35

1.2K 112 0
                                    

Kadang, menyerah adalah pilihan terbaik~

Assalamualaikum wr wb
Hallo semuanya, maaf yaa Chaca jarang up. Soal nya kemaren aku nya sibuk kerja sekarang insyaallah CHACA up terus Koo.
Di tunggu yaa.
Love you.


Bab 35

Sore ini cukup bersahabat bagi gadis yang memakai hoodie overzise dan sebuah topi dan masker berwarna hitam yang tengah berjalan pelan sembari mengamati keadaan di sekitar itu.

Dia Chaca, gadis itu tau apa yang dilakukannya saat ini cukup berbahaya. Tubuh kecilnya bersembunyi dibalik tembok yang sudah berlumut. Seperti informasi, Rizal disana dengan beberapa temannya.

Matanya membulat dengan tangan yang terkepal geram, disana ada Rio. Cowok yang sudah ia anggap sebagai sahabatnya “Chaca gimana?” tanya Rizal, Chaca dapat mendengarnya dengan jelas karena jaraknya yang lumayan dekat.

Gadis itu tengah mengintip dibalik jendela yang terlihat sudah sangat tua “Chaca biar gue yang urus” timpal Rio.

Percakapan mereka seketika berhenti, keadaan didalam sana sangat tenang, Chaca kembali mengintip. Lagi-lagi gadis itu membulatkan matanya terkejut saat ia tak melihat satu orang pun disana. Suara tepuk tangan membuat gadis itu langsung membalikkan badannya. Ia meremas buku kukunya hingga memutih. Terlihat, gadis itu ketakutan.

“Lari secepat yang lo bisa, lima menit gue nyusul! Sampe lo ketangkep gue ataupun anak buah gue, nyawa lo jadi taruhan!” ucap Rizal tepat ditelinga Chaca.

“Masih mau disini? Waktu lo tinggal empat menit setengah”

Chaca langsung berlari sesuai ucapan Rizal. Gadis berkaki pendek itu melepaskan topi dan maskernya saat dirinya sudah cukup jauh dari tempat dimana Rizal, Rio dan beberapa kacungnya berada.

Gadis itu yakin jika mereka tak mengenali Chaca tadi. Chaca memasuki sebuah minimarket setelah membuang topi dan maskernya. Gadis itu juga membuang hoddie miliknya.

Kini ia hanya memakai kaus polos berwarna abu-abu dengan celana jens yang hanya sebatas paha nya. Lalu sepatu kets berwarna putih, rambutnya ia gerai membuatnya terlihat sangat cantik.

“Berapa?”

“Lima ribu ka” ucap kasir yang tampak seumuran dengannya. Chaca langsung merogoh saku celananya, ia memejamkan matanya saat tak mendapati satu lembarpun uang. Ia lupa, tadi ia hanya membawa seratus limapuluh untuk membayar taksi online yang ia pesan.

“Sekalian punya dia”

Chaca terkejut, gadis itu mendongakkan kepalanya. Disampingnya ada Rian, cowok yang memakai kaus polos berwarna hitam itu menatap Chaca.

Kini Chaca dan Rian duduk di depan minimarket “Jatoh miskin lo?”Rian yang duduk di samping Chaca sambil meminum minuman kaleng yang tadi sempat Ia beli.

Chaca memalingkan wajah nya menghadap ke jalan yang tak jauh darinya. Menatap lurus sembari meminum minumannya “Makasih” Timpal Chaca singkat. Seburuk apapun sifat gadis itu, ia bukanlah gadis yang tak tau apa arti ucapan terimakasih.

Rian hanya mengangguk dan diam kembali seperti biasanya, cowok dingin yang irit bicara itu menatap Chaca dengan tatapan selidik. Gadis itu mendengus menyadari jika ia diperhatikan.

Chaca menatap Rian dengan tatapan tajamnya“Ngapain lo disini?”
Tentu saja Chaca penasaran, pasalnya ini bukan daerah dekat sekolah dan tentu saja jauh dari tempat tinggal mereka berdua. Lagipula untuk sampai disana membutuhkan waktu yang cukup lama.

“Bukan urusan lo!.”

Chaca berdecak sebal, sudah Chaca duga jika Rian akan menjawabnya dengan jawaban sedikit membuat Chaca sebal. “Lo, ngapain disini?” Tanyanya membuat Chaca sedikit membeku, memikirkan alasan yang pas.

“Jogging” jawab Chaca asal dan kembali meminum minuman nya yang kini tinggal setengah botol.

“Tumben” jawab Rian singkat.
Rian bangkit dari tempat duduk nya dan hendak melangkah sebelum tangannya dicekal oleh tangan mungil gadis yang mengerai rambutnya itu.

Cowok itu menolehkan kepalanya “Kenapa?"

“Gue ikut” Pinta Chaca menundukkan kepalanya.

Benar-benar memalukan, Chaca menegakkan kembali kepalanya saat Rian menghardik tangannya sedikit kasar. Gadis itu menatap Rian yang berjalan menjauh menuju motornya yang memang terparkir tak jauh dari dimana mereka duduk tadi.

“Ngapain masih duduk? Ayo!” Ucap Rian dengan nada tinggi sembari mengambil jaketnya. Chaca tersenyum girang lalu langsung berlari menuju Rian. Gadis itu juga meninggalkan minumannya yang tinggal setengah di meja bundar itu.

“Pake” Rian memberikan helm full face miliknya kearah Chaca. Gadis bertubuh mungil itu menggelengkan kepalanya “Gak perlu, ‘kan elo yang nyetir. Harusnya elo yang pake helm ‘kan?”

Rian berdecak “Gue bilang pake!” sentak nya. Chaca sedikit terkejut lalu tangannya terulur untuk menerima helm dari cowok bertato itu. Mata Chaca membulat saat melihat Rian mengeluarkan sebuah masker dari kantong celananya yang tak asing bagi Chaca.

“Lo dapet dari mana masker itu?”
Masker hitam dengan bordiran Ch dibagian pojoknya. Masker yang Chaca pakai tadi sebelum di buang di tepi jalan. Sedikit aneh jika Rian menemukannya dengan tak sengaja.

“Nemu” singkatnya lalu menaiki motornya.

“Ngapain bengong? Ayo cepetan!”

Chaca mengigit bibir bawahnya lalu langsung memakai helm milik Rian. Menaiki motor sport berwarna hitam itu. Rian juga memakai jaket oversize berwarna hitam miliknya.

“Gue ngebut, pegangan yang bener” ucapan Rian dapat dengan jelas didengar oleh gadis yang hanya mengangguk patuh itu.

Dibalik masker cowok tinggi itu tersenyum tipis melihat kearah kaca sepion yang terlihat dengan jelas wajah gadis bertubuh mungil yang hanya terlihat bagian matanya. “Cantik” ucapnya lirih tanpa sadar.

Setelahnya Rian benar-benar mengendarai motornya dengan kecepatan diatas rata-rata. Chaca meremas jaket milik Rian, matanya membulat saat tangan cowok itu menuntun tangan Chaca untuk memeluk pinggangnya “Gue udah bilang, pegangan yang bener ‘kan” ucapnya saat laju motornya memelan.

Chaca mengangguk patuh lalu lengannya benar-benar memeluk cowok bermata tajam itu. Sedikit aneh, pasalnya ia dan Rian tak terlalu akrab. Mereka bahkan jarang sekali berinteraksi. Tapi sekarang, Rian seperti mengenal Chaca lebih dari teman satu bangku.

Chaca mengeratkan pelukannya saat tiba-tiba Rian menambah kecepatannya “Gak usah cepet-cepet, gue takut jatoh” ucap Chaca dengan nada tinggi agar Rian dapat mendengarnya.

“Lo gak liat ada yang ngikutin? Atau gue berhenti aja sekalian?”

Chaca mengerutkan keningnya bingung lalu hendak menengok kebelakang sebelum Rian melarangnya “Jangan nengok, nanti mereka tau kalo kita lagi ngehindarin mereka” ucapnya cepat, Chaca mengangguk patuh.

“Lo pegangan yang bener, pejamin mata aja” lanjutnya.

Lagi-lagi Chaca hanya mengangguk patuh. Setelahnya Chaca tak tau apa yang terjadi, gadis itu terus saja memejamkan matanya. Cukup lama hingga Chaca merasakan motor yang dikendarai Rian sedikit menurunkan kecepatannya. Chaca membuka matanya.

Kini mereka sudah berada di jalan yang cukup ramai, Chaca melonggarkan pelukannya “Ngapain kesini? Gue gak bawa duit”

Rian memarkirkan motornya dideretan kendaraan roda dua laninya “Lo pikir gue miskin? Turun!”

®®®®®®

Jangan lupa vote sama comment nya yaa..

See you next part

Salman
Sellaselly12

CHACA (ENDING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang