10

4.5K 269 11
                                    

10

Ingin rasanya tak peduli lagi tentangnya~

Dengan senyum yang lebar, Chaca duduk di meja makan menunggu dengan riang menanti tunangannya itu keluar dari kamarnya. Sesekali Chaca melihat jam yang ada di tangannya.

Terlihat raut cemas melunturkan senyumannya takala sadar jika ia akan terlambat jika tak segera berangkat.

Suara decitan pintu membuat Chaca mendongakkan kepalanya kearah pintu dari lantai dua.

Dengan gaya cool nya, Chiko keluar kamarnya dengan sudah memakai seragam yang sama sekali tak terkancing menampakkan kaus hitam polos didalamnya, tas hitamnya ia bawa dengan satu tangan.

Chaca bangkit "Lo mau sarapan? Ud-"

"Udah telat, gue gak mau telat berang elo! Cepetan atau gue tinggal!" Ketusnya dengan langkah lebar melewati Chaca yang memanyunkan bibirnya lalu menatap roti selai yang sudah ia buat tadi.

Chaca berlari kecil mengejar Chiko didepannya, takut jika Chiko benar-benar meninggalkan dirinya.

Dari tadi malam, ayahnya tak pulang seperti dugaan Chaca.
Juan memang tipikal laki-laki yang gila kerja, namun hal itu tak membuat Chaca marah atau merasa kekurangan kasih sayang.

Chaca bahkan bangga memiliki seorang ayah sekaligus menjadi sosok ibu baginya, Juan sangat menyayangi Chaca dan menuruti apapun yang Chaca inginkan.

Kebutuhan Chaca selalu terkecukupi bahkan bisa dibilang sangat berlebihan, sebenarnya Chaca memiliki sebuah mobil pribadi dan seorang supir yang disewa ayahnya untuk mengantar jemput dirinya.

Namun gadis mungil itu menolak dan mengirim sopir itu ke Bogor dimana neneknya tinggal.

Tentu saja Chaca melakukan itu bukan tanpa alasan, ia tak mau menjadi anak manja seperti apa yang dikatakan Chiko padanya.

Seperti sekarang, Chaca hanya bisa duduk diam disamping tunangannya yang fokus mengendarai mobil sport yang harganya sangatlah mahal. Chaca tak heran jika Chiko sudah mahir mengendarai sebuah mobil sport.

Ayahnya adalah seorang pengusaha di bidang otomotif, bahkan Chiko mempunyai tiga sekaligus mobil sport dengan warna dan model yang berbeda.

Tak heran jika disekolah, Chiko sangat terkenal. Chaca menggigit bibir bawahnya menahan rasa takut "Lo gak bisa lebih pelan dikit?" Tanya Chaca meremas sabuk pangannya menyalurkan rasa takutnya agar berkurang.

"Diem! Suara lo ganggu gue!" Ketusnya, Chaca langsung merapatkan bibirnya takala Chiko menambah kecepatannya ditengah-tengah padatnya lalu lintas Jakarta.

Tak membutuhkan waktu lama, mobil sport Chiko sudah memasuki area sekolah.

Hampir semua mata tertuju kearah mobil yang ditunggangi Chaca dan Chiko itu karena memang mengeluarkan suara yang cukup menyita perhatian.

"Turun!"

"Kasar!" Ketus Chaca langsung melepaskan sabuk pengamannya lalu turun dari mobil berwarna merah menyala itu dengan membanting pintu mobil itu.

Chiko langsung menginjak pedal gasnya meninggalkan Chaca yang masih berdiri ditempat "Lagi-lagi gue bingung, udah tau dia jahat! Masih aja cinta" kekehnya lalu berjalan memasuki gadung tinggi didepannya itu dengan langkah gembira.

"Pagi semuanya" jerit Chaca saat satu kakinya melewati pintu masuk.
Tak ada yang menjawab, mereka berlalu lalang seperti tak terjadi apa-apa padahal tadi Chaca menjerit cukup kencang membuat cowok yang tengah duduk dikoridor lantai dasar itu menengok dengan senyum devilnya.

CHACA (ENDING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang