Happy Reading!
Cakra berbaring di kasurnya, netranya menerawang jauh ke depan.
"Mereka ..., nggak akan menemukan dia, kan?" lelaki itu tersenyum miring. "Yah ..., Aku bisa main-main sama dia lebih lama sih."
Cakra bangkit, ia mengambil jaketnya, bergegas turun. Entah hendak kemana.
"Ma, Aku keluar dulu ya!" pamit Cakra.
"Keluar lagi? Kamu kemarin aja pulang malam banget!" Mama mengernyit heran, akhir-akhir ini entah kenapa anaknya sering keluar malam-malam.
Cakra hanya tersenyum. "Aku mau bantu cari Aarav lagi Ma!"
"Ooo iya, semoga cepat ketemu dan dia baik-baik saja ya!" ucap Mama pelan, raut mukanya berubah sendu.
Cakra mengangguk. "Iya."
~
Keesokan harinya, di gudang terbengkalai. Tempat Aarav disekap oleh seseorang yang bahkan tidak ia tahu.
Aarav mengerjapkan matanya, sekujur tubuhnya sakit. Ia mencoba menggerakkan tubuhnya perlahan, tapi tidak bisa.
"S-sakit ...." rintih Aarav pelan, tubuhnya lebam dimana-mana. Kemarin malam lelaki itu datang lagi, bahkan memukulinya secara brutal. Tak peduli dengan Aarav yang mengerang kesakitan di bawahnya.
Air matanya menetes, bahkan untuk mengeluarkan suara saja susah. Kedua sudut bibirnya robek, dan lebam di kedua pipinya menambah rasa nyeri.
"Ka-kak ..., Aarav disini .... Tolong, Aarav ta-takut .... Mere-ka jahat ...." batin Aarav, air matanya terus menetes, tenggorokannya kering, sudah hampir dua hari ia tidak minum. Bahkan air matanya pun ikut mengering. "Aarav nggak suka ... tolong Kak ..., sakit ... maafin Aarav ...."
~
Ruang tengah rumah keluarga Adhimanggala itu hening.
"Jadi gimana sekarang?" tanya Ezra memecah keheningan.
"Kita udah cari kemana pun, dan nggak ketemu .... Sekarang kita susun ulang rencana sambil menunggu kabar dari polisi," jelas Gio.
Frey gelisah dalam duduknya. "Ini, sudah hari kedua .... Aarav, nggak bakal kenapa-napa kan?"
Gio menghela nafas. "Posthink aja."
"Ngomong-ngomong siapa? Aziz? Eh, Aziel? Dia katanya mau bantu cari kan?" tanya Ezra memastikan, tangannya meraih toples kue kering yang ada di meja.
"Nggak usah berharap yang aneh-aneh sama dia, dia aja terpaksa bantu gara-gara Ayahnya," ucap Gio sedikit ketus.
"Iya juga sih," gumam Ezra pelan.
Drrtt! Drrtt!
Ponsel Gio bergetar, menandakan ada panggilan masuk.
Aziel is calling ...
Gio mengangkat panggilan itu, malas.
"Apa?" tanya Gio dingin.
"Dingin amat dah, ramah dikit napa?" komentar Aziel sedikit kesal.
Gio memutar bola matanya malas menanggapinya. "Matiin nih!"
"Jangan woy! Mau ngasih tau hasil penyelidikan nih! Volumenya besarin."
"Awas kalau aneh-aneh!" ancam Gio.
"Kagak elah, udah kan?" tanya Aziel memastikan.
"Udah."
KAMU SEDANG MEMBACA
Por Trás Da Cena [END]
Ficção AdolescenteApa yang ada di balik layar? Apakah sama seperti yang kebanyakan orang lihat di panggung pertunjukan? Atau sedikit, bahkan jauh berbeda? Apakah pahlawan yang dilihat semua orang itu benar-benar pahlawan? Ataukah, bukan? Atau bahkan ialah tokoh jahat...