Ivy’s POV
Disinilah aku sekarang, kembali menghirup polusi ibukota dan kembali terjebak dalam kemacetan yang sudah seperti makanan ku sehari–hari.Setahun sudah aku menghindar darinya, setahun sudah kucoba untuk menyingkirkan nya dari posisi teratas dihatiku, dan setahun pula aku gagal melakukan nya.
Setelah kejadian setahun yang lalu yang mampu meluluh lantakan hati dan perasaan ku, aku yang memang yakin bahwa tak ada cinta sama sekali dihatinya untuk ku, memutuskan untuk langsung terbang ke Australia malam itu juga dengan alasan ingin berlibur ke Papa.
Dan untungnya Papa mengijinkan setelah aku mengancam agar kembali bersikap dingin ke Papa jika aku tak mendapat ijinnya kala itu.
Setelah cukup waktu untuk ku “memanipulasi” rasa sakit hatiku di rumah Oma, aku memutuskan untuk kembali ke Jakarta.
Aku harus tunjukkan padanya bahwa aku bukan orang yang lemah, aku harus membuktikkan bahwa tanpanya pun aku masih bisa bernapas dengan baik, walau aku ragu akan hal itu.
Setelah cukup lama menghabiskan waktu ditengah kemacetan ibukota, aku memutuskan untuk singgah sebentar di salah satu kafe langganan ku., aku butuh sedikit kopi untuk membasahi kerongkongan ku.
“Pak, kita mampir dulu bentar yah di kafe depan” Kataku pada supir yang Papa tugaskan untuk menjemput ku di bandara tadi.
“Iya non” Jawabnya, dan mulai menepikan mobilnya di depan kafe yang tadi kumaksud.
“Pak Tino kalau mau, cari makan aja dulu. Ntar, kalau aku udah selesai aku hubungin lagi” Kataku.
Pak Tino ini sudah aku anggap seperti orang tuaku sendiri, karna beliau dan istrinya lah yang merawatku saat dulu Papa dan Mama tidak memperhatikan ku.
“Baik non. Bapak di warung depan sana yah non” Katanya, sambil menunjuk salah satu warung sederhana yang berada di seberang jalan, dan aku hanya tersenyum sambil mengangguk dan kemudian pamit untuk masuk kedalam kafe.
Begitu aku masuk, aku langsung berjalan ke spot favoritku di kafe ini yaitu di pojok dan disamping jendela. Karna pada spot itu aku bisa melihat banyak kendaraan yang berlalu lalang di jalan raya.
Tak lama setelah aku duduk, datang lah seorang perempuan yang menggunakan waiters menghampiriku.
“Halo kak. Silahkan, ada yang mau dipesan?” Katanya, sambil memberikan aku buku menu yang tadi dia bawa.
“Umm… Ice Americano satu yah” Jawabku, dan dia langsung pergi setelah mencatat pesanan ku setelah meminta ku untuk menunggu sebentar.
Sekitar lima menit kemudian, pelayan yang tadi menulis pesanan ku kembali lagi sambil membawa apa yang menjadi pesanan ku.
“Silahkan kak” Katanya, sambil tersenyum manis kepadaku dan aku hanya membalasnya dengan ucapan terima kasih.
Kuteguk perlahan minuman ku ini sambil mengarahkan pandangan ku ke sekeliling kafe ini.
Saat pandanganku menuju pada salah satu pengunjung wanita yng sedang duduk di depan mini bar yang ada di kafe ini, aku terdiam sesaat karna mengetahui bahwa sedari tadi dia telah menatapku tanpa kuketahui sama sekali.
Aku mencoba mengalihkan pandangan ku kearah lain saat menyadari bahwa perempuan yang tadi kulihat kini sedang berjalan menghampiriku. SIAL! Jantungku kembali berulah.
Dia langsung duduk di hadapanku sambil tak henti menatapku dan hal itu semakin membuatku salah tingkah. Aku yang tak ingin terlihat lemah, berusaha untuk tetap bersikap tenag di hadapannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cium aku lagi (gxg) || END
Romance19 tahun, Ivy Rexia Xavier itulah namanya. Dia selalu berfikir bahwa tidak ada hal yang lebih baik yang dapat dilakukan lagi untuk mengatasi kebosanan dalam hidupnya ini. Maka dari itu dia berniat untuk night driving di pusat kota untuk menghilangka...