Author’s POV
Setelah “sarapan pagi” yang melelahkan itu, kedua insan yang sedang dimabuk cinta semakin enggan untuk melepaskan pelukan erat mereka sedari tadi.Rexi yang tidur terlentang dengan membiarkan lengannya sebagai bantalan kepala Mikaella sambil mengusap kepalanya lembut.
Keheningan yang menghantarkan kehangatan itu seketika terbuyar saat mendengar getaran ponsel Rexi yang berada di nakas sebelah tempat tidur Mikaella.
Drrrt…. Drrrt….. Drrrrttt
Rexi hanya mengambil ponselnya dengan malas, dia cukup kesal karena ada yang mengganggu saat dia ingin menghabiskan waktu bersama wanita kesayangannya.
Ivy’s POV
“Hallo Pah…” Sapaku, begitu kuangkat telepon yang ternyata dari Papa.“Hey! Apa kamu sudah lupa arah jalan pulang ke rumah Hah?!” Kata Papa dengan nada tinggi walau kutahu Papa hanya bercanda karna kudengar kekehan kecil darinya.
“Aku lagi bulan madu Pah” Jawabku asal, yang langsung dihadiahi cubitan manja dari Mikaella yang sedari tadi memelukku dan sepertinya sudah bangun sejak aku mulai mengangkat telepon dari Papa.
“Bulan madu ndasmu, sini pulang dulu! Ajak juga menantu Papa ke rumah. Ada Tasya disini, cepet!” Kata Papa.
Aku hanya memutar mata malas mendengar ocehan Papa.
“Iya-iya. Ini aku pulang” Jawabku, sambil bangun dari tidur sambil merapihkan kembali pakaianku.
“Oke, Papa tunggu” Jawab Papa.
“Iya Pah…” Jawabku, dan sambungan telepon pun terputus.
“Kamu mau pulang?” Tanya Mikaella, sambil memeluk ku dari belakang dengan manja.
“Iya sayang, kamu siap–siap juga yah, Papa juga mau ketemu sama menantunya” Kataku, sambil tersenyum dan berbalik menghadapnya.
“Kamu ih…..” Jawabnya, sambil memukul manja bahuku dengan rona merah di wajahnya yang membuatku semakin gemas.
“Hahaha, iya-iya…. Kamu siap–siap dulu gih, aku tunggu diluar yah” Kataku, dan dia hanya mengangguk setelah kucium keningnya.
Setelah itu, Mikaella langsung masuk ke kamar mandi dan akupun keluar untuk menunggunya bersiap–siap.
--------------------------------------------------
Disinilah aku sekarang, di depan rumahku bersama Mikaella yang sedari tadi cemberut karna drama pemilihan baju yang harus dikenakan olehku tadi saat bersiap–siap sebelum ke rumahku.
Dia memaksa bahwa, aku dan dia harus memakai baju yang warnanya senada dengannya, sedangkan baju yang tersisa di tasku warnanya gelap semua dan dia tidak punya warna itu.
Alhasil, akulah yang menjadi pelampiasan kekesalannya sedari tadi.
“Yuk, sayang” Ajakku, sambil mengulurkan tanganku begitu pintu mobil sudah kubuka untuknya.
“Cium dulu” Katanya, dengan menatapku sambil mempoutkan bibirnya.
Oh Tuhan, betapa menggemaskannya kesayangan ku ini, batinku.
“Yaampun sayang, sini aku cium” Kataku, kemudian mulai mengecup bibirnya mesra.
“Ayo sayang” Ajakku lagi setelah menciumnya.
Dan dia langsung meraih lenganku untuk dipeluknya tanpa menghilangkan rona merah di pipinya.
“Rexi pulanggg” Teriakku, saat baru saja masuk kedalam rumah.
“Jangan teriak–teriak gitu ih” Kata Mikaella, dan hanya kubalas dengan cengiran.
“Ivvyyyyy….” Aku mendengar teriakkan seseorang dari arah kamarku, dan langsung berlari kearahku dan memelukku erat sampai pelukkan Mikaella di lenganku terlepas begitu saja.
