Happy Reading!
Yeayyy, double up!
Gio dan Ezra berdiri di depan pintu rumah keluarga Emilio.
“Heh, kita beneran jadi nurut banget sama tu orang!” ucap Ezra dengan nada sedikit kesal.
Gio menekan bel, “Ya, mau gimana lagi?”
Bunda-Ibu Aziel-membuka pintu, “Ah, temennya Keenan, bukan? Bener kan?”
Gio dan Ezra sontak berdiri tegap.
“I-iya Tante.” jawab Ezra gugup.
“Ada apa ya?” tanya Bunda heran.
Gio menggaruk tengkuknya, “Emm, maaf Tante kita kesini ma—“
“Yo!” Aziel melambaikan tangannya, ia berjalan mendekat, “Mereka temanku yang mau main Bun!” jelas Aziel sambil merangkul pundak Gio.
“O-oh ..., kalau gitu masuk saja,” Bunda mempersilahkan Gio dan Ezra masuk, “Mau minum apa?” tanya Bunda.
Gio menggeleng, “nggak perlu repot-repot Tante, kita cuma mau main aja kok!” tolak Gio sopan.
“Chocolate ice tiga ya, Bun! Sama ditambahin cemilan juga nggak papa!” Aziel menyengir lebar, menatap Bundanya yang menggeleng.
“Okay!” Bunda masuk ke dalam, menuju dapur.
Gio dan Ezra masih setia memandang Aziel, heran.
Aziel menoleh, menatap dua teman adiknya garang, “Apaan liat-liat?”
Ezra menggeleng, “nggak, nggak nyangka aja.”
“Udah yok, ke kamarku!” ajak Aziel sambil menutup pintu, lantas berjalan menaiki tangga.
Gio dan Ezra mengekor di belakang Aziel.
~
Aziel mempersilahkan Gio dan Ezra masuk, ia langsung duduk di kursi, menyalakan komputernya.
Tangan Aziel menggerakkan mousenya, membuka folder berisi foto-foto.
“Jadi, langsung saja, kalian harus lihat ini.” Aziel mengklik salah sebuah foto, dan menggesernya.
Gi dan Ezra berdiri di belakang Aziel, memperhatikan.
“Ini kan ....” gumam Ezra pelan.
“Foto-foto di TKP (tempat kejadian perkara), kamar Cakra,” sambung Gio, “Dapet darimana?” tanya Gio heran.
“Koneksi teman Ayahku.” ucap Aziel bangga.
Ezra mengangguk, “Ouh ...,”
“Nggak ditemukan sidik jari asing di kamarnya, sama sekali. Hanya ada milik Cakra dan sama orang tuanya. Pelakunya sangat hati-hati, Belum ada hal mencurigakan dari hasil penyelidikan saat ini.” Aziel bangkit mengambil secarik kertas dari laci nakas.
Aziel mengajak Gio dan Ezra duduk di karpet dengan meja di tengahnya.
“Tapi,” Aziel menunjukkan secarik kertas tadi, terukir dari darah yang mengering itu sebuah simbol.
Gio mengernyit, “Segitiga ...? itu darah Cakra?”
“Yups! Cuma ini yang dia tinggalkan. Dan inilah kunci kita mencari pelaku yang sebenarnya.” Aziel menatap Gio, senang. Untungnya dia cepat menangkap maksudnya.
Ezra menatap kertas itu bingung, “Bentar-bentar, ini ... apa maksudnya segitiga? Otakku nggak nyampe.”
“Banyak kemungkinan artinya, tapi yang pasti, ini ada kaitannya dengan pelaku sebenarnya ....” jelas Aziel.
KAMU SEDANG MEMBACA
Por Trás Da Cena [END]
Fiksi RemajaApa yang ada di balik layar? Apakah sama seperti yang kebanyakan orang lihat di panggung pertunjukan? Atau sedikit, bahkan jauh berbeda? Apakah pahlawan yang dilihat semua orang itu benar-benar pahlawan? Ataukah, bukan? Atau bahkan ialah tokoh jahat...
![Por Trás Da Cena [END]](https://img.wattpad.com/cover/258584310-64-k148087.jpg)