Gadis itu, Jung Kyungmi. Memasuki pemakaman kota. Berjalan menuju makam orang tuanya. Mulai terduduk di atas tanah si tepi makam itu. Tidak peduli pakaiannya kotor. Penampilannya sudah acak-acakkan dengan rambut kusut dan wajah lesu.Tangannya terulur untuk mengusap salah satu batu nisan di sana. Tersenyum lembut dengan tulus. Matanya mulai tergenang air mata yang berdesakkan untuk keluar.
"Ma.. Kyungmi kangen Mama.." lirihnya pelan. "Mimi mau ketemu Mama. Apa boleh?" Berbicara pada batu nisan bertuliskan nama ibunya.
Ibunya yang telah menemani dirinya selama 7 tahun. Ibunya yang telah menjadi sosok yang lembut dan penyayang. Ibunya yang senang ketika dirinya akan memiliki adik.
"Mama, Papa.. Kyungmi kangen sama kalian. Kyungmi udah- Kyungmi lelah.."
Isakannya terdengar di keheningan pemakaman. Mendominasi dengan langit yang mulai menggelap, bersiap menurunkan air semestanya.
"Kyungmi udah jadi kakak yang baik 'kan? Adik Kyungmi.. dia udah bisa jaga dirinya.. Kyungmi butuh Mama sama Papa.. Kyungmi capek."
Kyungmi menangis. Menangisi kedua orang tuanya yang meninggalkannya di saat adiknya masih memerlukan kasih sayang dari mereka.
Jika dirinya pergi... bagaimana dengan Hueningkai? Dia sudah terlanjur lelah dengan semuanya. Dia sudah tak kuat untuk menahan rasa sakit yang ia pendam selama ini dari semua orang.
Sakit yang selalu mengusiknya di malam hari. Rasa sakit yang selalu menyerang di saat-saat tertentu.
Kyungmi pasrah. Dia sudah pasrah dengan kondisi dirinya yang sudah siap untuk pergi meninggalkan orang-orang tersayang. Dia sudah siap untuk bertemu ibu dan ayahnya. Jung Kyungmi sudah terlalu, bahkan sangat lelah. Hingga gadis itu tidak bisa melakukan apapun lagi.
Semenjak kepergian Ibunda, Jung Kyungmi bertahan hanya untuk seorang adiknya. Alasan dia bertahan hingga sekarang ini adalah Hueningkai, adiknya.
Dan sekarang... adiknya sudah tumbuh dewasa dikelilingi dengan banyak teman, bukan? Dia berhasil merawat dan menjaga adiknya. Yang berarti, tugasnya sudah usai, bukan?
Di saat tugasnya tuntas, di sinilah Kyungmi mulai tersenyun lega. Bercampur dengan perasaannya yang pasrah dan putus asa dengan keadaan. Aku sudah selesai.
"Lu ngapain?"
Sebias suara berat menyeruak dari arah belakang Jung Kyungmi. Gadis itu menghapus jejak air matanya dengan cepat. Menetralkan napasnya yang terasa sesak sejak tadi. Membalikkan badan ke belakang. Matanya menangkan sosok pemuda surai biru bertubuh tinggi yang membuatnya harus mendongak ketika melihat wajah itu. Wajahnya kali ini tidak menyebalkan seperti biasa. Wajah itu terlihat... sendu?
Sepersekon berikutnya, Soobin berbicara lagi. "Lu ngapain?" Mengulang pertanyaan yang sama.
Menyernyitkan dahi samar, berdeham singkat guna menormalkan suara. "Lu juga ngapain di sini?" Bukannya menjawab, gadis itu melempar pertanyaan pada pemuda itu. Dengan nada yang datar.
Helaan napas keluar dari mulut pemuda bertubuh bongsor itu. Memasukkan tangannya ke dalam saku. "Gua ngunjungin adek gua."
Saat itu juga Jung Kyungmi terkejut sekilas, matanya sempat membola. Namun dengan cepat rautnya menyembunyikan wajah terkejutnya. Kerutan di dahinya semakin jelas. "Adek? Sejak kapan lu punya adek?"
"Sejak kucing bertelur."
"Gua serius."
Mendecak singkat. "Iya, gua abis dari makam adek gua. Noh di ujung sana." Mengedikkan dagunya ke arah ujung pemakaman letak makam adiknya. Lantas diikuti oleh penglihatan Kyungmi.
Antara percaya dan tidak menyangka. Bahwa Soobin memiliki seorang adik. Kyungmi ternganga selama beberapa menit. Soobin memilik adik? Dan adiknya sudah...
"Kaga percaya? Yodah serah lu juga si. Gua cuma ngasih tau."
Suara itu membuyarkan pikiran Kyungmi. "Lu beneran?"
"Ck, iyalah. Kalo boongan ga bakal gua ke sini."
Kyungmi ingin bertanya lebih banyak mengenai adik Choi Soobin. Tapi ia sadar bahwa ia tak perlu tahu. Karena selama ia mengenal Soobin, pemuda itu jarang menceritakan dengan jelas kehidupannya yang bebas tanpa hambatan. Dia tidak berhak mengetahui kehidupan pemuda itu.
Namun beberapa menit setelahnya, Soobin membuka suara lagi dan itu membuat Jung Kyungmi tercengang.
"Adek gua perempuan. Dia meninggal lima tahun yang lalu."
Raut wajah gadis itu tak terbaca. Isi pikirannya tak beraturan. Kepalanya sudah tidak bisa menerima apapun. Terlebih pernyataan yang baru saja dijelaskan oleh Soobin. Dia turut sedih dengan hilangnya adik Soobin.
"Lu gak usah ngerasa kasihan ama gua. Dah, gua mau balik."
Setelah sepenggal kalimat terakhir diucapkan, Soobin menyingkir dari sana meninggalkan Kyungmi.
Di samping itu, Soobin sebenarnya telah mendengar apa yang diucapkan gadis itu di depan kedua batu nisan yang sempat ia lirik tadi.
Pemuda ini memang jarang mengekspresikan apapun tentang perasaannya. Tapi jauh di lubuk hatinya, Soobin tidak ingin kehilangan lagi orang yang ia lindungi.
Dia cukup kehilangan adiknya. Dan dia tidak ingin mengulangi ini untuk yang kedua kalinya.
-Han-
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] PRODIGIOUS || Huening Kai
Fanfiction❝Aku hanya seorang anak yang bersama dalam kesepian dan kesendirian.❞ [Han's First Book] Start writing: 200920 Published: 101220 End: 270221 ©️ HanSant 2020-2021