“Kamu kemana aja sih, pergi kok gak bilang–bilang! Aku cariin tau gak, kangeennn” Kata seseorang yang memelukku, dan itu adalah Tasya sahabatku.
Kulirik Mikaella yang ada disampingku, dia terlihat tak suka dengan apa yang dilakukan Tasya kepadaku, cemburu mungkin.
“Ehheem” Deheman Mikaella yang cukup keras yang langsung seketika membuat Tasya melepas pelukannya dari tubuhku.
“Loh, kakak itu senior kita kan di kampus?” Tanya Tasya, saat menyadari keberadaan Mikaella.
Dan Mikaella hanya mengangguk malas sambil menatapku tajam. Hah, tamatlah sudah riwayatku kali ini.
“Emm, Sya kenalin ini Mikaella senior kita di kampus sekaligur p-pacar aku” Kataku sambil memperkenalkan Mikaella ke Tasya.
Aku sedikit meringis heran karna melihat tatapan kaget sekaligus kecewa? Di matanya Tasya.
“P-pacar kamu?” Tanya Tasya, dan aku hanya mengangguk menjawabnya. But wait, mengapa Tasya menangis?
“Aku harus pergi, byee” Kata Tasya, kemudian berlari ke kamarku dan kembali dengan tasnya yang dibawa dan langsung pergi meninggalkan rumahku.
Aku hanya menatap kepergian Tasya dengan kebingungan yang luar biasa. Sebenarnya ada apa ini? Mengapa Tasya menangis? Apa aku ada salah, atau apa?
“Urus tuh simpenan kamu” Ketus Mikaella dan berlalu ke kamarku begitu saja sambil menghentakkan kakinya.
“Loh kok jadi gini sih!” Sungutku sambil mengacak rambutku frustasi.
Namun, tiba–tiba kudengar suara tawa dari arah dapur yang dapat dilihat dari ruang tamu tempat aku berdiri sekarang. Dan ternyata itu suara Papa yang sedang menertawakan nasibku.
Aku hanya merenggut sebal sambil melempar bantal sofa kearah Papa dan langsung menyusul Mikaella ke kamar.
Sebelum masuk, aku berdoa supaya kali ini nyawaku masih bisa terselamatkan. Semoga…. Namun, saat aku coba untuk membuka pintu ternyata pintunya dikunci dari dalam.
Akupun mengetuk berulang kali agar Mikaella mau membukanya untukku.
“Sayang buka dong pintunya, aku mau masuk nih” Teriakku.
“Pergi sana sama simpenan kamu! Jangan ganggu aku!” Teriaknya lagi dengan lebih kencang dari teriakkan aku yang sebelumnya dan langsung membuatku kaget luar biasa sambil memegang dadaku.
HAHAHAHAHAHAHAHA
Sial! Menggelegar sudah tawa Papa memenuhi seisi rumah karna menertawakan penderitaanku.
Karna mencari aman, aku memutuskan untuk tidur saja dulu di kamar tamu dan membiarkan Mikaella untuk sendiri dulu. Nanti setelah aku bangun dan Mikaella sudah mau berbicara denganku baru aku akan membujuknya lagi.
Dan perkara Tasya nanti saja akan kupikirkan, dan akan aku selesaikan nanti saat bertemu dengannya dikampus.
Dan akupun tertidur karna kelelahan.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Yeaay akhirnya bisa up lagi walau pendek tapi ntar bakalan up lagi kok, hehe...Jangn lupa Vomment yah, yang siders jangan kelamaan yah... Nyandang gelar sidersnya, hehe
See u on the next chapter, xoxo❤
I.m
KAMU SEDANG MEMBACA
Cium aku lagi (gxg) || END
Romance19 tahun, Ivy Rexia Xavier itulah namanya. Dia selalu berfikir bahwa tidak ada hal yang lebih baik yang dapat dilakukan lagi untuk mengatasi kebosanan dalam hidupnya ini. Maka dari itu dia berniat untuk night driving di pusat kota untuk menghilangka...