Perlahan menghilang

3.3K 371 30
                                    

Author’s POV

Hari ini adalah untuk kesekian kalinya Rexi menjalani kemoterapi, walau dokter mengatakan bahwa keluarganya harus kuat untuk menopang Rexi, tapi tetap saja jika siapapun yang melihat kondisi Rexi saat ini sudah pasti tak dapat menahan air matanya.

Tara yang ditemani Sarah hanya menatap lirih Rexi yang terlihat sedang meringkuk kesakitan.

“Aku tunggu di luar” Lirih Tara.

Dia sudah tak tahan lagi jika harus melihat putrinya yang merintih kesakitan. Sarah yang pahampun, melepas genggaman tangannya pada Tara.

Tak lama setelah itu, Tasya yang sedari tadi menunggu di depan ruangan Rexipun masuk menghampiri Sarah atas permintaan Tara untuk ikut menemani Rexi di dalam ruang rawat.

Tasya menghela nafas berat melihat kondisi Rexi, Tasya mulai mendekati Rexi yang ada di ranjang setelah meminta ijin dari Sarah.

“Ella….” Lirih Rexi, sembari meringis kesakitan sambil menatap mata Tasya.

“Hey, kamu pasti bisa Vy” Ucap Tasya menyemangati sambil mengusap air mata Rexi yang keluar membasahi pipi.

“Saa~~kit” Ringis Rexi, lemah.

Tasya yang mendengar ringisan Rexi, berusaha menutup mulutnya agar isakannya tak terdengar oleh Rexi yang sedang menutup matanya menahan rasa sakit.

Sarah yang sedari tadi memperhatikan, sudah tak mampu lagi dan memutuskan untuk menyusul Tara diluar.

“Aku udah gak kuat lagi, aku capek” Ucap Rexi, lirih. Tasya terisak mendengarnya.

“Hey jangan gitu ngomongnya. Kamu sayang kan sama om Tara? Sama Ella?” Kata Tasya, sambil mengarahkan wajah Rexi agar menatapnya.

Dia tak peduli lagi jika Rexi harus melihat air matanya, yang pasti saat ini dia tidak mau kehilangan Rexi dari pandangannya.

Rexi tak menjawab pertanyaan dari Tasya, namun dia hanya mengangguk mengiyakan.

“Bertahanlah lagi untuk mereka, a~aku mohon” Isak Tasya yang sudah tak mampu lagi dia tahan.

Tara memasukki ruang rawat Rexi, tapi kembali dia urungkan saat melihat Rexi anaknya yang sedang menangis di pelukan Tasya. Dia tak mampu untuk melihatnya.

Tara kembali duduk disamping Sarah yang berada di depan ruang rawat Rexi.

“Hah~~, Aku titip Rexi yah Sar. Aku ada urusan bentar” Pamit Tara sembari berdiri, setelah beberapa saat hanya duduk terdiam sambil menunduk.

“Kamu mau kemana? Disini aja yah, kamu keliatan pucat banget loh” Jawab Sarah, khawatir. Namun, Tara hanya menggeleng menolak.

“Aku gapapa. Udah yah, aku pergi dulu” Ucap Tara dan langsung berlalu pergi.

Sarah hanya menatap sendu punggung dari pria yang begitu dicintainya.

“Hah, semoga semuanya baik-baik saja” Gumam Sarah, dan kembali masuk ke ruang rawat Rexi.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Setelah meninggalkan kawasan rumah sakit, Tara melajukan mobilnya ke suatu tempat yang sangat ingin dia kunjungi saat ini.

Dengan sedikit memaksakan keadaan, Tara tetap mengemudi walau dalam kondisi badannya yang juga tak begitu sehat.

Sebelum sampai di tempat tujuan, Tara menyempatkan diri untuk membeli bunga terlebih dahulu dan kembali melanjutkan perjalanan. Setelah tiba, disinilah Tara di depan makan sang Istri yang telah diberitahukan letaknya oleh Sarah tempo hari.

“Hai sayang. Hah, udah lama yah kita gak ketemu. Kamu pasti benci banget yah sama aku” Lirih Tara, yang tanpa dia sadari bahwa air matanya mulai menetes begitu saja membasahi pipi.

Cium aku lagi (gxg) || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang