47

1K 116 17
                                    

47

Aku rindu saat-saat dimana aku bahagia tanpa ada kata pura-pura :v

-
-
-
-
-
-
-
Jangan lupa votte dan komen next biar aku semangat nulisnya dan jadi sering update deh ❤️❤️❤️

Happy reading 🥀
_________



Chaca menyenderkan tubuhnya disenderan jok dengan bibir yang ia gigit agar tak mengeluarkan suara rintihan saat Rasya tengah mengobati lengannya.

“Bukannya Juan udah ngasih kamu senjata? Kok bisa sampe luka kaya gini?”

Chaca memejamkan matanya “Gak sempet make nya, lagipula lebih baik kaya gini daripada ada yang mati” sahut Chaca lalu disambut kekehan Rasya.

Juan tersenyum tipis saat mendengar ucapan Chaca. Matanya sesekali melirik kearah Chaca untuk sekedar melihat wajah gadis itu.

“Oh iya, tadi kenapa ada polisi?” Chaca membuka matanya lalu menegakkan tubuhnya saat Rasya sudah selesai membalut lukanya dan memberikan alkohol.

“Mereka yang lapor” Fino yang duduk disebelah Juan juga ikut menegakkan tubuhnya, ucapannya terdengar serius dan dengan nad ayang cukup tajam.

“Maksudnya?” Juan menatap Fino sekilas lalu kembali fokus kejalanan didepannya.

“Mereka kalah jumlah, ya walaupun sebenernya cukup sebanding karna mereka bawa senjata.

Gue gak liat ketua mereka, dan fakta kalau polisi berpihak ke mereka juga menambah kecurigaan gue kalo mereka udah merencanakan dari awal. Mereka” jelas Fino.

Rasya mengangguk “Gue juga gak liat si iblis, dia bukan tipikal cowok yang takut mati. Gue yakin, dia lagi merencanakan sesuatu yang lebih besar daripada tadi”

Chaca menghembuskan nafasnya kasar, jujur saja gadis bertubuh mungil itu tak mengerti dan tak paham dengan arah pembicaraan padahal dirinya yang bertanya tadi.

“Siapa Ib-”

“Kita bahas nanti, kita ke rumah sakit dulu” potong Juan cepat.

Lagi-lagi Chaca hanya menghembuskan nafasnya kasar seakan dirinya memang tak diperbolehkan untuk tau lebih banyak.

Juan tak mendapat banyak luka mungkin karena laki-laki itu cukup pandai dalam hal bela diri.

Rasya juga sama, hanya ada luka lembab di sudut bibinya saja.

Meskipun Fino seorang polisi tapi dari luka yang terlihat, Fino lah yang paling banyak mendapat luka. Telapak tangannya juga mengeluarkan darah, mungkin tergores benda tajam.

“Chiko, Rian dan yang lainnya gimana?” tanya Chaca memecahkan keheningan yang semat tercipta tadi.

“Mereka baik-baik aja Cha, justru kamu yang kenapa-napa”

Rasya mengacak rambut Chaca gemas “Ck gak usah pake ngacak rambut juga!” Tukas Chaca sembari menghardik tangan Rasya dari kepalanya menggunakan tangan yang tak luka.

Chaca kembali bungkam, suasana juga kembali hening. Rasya sibuk dengan ponselnya begitupun Fino.

Juan? Tentu saja laki-laki itu fokus menyetir, jalanan kota jakarta malam ini cukup ramai mungkin karena besok adalah hari sabtu.

Tak lama, sekitar hampir sepuluh menit setelahnya Juan langsung membelokkan mobilnya kesebuah rumah sakit yang cukup familiar bagi Chaca, ya rumah sakit dimana Rasya biasa bekerja.

“Rumah sakit banyak, kenapa harus disini?” Dengus Rasya lalu memasukkan ponselnya kedalam saku.

Juan hanya meliriknya sekilas begitupun Fino yang terkesan tak peduli dengan ucapan Rasya tadi.

Chaca melepaskan sabuk pengamannya “Gue curiga, lo udah punya pacar kan bang?”

Rasya berdecak sembari melepaskan sabuk pengamannya “Paman Cha bukan Abang!”

“Kebiasaan kalo udah bahas perempuan lo pasti ngalihin pembicaraan!” sahut Chaca lali keluar dari mobil setelah Fino dan Juan keluar beberapa detik yang lalu.

Rasya mendnegus kasar lalu memutar bola matanya malas, ikut keluar dari mobil dengan tangan yang langsung ia masukkan kedalam kantung jaketnya “Mobil Chiko?” monolog Rasya setelah melihat mobil yang biasa digunakan Chiko terparkir tepat di depannya.

Setelahnya, cowok itu berjlaan mengekor beberapa meter dibelakang Juan, Fino dan juga gadis yang tampak sangat pendek itu.

Rasya mempercepat langkahnya bahkan sedikit berlari, lalu menyejajarkan langkahnya agar sama dengan tiga orang di sampingnya.

“Chiko disini” ucap Rasya.

“Udah tau” sahut Chaca tampak cuek.

“Kalian masuk duluan” ucap Juan sembari mendorong pundak Fino dan Rasya.

“Kenapa?” Chaca menatap Juan dengan tatapaan penuh tanya.

“Ayah mau ngomong sam akamu” sahutnya.

Rasya mengangguk paham begitupun Fino, mereka berjalan santai melewati pintu lobi beriringan.

Setelah Rasya dan Fino menghilang dari pandangan, Juan lansgung menggendeng lengan Chaca dan berjalan menajuh dari lobi.

“Kenapa?” Tanya Juan dengan tangan yang ia lipat didepan dada, Chaca mengkerutkan keningnya bingung.

“Kenapa apanya?” tanya Chaca benar-benar tak paham dengan ucapan ayahnya tadi.

Juan memijit kepalanya, laki-laki kaku itu memang tak pandai dalam hal menjelaskan. Juan benar-benar bingung harus mulai dari mana.

“Belajar bela diri dimana?” tanyanya sekaan kalimat pendek itu dapat menejlaskan hal apa yang akan ia tanyakan.

“Dulu waktu SMP Chaca pernah belajar karate, Ayah lupa?” jelas Chaca.

Juan menagngguk “Terus kamu merasa bisa lawan laki-laki?”

“Itu bukan perlawanan Ayah!”

“Terus?”

“Membela diri”

“Ayah udah kasih senjata, kenapa gak dipake?”

“Ayah mau Rizal mati gara-gara Chaca tembah, terus Chaca jadi tersangka pembunuhan? Gitu?”

“Ayah punya uang, ayah bisa bela kamu nanti di pengadilan”

“Jalan pikir orang dewasa itu rumit ya? Mereka seakan bisa menyelesaikan segalanya dengan uang!”

“Bukan gitu maksud Ayah, dulu ayah gak punya uang buat bela oran terdekat ayah. Terutama bunda kamu”

“Ck, udah berapa kali Chaca bilang?! Bunda meninggal karena Allah sayang sama Bunda, stop berusaha bikin Chaca benci sama Ay-”

Tanpa aba-aba Juan menarik lengan Chaca hingga gadis bertubuh mungil itu menabrak dadanya, dengan pelan Juan mengelus pucuk kepala gadis yang tingginya hanya sebatas dadanya.

“Maafin ayah” ucapnya lirih.

Chaca tersenyum tipis lalu membalas pelukan sosok yang sangat jarang memeluknya itu. Chaca tau jika ayahnya sangat dingin dan tak pandai berkata manis.

Bahkan dulu teman-teman SD nya takut berteman dengan Chaca karena katanya Juan mirip seorang penculik.

Bibirnya jarang tersenyum dan tatapan matanya sangat tajam menjadikan Juan ditakuti banyak anak kecil.

---


Annyeong semuanya ❤️❤️😂
Kabar sehat kan?, Semangat ya jangan mudah menyerah!! Kamu bisa!! Fighting!!!

Udah ratusan kali aku ngingetin untuk segera vottment karena vottment kalian sangat berarti bagi aku❤️❤️🥀

Xixixi alay ya,, wkwkwk gapapa lah.

Gak alay bukan sellaselly namanya 😑

See you next part ❤️

Salman
@sellaselly12

CHACA (ENDING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang