28

3.6K 236 26
                                    


28

Jaljayo, joh-eun kkum kkwoyo~


🎶Ha Jin (Always Be Here)

Mata lentik gadis berambut sebahu itu masih terpejam dengan telinga yang sengaja di sumpal mengguna aerofon yang tersambung dengan ponsel yang ada di dalam tas mungil yang ia pangku.

Perlahan, mata Chaca mulai membuka. Kepalanya yang tadinya bersender ke bahu milik cowok di sampingnya itu, ia tegakan "Kok udah sepi? Udah sampe?" Tanyanya sebari hendak mengucek matanya.

Belum sempat Chaca mengucek matanya, tangan milik cowok yang duduk disampingnya itu memegangi pergelangan tangannya "Jangan dikucek, nanti jadi merah!" Ucapnya.

"Cih" cicit Chaca lalu langsung menghardik tangan milik Rian dari tangannya. Aerofon yang ada ditelinganya sudah ia masukkan ke dalam tas "Lo ngapain duduk diem disini? Ayo turun" ucap Chaca.

Tanpa diperintah dua kali dan tanpa menjawabnya, Rina bangkit dari duduknya lalu disusul Chaca yang ada di dibelakangnya.

Tadi waktu diperjalanan Chaca sempat membuat Rian naik darah namun syukurlah Rian dapat mengatasinya.

Sebenarnya, bus telah sampai di tempat tujuan sekitar sepuluh menit yang lalu. Naun Rian tak tega membangunkan Chaca yang sepertinya sangat lelah disampingnya.

Flasback on.....

Seperempat perjalanan menuju tempat wisata, hujan mengguyur bumi yang tengah dilewati rombongan SMA Tunas Bangsa.

Chaca memandang pemandangan perbukitan dari balik jendela yang mulai berembun.

Sedangkan Rian memilih melipat kedua tangannya di dada lalu menatap lurus dengan tatapan kosong.

"Waaahh,, indah banget" ucap Chaca kagum seakan-akan Chaca belum pernah melihat pemandangan serupa.

Rian menengokan kepalanya kearah Chaca "Kampungan!" Sindir Rian.

Chaca berdecak lalu membenarkan posisi duduknya menjadi tegak ke depan "Suka-suka gue lah!" Sewot Chaca.

Senyum miring milik Rian tampak sangat kejam bagi Chaca. Gadis itu menghadap ke arah Rian "Ck, kalo mau senyum tuh gak usah setengah-setengah kayak gini! Yang lebar biar keliatan bahagia" ucap Chaca sebari menarik dua sudut bibir milik Rian.

Dengan gerakan cepat, Rian menepis tangan Chaca "Ya udah kalo gak mau! Lo lebih pantes kayak gitu! Biar keliatan kek preman, jadi ditakuti banyak orang deh" kekeh Chaca.

"Ditakuti banyak orang?"

"Hem, hampir semua penghuni sekolah takut sama elo. Secara elo penampilannya kek premanan yang sering gebukin orang"

"Lo?"

"Hah? Gue? Gue kenapa?" Tanya Chaca bingung sebari menunjukan jari telunjuknya kearahnya sendiri.

"Lo, kenapa gak takut sama gue?"

Tanpa aba-aba, Chaca tertawa terbahak-bahak "Lah, ngapain gue takut elo?"

"Katanya gue kayak preman"

"Denger ya! Gue gak takut sama siapapun, kecuali sama Tuhan dan ayah gue!" Ucap Chaca menahan tawanya.

"Emangnya gue gak nyeremin buat elo"

"Hem, sedikit"

"Oh" ucap Rian.

Chaca hanya mengangkat dua alisnya sekilas. Lalu kembali menghadap kearah jendela.

Tubuh gadis berponi tipis ala dora itu  berbalik kearah Rian "Gue mau nanya boleh?" Tanya Chaca.

"Hem"

"Rina tuh siapa sih?"

Sontak, Rian ikut menghadapkan tubuhnya kearah Chaca "Kenapa lo tanya kayak gitu?"

"Hem,, cuma penasaran"

"Mendingan gak usah campuri urusan orang"

Alis Chaca bertaut heran "Enggak, siapa juga yang mau campuri urusan orang? Gue cuma pengen tau aja"

"Lebih baik lo gak usah kepo"

"Rina, sebenernya nama itu gak asing buat gue. Tapi gue lupa, lagian nama Rina tuh banyak kan dibumi. Tapi, kenapa hampir semua orang yang gue tanyain soal identitas Rin-"

"Lo bisa diem gak? Kalo gak ada yang jawab pertanyaan elo, itu artinya elo gak berhak tau! Punya otak dipake!!" Ucap Rian mulai menaikkan nada berbicaranya beberapa oktaf.

"Gak usah ngegas ya!" Sebal Chaca, gadis itu membuka tas yang ia pangku lalu mengambil aerofon miliknya.

"Lo beli hp baru?" Tanya Rian.

Chaca berdecak sebal "Gak usah kepo!" Ketus Chaca memasang aerofon itu ke telinganya lalu memutar lagu secara acak.

Tiga lagu telah terputar penuh, gadis itu menyenderkan kepalanya ke jendela karena matanya sudah terasa berat.

Selang beberap menit, Chaca sudah terlelap dengan kepala menyender ke jendela kaca bus.

Cowok bermata tajam itu menengok kearah sampingnya karen mendengar suara benturan.

Bibirnya tersenyum tipis saat melihat kepala Chaca terbentur-bentur karena jalanan yang tak terlalu mulus.

"Bodoh!" Rian berucap lalu tangannya menyentuh kepala Chaca dan membawanya kepundaknya.

Lima menit berlalu, Chaca masih terlelap dengan posisi menyender ke Rian.

Suara penumpang bus bangkit saat bus yang ditunggangi telah sampai ditempat tujuan.

"Rian, ayo tu-"

"Berisik! Bapak gak liat dia lagi tidur?!" Ucap Rian.

"Oh, baiklah. Bapak keluar duluan yaa.. Capek mau istirahat seben-"

"Bukan urusan gue!" Ketus Rian. Guru itu hanya tersenyum setelahnya karena terlalu malas berdepat dengan Rian.

Sekarang, tinggal hanya Rian dan Chaca yang berada di dalam bus. Cowok yang menjadi senderan Chaca itu menyingkirkan anak rambut yang masuk kedalam mulut gadis mungil itu.

"Cantik" kekehnya.

Tangannya langsung ia lipat takala sang empu menggerak-gerakkan kedua matanya bertanda gadis itu akan segera bangun.

Benar saja, hanya butuh beberapa detik. Chaca sudah duduk tegap dengan wajah yang sepertinya kebingungan.

Flasback off.....

Chaca turun dari dalam bus, gadis itu merentangkan kedua tanganny "Waahhhhh,, udaranya sejuk. Gak kaya di jakarta. Panas" kekehnya.

Hampir saja tubuh gadis itu tersungkur kedepan saat Rian menyenggolnya dari belakang "Ambil koper lo! Kamar kita beda arah" ucap Rian.

"Hya. Lo pikir gue minta bantuan elo? Sorry ya! Gue gak manja" omel Chaca sebari mengambil kopernya yang ada di bagasi bus.

"Btw, thanks udah mau jadi sandaran gue tadi, sorry kalo ada iler gue yang nempel! Bay" ucap Chaca tanpa jeda lalu berjalan menuju kamar hotel yang sudah dipesan oleh pihak sekolah sebelumnya.

Lagi-lagi, seutas senyum tampak dari bibir Rian. Dan lagi-lagi, senyuman itu langsung luntur saat cowok itu mendengar suara tepat di telinganya.

"Lo gak ada kesempatan buat suka sama dia! Lo harus inget, dia target selanjutnya setelah Dian" ucap cowok berwajah dingin dengan tinggi badan yang tak jauh berbeda dengan Rian.

Cowok itu berjalan melewati Rian begitu saja tanpa mau mendengar jawaban dari Rian.

Tangan cowok itu mengepal keras hinggu buku-buku kukunya memutih "Bangsat!" Umpat Rian.

Cowok yang memakai hoddie coklat dengan celana jens sobek dibagian lutut dan paha itu tersenyum puas setelah mendengar umpatan dari Rian, lalu terus berjalan sebari menyeret kopernya.

******

See you next part yaaa...

Annyeonghi kyeseyo😍💕
Tto mannayo😘😘

Jangan lupa VOTMENT.... YAAA

CHACA (ENDING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang