Sebuah Permintaan

3.6K 360 38
                                    

~Flashback On~


Author’s POV

Vicky akhirnya pun sampai pada alamat yang telah diberikan oleh seseorang yang tadi di teleponnya, yang ternyata adalah Sarah.

Alamat yang dituju oleh Vicky adalah rumah sakit dimana Rexi, anaknya dirawat. Setelah memantapkan hatinya, Vickypun turun menemui Tara dan juga Sarag yang sudah menunggunya di lobby rumah sakit setelah dia kabari tadi bahwa telah sampai.

Tara mengajak Vicky untuk bertemu Rexi yang saat ini sedang duduk di bangku taman rumah sakit.

“Mengapa dia ada diluar? Dia seharusnya kan istirahat” Tanya Vicky tanpa mengalihkan pandangannya sedetikpun dari Rexi yang saat ini sedang tersenyum menatap anak-anak kecil yang juga merupakan pasien di rumah sakit tersebut sedang bermain.

“Dia tau kok kamu mau kesini, dan dia minta untuk diantarkan ke taman karna ingin mengobrol dengan kamu disana” Jawab Sarah. Vicky mengangguk.

Tak lama Vickypun menghampiri Rexi setelah meminta ijin dari Tara.

“H-hai…” Sapa Vicky, gugup.

Rexi mengalihkan pandangannya kearah Vicky yang masih berdiri kaku di depannya.

Rexi tersenyum tipis, dan menepuk pelan bangku taman di sebelahnya yang kosong mengisyaratkan Vicky untuk duduk disampingnya.

“Apa kabar Pih?” Tanya Rexi, lembut sambil menatap Vicky yang duduk disampingnya.

“B-baik kok, kamu gimana?” Jawab Vicky.

Rexi tertawa pelan saat menyadari kegugupan Vicky, yang notabenenya adalah ayah kandungnya sendiri. Yap! Rexi sudah mengetahui semuanya, namun dia hanya ingin mendengar semuanya dari Vicky, ayahnya.

Sebenarnya Rexi ingin sekali menanyakan tentang kabar Mikaella, rindunya sudah tak tertahan lagi. Namun, Rexi memutuskan untuk mnedengarkan dulu apa yang ingin Vicky sampaikan.

Setelah cukup lama terdiam dalam kecanggungan, terlebih lagi disisi Vicky. Sedangkan, Rexi hanya terlihat biasa-biasa saja.

Vicky mulai bisa mengendalikan kegugupannya dan memulai obrolan.

“Papi minta maaf. Papi tau, sekalipun Papi berlutut di hadapan kamu, pasti tidak akan mudah untuk Papi mendapatkan maaf dari kamu.

Tapi, Papi sungguh-sungguh minta maaf sama kamu. Papi gak mau memberikan pembelaan apapun atas perbuatan Papi karna Papi sadar, semuanya salah Papi” Ucap Vicky, pelan.

Rexi tak menjawab apapun, namun hanya tersenyum tipis mendengar perkataan Vicky.

Vicky yang tak mendapat respon apa-apa dari Rexi, memutar otaknya mencari cara agar Rexi tak hanya diam saja.

Jujur, dari dulu Vicky memang tak pandai berkata-kata untuk mengungkapkan isi hatinya.Terbukti, dari Nadia wanita yang dia cintai malah jatuh di pelukan Tara karna dia yang tak berani mengungkapkan perasaannya.

Vicky bingung harus ngapain sekarang, Vicky menoleh sebentar ke tempat dimana tadi Tara dan Sarah berada namun mereka sudah tidak ada lagi disana. Rexi menyadari kegelisahan Vicky, dan terkekeh pelan.

Dia tak menyangka bahwa orang tua yang selama ini di seganinya dapat bertingkah konyol seperti saat ini. Vicky pasrah sekarang, dia bingung harus apa lagi.

Hanya ada satu cara yang terlintas di pikirannya agar Rexi anaknya dapat menerima permintaan maaf darinya. Semoga saja berhasil.

Rexi dibuat terkejut, karna Vicky yang tiba-tiba turun dari bangku yang di dudukinya tadi kemudian berjongkok di depannya.

“Papi rela berlutut di depan kamu sampai kapanpun yang penting kamu bisa maafin Papi” Ucap Vicky, sambil berlutut di depan Rexi.

Rexi melihat ke sekitar yang saat ini sudah memandang aneh kearah mereka berdua.

“Aish!” Gerutu Rexi, pelan.

“Papi apaan sih, kita jadi tontonan orang lain nih kalau kayak gini” Kesal Rexi, sambil membantu Vicky untuk berdiri dan menyuruhnya untuk duduk disampingnya kembali.

Mereka berdua terdiam, namun seketika tertawa bersama karna kekonyolan yang Vicky lakukan.

“Aku udah lama maafin Papi kok, jadi udah yah. Aku Cuma pengen kita sekarang semuanya bisa ngumpul bareng lagi selagi aku masih ada waktu” Kata Rexi, lembut sambil menatap Vicky.

“Kamu ngomong apa sih? Gak usah ngomong yang aneh-aneh. Papi janji, bakalan lakuin apapun asal kamu bisa sembuh. Yang penting kamu harus tetap semangat yah” Ucap Vicky. Rexi hanya mengangguk menanggapinya.

“Hmm…. Pih, Ella gimana kabarnya?” Tanya Rexi, pelan.

Vicky tersenyum tipis sekaligus meratapi kebodohannya yang memisahkan Rexi dan juga Mikaella kedua anaknya yang saling mencintai.

“Ella keadaannya sedikit memprihatinkan setelah mengetahui bahwa Papi-lah yang menjebak kamu dengan Naomi malam itu. Dia memaksa untuk menemui kamu,

namun karna Papi yang saat itu belum mengetahui kebenaran tentang semuanya, melarang
Ella untuk bertemu dengan kamu dan mengurungnya di kamar membuatnya seperti kehilangan semangat untuk melanjutkan hidupnya” Jelas Vicky, sambil menunduk tidak berani menatap Rexi yang sudah menatap terkejut kearah Vicky.

“Papi minta maaf, Papi janji bakal perbaiki semuanya” Sesal Vicky, diselingi isak tangisnya.

Rexi hanya menghela nafas berat saat mendengar kabar yang kurang enak dari wanita yang dicintainya.

Setelah cukup lama terdiam….

“Pih, Rexi boleh minta sesuatu gak?” Tanya Rexi, sambil menatap sendu Vicky.

Vicky yang mendengarnya pun langsung mengangguk cepat mengiyakan permintaan Rexi.

“Boleh sayang. Kamu mau apa? Bilang aja, Papi bakal lakuin apapun itu buat kamu” Ucap Vicky, yakin.

Akhirnya Rexi mengutarakan permintaannya beserta syarat bahkan larangan yang harus dilakukan oleh Vicky.

Vicky bertekad untuk mewujudkan permintaan putri dari buah cintanya dan juga Nadia ini.

Vicky langsung pamit pergi setelah membantu Rexi untuk duduk di kursi rodanya dan mengantarkan kembali ke ruang rawatnya, yang didalamnya sudah ada Tara dan juga Sarah yang sedang menunggu.

“Tunggu Papi sayang, semuanya akan baik-baik saja” Batin Vicky.

~Flashback Off~
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Kira" Rexi minta apa yah?hmmm🤔

See u on the next chapter, xoxo❤


~Callme-Ingg~

Cium aku lagi (gxg) || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang