ENIGMA 28 ~LATE~

9 0 0
                                    

Happy Reading!
Yuhuu double up lagi!

Aziel merebahkan badannya, menatap langit-langit kamar.

“Hah ..., bocah itu, kenapa susah sekali buka mulut? Setakut itukah dengannya?” Aziel menampilkan smirknya tipis, “Aku jadi semakin penasaran siapa orang itu ... sampai bisa membuat orang seperti Cakra bertekuk lutut di depannya. Hahh, bocah itu harus kuhubungi lagi, jangan-jangan dia sudah lupa!” Aziel bangkit, meraih Hapenya yang berada di nakas.

~

Mama menonton berita, tangannya memeluk sebuah toples kue kering, bersantai. Begitu pula Cakra, dia sedang membaca buku di ruang tengah.

“Seorang remaja dinyatakan sebagai tersangka aksi pembegalan ....”

Begitulah berita yang sedang ditonton Mama.

“Ya ampun ..., teganya. Remaja sekarang kenapa seperti itu sekali sih? Padahal sudah jelas itu salah.” gumam Mama, netranya fokus melihat layar TV.

Cakra terdiam, ia merasa tersindir.

“Kasihan orang tua mereka, pasti kecewa sekali ya?” Mama menghela nafas, ia tak habis pikir kenapa remaja jaman sekarang begitu rusak moralnya.

Cakra meremas bukunya, pelan. Jantungnya berdegup kencang.

“Ravy ..., kamu jangan seperti itu ya?” ucap Mama tanpa menoleh menatap Cakra.

Cakra tersentak, “Ah, i-iya ....”

Mama menoleh, “Eh, tapi Ravy nggak mungkin juga ngelakuin yang kayak gitu, ya kan?” ujar Mama dengan bangga.

Cakra menunduk, ia menyesal telah melakukan hal yang lebih jahat dari pembegalan.

“Ravy, kenapa?” tanya Mama khawatir, tak biasanya anak semata wayangnya itu diam ketika ditanya.

Cakra menggeleng, “Nggak papa Ma, Aku ke kamar dulu ....”

“Oh, okay!” Mama kembali menatap layar TV, membiarkan Cakra naik ke kamar.

~

Cakra merebahkan dirinya, ia mengacak rambutnya, stres.

“Sekarang ... apa ...? Aku harus apa ...?”

Drrtt! Drrtt!

Aziel is calling ....

Cakra mengangkat telepon itu, mengeraskan volume suranya, tak minat.

“Hei ..., masih belum? Kau meragukanku ya?” tanya Aziel cepat.

“Hmm.” jawab Cakra tak semangat.

“Hei, apa-apaan suaramu itu, kau stres? Mau bertemu di cafe biasanya? Kutunggu.” ucap Aziel tanpa jeda.

“Ya ....” Cakra memutus panggilan, ia segera bersiap.

~

Cakra berjalan menghampiri Aziel lesu, ia duduk di depan Aziel tak minat.

“Astaga ...! ini benar-benar kau?” tanya Aziel terkejut, “Kacau sekali!”

Cakra seolah tuli, ia menunduk, “Jadi, kau mau apa menyuruhku kesini?”

“Nggak ada, cuma lagi pengen nraktir orang.” jelas Aziel santai.

“Kenapa harus Aku? Temanmu mana?’ tanya Cakra heran.

Aziel mendengus mengingat teman-temannya, “Heh ..., mereka suka nggak tahu iri kalau ditraktir.” Aziel memakan pancakenya,  “Beda sama kamu, paling cuma pesen dua sampai tiga menu doang.”

Por Trás Da Cena [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang