
"Kakak?" Aarav menatap dessertbox itu.
Aaron menggeleng, "Nggak, Kakak udah kenyang kok."
Aarav mengambil dessert box, lantas menyendoknya, "Aa ...."
"Eh?" Aaron menoleh, lantas membuka mulutnya, "Makasih! Kamu habisin aja, Kakak tadi udah."
"Hmm." Aarav menganggukkan kepalanya, mengerti.
~
Perpustakaan kampus terlihat sepi, hanya ada beberapa orang yang sedang sibuk mengerjakan tugas dan membaca buku. Ezra dan Gio duduk berhadapan, mereka berdua sama-sama sedang membaca buku. Sama-sama buku tebal.
Ezra menutup bukunya, kepalanya ia rebahkan di meja, "Astaga ... otak kecilku nggak bisa memahami ini. Lagian ini materi tentang apa sih?" Ezra berdecak kesal.
"Diem elah!" Gio mendelik tajam.
"Lagian ngapain kamu tiba-tiba ngajak ke perpus, terus nyuruh baca beginian?" Ezra menatap Gio, meminta penjelasan.
"Ini ..., untuk Aarav ...." ucap Gio lirih.
Ezra menegakkan tubuhnya, "Eh?"
"Bagaimanapun caranya kita harus bantu penyembuhan Aarav. Aku ... udah nggak tega lihat keadaannya saat ini." Gio menunduk.
Ezra mengangguk, "Yah ..., Aku paham. Jadi mana yang harus Aku baca?"
"Emm, tentang terapi keluarga mungkin? Jadi seenggaknya kita tahu harus gimana sama Aarav." Gio kembali membuka bukunya.
"Oke!"
~
Aaron menutup laptopnya, tangannya diangkat, meregangkan badan, "Eunghh, selesai juga ngurus berkas perusahaannya," Aaron melirik Aarav yang tertidur di sofa, lantas mengelusnya pelan.
Ting! Tong!
Suara bel itu membuat Aaron bangkit membukakan pintu, "Eh Bibi."
Bibi, pembantu serta tetangganya itu tersenyum, "Ini buat makan siang pesenan Aden tadi," Bibi menyerahkan kantong plastik pada Aaron, "Ada lagi yang lain?"
"Ngga ada lagi kok, makasih ya Bi." Aaron menggelengkan kepalanya.
"Kalau gitu Bibi pulang dulu ya! Kalau ada perlu tinggal panggil aja." Bibi melambaikan tangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Por Trás Da Cena [END]
Fiksi RemajaApa yang ada di balik layar? Apakah sama seperti yang kebanyakan orang lihat di panggung pertunjukan? Atau sedikit, bahkan jauh berbeda? Apakah pahlawan yang dilihat semua orang itu benar-benar pahlawan? Ataukah, bukan? Atau bahkan ialah tokoh jahat...