Pertanda Bagus

8.5K 701 10
                                    

Ivy’s POV

Hari berlalu begitu cepat hingga dimana hari ini adalah jadwal tutor ku bersama Mikaella akan diadakan lagi. Sejujurnya, sebagian dari diriku begitu senang karna akan kembali bertemu dengan dia, tapi di lain sisi aku juga merasa enggan untuk bertemu dengannya, mengingat penolakan yang sudah ku lakukan untuknya waktu itu.

Walau dia tak mengenal siapa diriku, tapi tetap saja aku tak bisa bersikap seolah–olah tak pernah terjadi sesuatu diantara aku dan dia. Aku tidak mengerti dengan diriku sendiri, aku benar–benar bingung apa sebenarnya yang menjadi kemauan hatiku.

Setelah kelas mata kuliah hari ini selesai, aku masuk ke perpustakaan dan melihat Mikaella sedang menunggu ku dengan sabar sambil membaca buku yang ada di tangannya.

Aku berjalan kearahnya dan aku dibuat terkejut dengan penampilannya. Dia terlihat berbeda hari ini, bagaimana tidak? Dia hampir tak memiliki riasan sedikitpun di wajahnya dan rambutnya sangat terlihat berantakan, seperti dia tak mandi pagi ini. Ada apa dengannya?

“Erex, hey!” Suaranya yang tiba – tiba sudah berdiri di depanku yang sedari tadi hanya terpaku melihat penampilannya, sambil tersenyum lemah? Padaku.

“Hah?... oh iya hey” Jawabku sambil tersenyum kikuk padanya. Hampir saja aku lupa bahwa namaku adalah Erex bukan Xavi apalagi Ivy, Huh!

“Kamu gapapa kan?” Ku beranikan diri untuk bertanya sambil memandang lekat matanya.

Aku berharap tidak terjadi sesuatu yang buruk  padanya, karena aku tidak begitu yakin apa yang membuatnya begitu tertekan sampai dia tidak bisa merias wajah atau setidaknya dapat menyempatkan waktu untuk menyisir rambutnya.

“What? Oh yeah, aku baik–baik aja kok. Kita langsung mulai aja yuk belajarnya” Katanya, dan sangat terlihat jelas bahwa dia seperti sedang mencoba menghindari pertanyaan itu.

Aku dan Mikaella memulai belajar hari ini dengan hal–hal yang aku anggap paling sulit terlebih dahulu. Selama belajar, aku selalu mencoba untuk tetap fokus pada apa yang diajarkan daripada harus terus berfokus pada mata coklatnya yang indah itu.

Begitu sesi tutor hari ini telah usai,aku perhatikan bahwa dia masih saja terlihat cukup tertekan entah karena apa.

Sejujurnya aku tidak tahu apa yang bsa aku lakukan untuk menghiburnya, padahal aku sangat ingin melakukan nya.

“Bagaimana menurutmu setelah apa yang kita pelajari sejauh ini?Apakah yang kuajarkan cukup membantu atau tidak?” Dia bertanya sambil memegang sebelah tanganku yang sedang memegang pulpen di atas meja.

Tapi aku tahu betul, bahwa pandangannya kali ini tidak seperti biasanya. Begitu hampa! Aku mulai berdiri, begitu juga dia. Setelahnya aku langsung menjawab…..

“Iya, makasih banyak yah. Kamu udah baik banget mau bantu aku” Jawabku.

Dan, kuberanikan diriku untuk memeluknya berniat sekedar membuat dia merasa nyaman dengan pelukan ini. Semoga saja!

Untuk diawal sebenarnya dia tampak kaget dan juga tidak membalas pelukan ku. Tapi tak lama setelah itu, aku merasakan tangannya di punggung ku dan percayalah aku sedikit merinding hanya karna sentuhannya.

Kulepas perlahan pelukan ini dan kulihat dia mulai tersenyum manis lagi, dan tentu senyuman itu untuk ku. Kulihat dia mengambil tasnya dan hendak menuju ke pintu keluar perpustakaan.

“Have a nice weekend” Katanya sambil tersenyum manis padaku, begitupun aku yang hanya mampu membalas senyuman itu. Setelah semuanya beres, aku langsung pulang.

Malam ini aku dikejutkan kembali karena ada panggilan telepon dari…..Mikaella. Dan begitu aku mengangkatnya dia langsung bertanya padaku.

“Hey, umm… maaf aku ganggu kamu malam–malam begini. Aku Cuma pengen nanya kamu sesuatu, can i?” Katanya.

Kira – kira apa yang mungkin ingin dia tanyakan padaku? Terakhir yang pernah dia tanyakan yaitu saat mengajak aku untuk ketemuan dan dengan mudahnya aku menolak ajakan itu. Kecuali, jika dia mengingat dan tahu bahwa Erex itu Ivy dan Ivy itu Erex.

“Hallo, kamu masih disana kan?” Suaranya kembali terdengar dan membuyarkan lamunanku yang sedari tadi hanya sibuk dengan pemikiranku sendiri. Aku terlalu terbawa suasana sepertinya.

“Iya, sorry. Kamu mau nanya apa?” Aku bertanya sambil mengangkat sedikit alisku walau dia tentu tak dapat melihatnya.

“Umm, aku mau nanya kamu ada waktu ga? Aku mau ajak kamu minum kopi di tempat langganan aku. Sebagai teman” Katanya, kudengar dia seperti ragu untuk bertanya mungkin dia takut jika aku akan kembali menolak ajakannya.

Dan kali ini aku tak mau membuang kesempatan lagi, aku harus bertemu dengannya.

“Sure, why not?” Jawabku sambil senyum–senyum sendiri, hehe.

“Yes, great! Gimana kalau besok? Ups…” Jawabnya, yang kudengar begitu senang akan jawabanku, entahlah! Dan mungkin dia langsung tersadar bahwa dia terlalu semangat menanggapiku barusan.

“Aku free sih kalau besok” Jawabku.

“Good, kita langsung ketemuan aja yang di kafe yang ada di pusat kota. Kafenya ada di dekat air mancur” Katanya, menjelaskan.

“Got it, see you tomorrow” Kataku, dan langsung kuakhiri panggilan telepon tersebut.

Tidak ada salahnya kan jika aku bertemu dengannya? Toh, ini pertanda bagus agar aku bisa benar–benar dekat dengannya walau katanya tadi sebagai teman, And I think isn’t really bad. Haha,,, how lucky I am?

Dan kita lihat saja nanti bagaimana reaksinya saat kita bertemu, hmm….
.

.

.

.

.

.

.

.

Okey segini dulu part ini, tapi tenang author bakal double up kok abis ini hehe...

Jadi,author harap ada yang double love juga yah sama cerita author dengan Vote or Comment, mana-mana aja asal ikhlas,hehe😋

Yaudah yah, see u on the next chapter. Xoxo☺

I.m

Cium aku lagi (gxg) || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang