Butuh Waktu

9.2K 783 51
                                    

Ivy’s POV

Hari ini adalah hari yang begitu menyebalkan untuk ku. Aku seperti hidup di dalam sebuah sangkar yang dimana aku tidak bisa bebas untuk terbang mencari kebahagiaan ku.

Belum selesai masalah ku dengan Mikaella kemarin, malam ini aku sudah dibuat pusing kembali dengan omongan Papa tadi pagi yang membuat ku jengkel setengah mati.

~Flashback On~


Aku yang sedang tiduran di sofa sambil nonton film kartun favorit ku, terpaksa harus terusik dengan kehadiran Papa yang tiba–tiba.

Papa yang baru datang langsung saja mendorong pelan kaki ku yang ada diatas sofa kebawah dan langsung duduk disampingku.

“Gimana kampus kamu, Rexi?” Tanya Papa, lembut.

Aku heran kenapa tiba–tiba Papa berubah menjadi lembut seperti ini. Hmm, mencurigakan!

“Masih sama, masih berbentuk bangunan” Jawabku, asal.

Aku tidak terlalu memperhatikan keberadaan Papa, aku masih saja terfokus pada tontonan di tv. Kudengar Papa hanya menghela nafas mendengar jawaban ku.

“Ada yang mau Papa omongin sama kamu” Kata Papa sambil menatap serius kearahku, tapi aku hanya mengacuhkan nya.

Aku hanya berdehem mengisyaratkan agar Papa melanjutkan pembicaraan nya.

“Papa kangen sama anak Papa yang dulu, yang selalu manja ke Papa” Kulirik Papa sekilas dan Papa terlihat murung sekali setelah berkata seperti itu. Akupun hanya bisa menghela nafas berat sebelum menjawab Papa.

“Rexi yang seperti itu sudah lama mati!” Jawabku, dingin.

Sebenarnya ada beberapa alasan yang membuat sikap ku menjadi dingin seperti ini, dan dari beberapa alasan itu pula yang membuat hubungan aku dengan Papa tak pernah terlihat selayaknya seorang ayah dan anak pada umumnya yang saling menyayangi.

“Papa tau Rexi, dan Papa sadar kalau semua yang terjadi di masa lalu kita itu, semua salah Papa. Papa minta maaf sayang, mau sampai kapan kamu bersikap dingin seperti ini ke Papa?” Kata Papa.

Dan kulihat dari wajah Papa terlihat begitu merasa bersalah akan semua hal yang terjadi diantara kita. Aku juga sebenarnya tak tega melihat Papa dalam keadaan sepeti ini, aku sudah lama ingin berbaikan dengan Papa tapi selalu saja ada hal yang mengganjal di hatiku.

Masih teringat jelas di ingatan ku bagaimana perilaku Papa yang begitu kasar ke Mama waktu aku masih kecil dulu. Keluarga kita yang saat itu sedang berada pada posisi yang kurang baik karna ditimpa berbagai macam masalah yang berimbas pada hancurnya keluarga ku ini.

Perusahaan Papa yang waktu itu sempat mengalami bangkrut dengan kerugian yang tak bisa dibilang sedikit itu, membuat Papa menjadi orang yang temperamental.

Papa selalu saja melampiaskan amarahnya ke Mama. Hingga suatu ketika aku pernah mendengar Mama dan Papa bertengkar karna Papa mengetahui bahwa Mama selingkuh di belakang Papa.

Mama yang saat itu tidak membantah sam sekali tuduhan Papa dan terus saja diam menerima segala bentuk amarah dari Papa, membuat Papa menjadi hilang akal dan mulai memukul Mama dengan membabi buta.

Hingga ada satu kalimat yang keluar dari mulut Papa yang membuat hatiku yang sudah remuk menjadi hancur tidak bersisa.

“Urus saja anak sialan kamu itu, aku gak ada duit buat biayain dia! Bawa aja dia sekalian sana sama selingkuhanmu!” Teriak Papa yang menggelegar di seisi rumah.

Mama yang saat itu tidak punya uang sama sekali, memutuskan untuk meninggalkan ku bersama Papa tanpa pamit sama sekali dengan ku dan mulai saat itulah aku sudah tidak pernah melihat Mama lagi.

Karna kejadian dan perkataan dari Papa itulah yang mampu membuat sikap Rexi yang dulu begitu manja kepada orang tuanya, sekarang menjadi sedingin es.

“Hey, kamu gapapa kan?” Papa bertanya, dan seketika membuyarkan lamunanku akan kenangan pahit ku dimasa lalu.

Cium aku lagi (gxg) || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang