Menyerah

3.5K 393 21
                                    

Author’s POV

Saat ini terlihat seorang wanita cantik yang terlihat panik sekaligus kesal saat memasuki sebuah ruangan yang terlihat kosong tak ada tanda-tanda dari seseorang yang merupakan sahabatnya sekaligus seseorang yang sangat dicintainya.

“Hah, itu anak kemana sih! Suka banget ngilang kayak gini” Gerutu Tasya.

Si wanita tersebut adalah Tasya yang hampir setahun ini telah menemani Rexi dalam proses penyembuhannya, namun belakangan ini Rexi seperti tak mempunyai semangat lagi untuk sembuh.

Dan, seseorang yang sedari tadi membuat kesal Tasya karna keberadaannya yang entah kemana itu adalah Rexi.


~Flashback On~

“Jadi begini Pak, sesuai dengan hasil pemeriksaan yang telah dilakukan. Ada hal yang sangat penting yang ingin saya sampaikan. Tapi, sebelum itu saya ingin menanyakan sesuatu” Kata Dokter, serius.

“Silahkan Dok….” Jawab Tara, Papa Rexi.

“Apakah sebelum ini, Putri bapak sudah pernah melakukan pemeriksaan ke dokter?” Tanya dokter, sambil mengambil sebuah amplop coklat dan membukanya sambil menatap Tara serius.

Mendengar pertanyaan itu, Tara merasa bingung sekaligus sedih karna sebagai orang tua, dia tak mengetahui apa saja yang sudah Rexi rasakan selama ini.

“Emm kalau soal itu, saya kurang tahu dok. Memangnya ada apa yah? Putri saya baik-baik saja kan dok?” Tanya Tara, khawatir.

Si dokter hanya menghela nafas berat dan menyerahkan isi amplop coklat yang tadi diambilnya ke Tara yang isinya merupakan hasil pemeriksaan Rexi.

DEG……

DEG……

DEG……


Jantung Tara berdetak kencang tak karuan saat menatap hasil CT-Scan milik Rexi, walau dari hasil tersebut Tara dapat melihat bahwa ada hal yang cukup serius yang sedang dialami oleh putrinya, tapi Tara berusaha untuk tetap berpikir positif.

Dengan perlahan Tara menatap dokter yang sedari tadi menatapnya sendu dan kemudian kembali menunduk menatap isi amplop tersebut.

“Ini maksudnya apa yah dok?” Tanya Tara, lirih.

“Hah, seperti yang sudah pak Tara lihat.
Pada pemeriksaan yang saya lakukan pada tubuh putri bapak, saya menemukan hal yang cukup serius yang bertumbuh dan bersarang pada otak saudari Rexi, putri pak Tara.

Melihat dari keadaan Rexi, saya menyimpulkan bahwa gejala-gejalanya sudah sering dirasakan oleh saudari Rexi, namun terus diabaikan tanpa ada penanganan yang serius” Jelas dokter, pelan.

“Dengan sangat berat hati, saya harus menyampaikan bahwa sel kanker yang bersarang pada otak pasien sudah bertumbuh dengan sangat agresif.

Saya dan tim akan berusaha dengan sekuat tenaga agar pasien bisa segera sembuh tapi semuanya tergantung pada kehendak Tuhan, mengingat kanker yang di derita oleh pasien sudah mencapai stadium akhir” Lanjut dokter, lagi.

Jleb!


Tara membatu, jantungnya berdetak tak menentu hingga tersa begitu ngilu. Matanya mulai mengembun dan bergetar, tak lama isakan pilu mulai keluar dari pria paruh baya tersebut.

Dokter yang merasa iba dengan keadaan Tara menghela nafas berat dan berusaha menguatkan Tara kembali.

“Anda harus kuat Pak, untuk putri anda. Percaya bahwa pasti aka nada keajaiban untuknya” Ujar dokter, menyemangati.

“Saya permisi dok” Pamit Tara, dokter yang mengerti hanya mengangguk mempersilahkan.

Tara dengan langkah gontai berjalan menuju rooftop rumah sakit, dia ingin menenangkan dirinya dahulu sebelum nantinya dia harus kuat untuk menjadi sandaran bagi putri satu-satunya. Sudah cukup dia kehilangan Nadia, jangan Rexi lagi.

Tanpa sepengetahuan Tara, sedari tadi saat dia keluar dari ruangan dokter hingga berjalan menuju rooftop, terdapat seseorang yang menatapnya sendu dan memutuskan untuk menyusul Tara karna melihat kondisi Tara yang terlihat begitu kacau.

Cium aku lagi (gxg) || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang