Mikaella’s POV
Tak terasa hubunganku dan juga Rexi sudah berjalan setahun, Rexi juga sudah memutuskan untuk ikut mengurus perusahaan papanya, dan aku tak masalah dengan itu.Walau terkadang dia harus kesulitan untuk mengatur waktu antara kerja dan juga kuliah, tapi aku salut dengannya karna bisa melewati semua itu tanpa harus mengeluh.
Akupun sekarang sudah berada di tahun terakhir kuliahku, dan aku sangat senang karena rencananya, aku dan Rexi akan menikah saat aku lulus kuliah nanti. Ah, membayangkannya saja aku sudah senyum–senyum sendiri.
Tapi ada satu hal yang sangat mengganggu pikiranku, akhir–akhir ini Rexi selalu mendapat telepon di malam hari dan selalu dari nomor yang tidak tersimpan di ponselnya, dan hal itu selalu berulang dengan nomor yang selalu berbeda–beda.
Saat aku Tanya itu siapa, Rexi selalu bilang itu hanya orang iseng.
Aku bingung, sebenarnya ada apa? Setiap kali aku bertanya, Rexi selalu berusaha untuk mengalihkannya dengan rengekannya untuk minta dipeluk dan mengatakan semuanya akan baik–baik saja.
Karna hal–hal seperti inilah yang membuatku selalu khawatir dengannya, karna aku tahu bahwa dia tidak akan mungkin bercerita denganku tentang apa yang dialaminya agar tak membuatku khawatir.
Seperti saat ini misalnya, aku sedari tadi hanya mondar mandir di ruang tamu apartmen yang sudah setahun lebih ditempati olehku dan juga Rexi.
Sedari tadi aku sudah mencoba untuk menghubungi Rexi, karna hingga larut malam seperti ini Rexi belum juga kunjung pulang.
Aku juga sudah mencoba untuk menelpon om Tara, papanya Rexi. Tapi beliau mengatakan bahwa Rexi sudah pulang sedari 2 jam yang lalu.
Aku berpikir, kalaupun terjebak macet atau mengalami masalah di jalan Rexi pasti akan mengabariku, tapi ini tidak sama sekali! Karna rasa khawatir yang semakin menjadi, aku memutuskan untuk menunggu Rexi di lobby apartmen.
Dengan hanya memakai piyama yang dibaluti hoodie milik Rexi, akupun turun ke lobby dengan menggunakan lift sambil tak berhenti mencoba untuk menghubungi Rexi yang tak kunjung menerima panggilan telepon dariku.
Saat aku tiba di lobby, aku mencoba bertanya ke satpam yang berjaga malam ini yang kebetulan juga sudah mengenal dengan baik aku dan juga Rexi.
“Selamat malam Pak. Aku mau nanya, dari tadi Bapak jaga disini Rexinya udah pulang belum yah?” Tanyaku, sopan.
“Eh neng Mikaella kirain siapa. Loh, emangnya neng Rexi belum nyampe unit yah neng?” Heran satpam, dan aku yang mendengarnya pun ikut dibuat heran.
“Loh, emang Rexi udah datang Pak?” Tanyaku, lagi memastikan.
“Udah neng dari tadi. Cuma tadi Bapak liat neng Rexi balik lagi ke basement, mungkin ada yang ketinggalan. Kirain Bapak, neng Rexi udah balik ke unit” Kata satpam, menjelaskan.
Aku yang mendengar itu langsung bergegas menyusul Rexi ke basement setelah mengucapkan terimakasih ke Pak satpam tadi.
Saat aku tiba di basement yang terlihat sangat sepi ini, karna maklum saja karna saat ini waktunya sudah sangat larut malam.
Pandanganku langsung tertuju ke Rexi yang memang sudah terparkir di basement. Tapi anehnya aku tak melihat sama sekali tanda–tanda bahwa ada Rexi disini.
Aku berjalan mendekati mobil Rexi, saat tiba aku dibuat heran dengan keberadaan se-bucket bunga lily kesukaanku yang kini berceceran disamping pintu mobil milik Rexi.
Kualihkan pandanganku melihat sekeliling tapi tidak ada Rexi disini. Jantungku tiba–tiba berdetak tak karuan. “Sayang, kamu dimana?” Batinku, gelisah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cium aku lagi (gxg) || END
Romance19 tahun, Ivy Rexia Xavier itulah namanya. Dia selalu berfikir bahwa tidak ada hal yang lebih baik yang dapat dilakukan lagi untuk mengatasi kebosanan dalam hidupnya ini. Maka dari itu dia berniat untuk night driving di pusat kota untuk menghilangka...