21
Salut aja sama orang yang gak pernah nyerah, padahal perjuangannya gak pernah diliat~
Pagi ini Chaca agak kesiangan, dan lebih sialnya lagi. Chiko meninggalkan dirinya sendiri di rumah. Chaca tau jika ia pulang dengan Juan namun laki-laki itu langsung pergi ketika Chaca sudah ada di kasurnya.
Chaca tak masalah, yang terpenting Juan selalu ada disampingnya saat ia membutuhkan sosok ayah.
"Gila! Mau lewat mana gue?" Ucap Chaca sebari bersembunyi dibalik tembok tak jauh dari gerbang utama sekolahnya.
Sudah beberapa kali gadis itu melihat jam yang melingkar di tangannya, hasilnya tetap sama. Jam ditangannya menunjukkan pukul 07.45. itu artinya Chaca terlambat 45 menit.
Gadis itu berjalan menuju gerbang belakang, langkah mungilnya terhenti setelah matanya menangkap cowok yang ia kenali tengah mengepalkan tangannya didepan beberapa anak laki-laki yang sepertinya senior disekolah nya.
Chaca berjalan cepat lalu meraih tangan cowok itu dengan cepat "Ck, gue cariin kemana-mana ternyata disini! Kita udah telat tau!" Ucap Chaca. Tentu saja gadis itu tengah bersandiwara.
Gadis mungil itu tak mau ada perkelahian didepannya. Chaca terus berjalan dengan tangan menggenggam tangan cowok yang malah memandangi tangannya yang di genggam oleh Chaca.
Chaca membalikkan badannya saat terasa sudah jauh dari tiga seniornya "Lo mau berantem kan tadi?" Ucap Chaca membalikkan badannya.
Rian, ya. Cowok itu adalah Rian, matanya tak bisa lepas dari tangannya sendiri lalu tersenyum tipis "kenapa elo mau genggam tangan gue?" Tanya Rian.
Sontak, Chaca langsung melepaskan tangannya dari tangan Rian "Ya, karena kita teman! Teman emang harus saling bantu kan?"
"Tapi gue gak pernah anggep elo teman?"
"Bodo, itu kan pikiran elo. Ya terserah elo lah"
"Kalo gue salah paham?"
"Salah paham gimana?"
"Mungkin elo genggam tangan gue sebagai teman, tapi gue bisa genggam tangan elo lebih dari sekedar teman kan?"
"Maksudnya gimana? Lo gak lucu kalo lagi becanda sumpah!"
"Lo sendiri yang mulai genggam tangan gue dan gue gak bakalan lepasin genggaman itu dengan mudah!" Ucap Rian membuat Chaca semakin bingung.
"Sumpah Ri! Lo salah min-"
"Gue suka sama elo!" Potong Rian.
"Gila Lo?! Gue udah punya tunangan! Lagipula siapa yang bakalan nyatain perasaannya kayak gitu? Becanda nya basi banget sumpah!"
"Elo sendiri yang mulai!"
"Tuh, elo ngomong ngawur lagi!"
"Elo selalu bikin gue khawatir, elo juga bikin gue jadi kayak gini! Elo selalu curi perhatian dari gu-"
"Kita teman! Lo lupa kalo gue udah punya tunangan?!"
"Lo belum nikah kan?, Lo sendiri yang mulai genggam tangan gue! Dan itu kesalahan elo! Terima konsekuensi nya!" Ucap Rian lalu menggendeng tangan Chaca kembali.
Chaca menghardik tangan Rian "Gak mungkin Lo suka sama gue! Kita gak sering ngobrol! Kita gak akur! Gianna caranya elo suka sama gue?" Kekeh Chaca, gadis itu yakin jika Rian akan mempermainkan dirinya.
Rian tersenyum miring, tangannya meraih kembali tangan Chaca namun gadis itu mengelak dan memundurkan langkahnya "Cih, Kita?"
"Hem, kita. Elo sama gue. Kita teman!"
"Gue gak sepemikiran sama elo! Gue gak akan nyebut kata 'kita' sebagai teman! Lo udah buat dua kali masalah!" Ucap Rian melangkah maju mendekat kearah Chaca membuat gadis itu memundurkan langkahnya.
"Lo, gila beneran atau gimana s-"
Bruk..
Punggung Chaca membentur tembok pembatas sekolah karena Rian mendorong bahunya tadi.
Rian meraih leher Chaca menggunakan tangannya "Ikuti permainan! Kalo Lo melanggar peraturan, Lo bakal kena hukuman!" Ucap Rian dengan nada dingin.
Chaca memegang lengan Chiko yang mencekik lehernya "Lo psikopat!" Ucap Chaca susah payah.
"Oke, suatu saat gue bakalan tunjukkin bagaimana kejamnya seorang psikopat sama elo. Tapi, sampe saat itu tiba, gue bakalan ngelindungin elo!" Ucapnya tegas, tangannya melepaskan leher gadis mungil didepannya.
Chaca langsung menghirup oksigen sebanyak-banyaknya, matanya terduduk dan sedikit terbatuk-batuk. Cowok bertindik itu kembali meraih lengan Chaca "Ikut gue!" Ucap Rian membawa Chaca entah kemana.
"Kalian berdua mau kemana?!" Jerit seseorang dari arah belakang.
Chaca menengok, dibelakangnya ada seorang guru bertubuh gempal dengan kumis tebal "Kya, itu guru BP, gue sama el-"
"Kita!"
"Ck, kita harus kemana?"
"Udah ketangkep basah, Lo pikir bisa kabur?"
"Elo kan cowok bandel, pasti punya-" ucapan Chaca menggantung.
"Punya apa?"
"Gak jadi, kita terima aja hukumannya" ucap Chaca.
***
Chaca memanyunkan bibirnya sebal, ia harus menjadi tontonan ditengah-tengah lapangan bersama cowok disampingnya itu.
Untung saja Rian memiliki tinggi badan yang tak pendek jadi Chaca tak terlalu terkena sinar mentari.
"Tuker tempat" ucap Rian dengan nada datar, Chaca menengok kan kepalanya dengan tangan yang masih bersikap hormat.
"Ogah!" Tegas Chaca.
"Oke" sahut Rian membuat Chaca mengkerut kan keningnya bingung.
"Wahh,, ngomong sama psikopat beda rasanya ya! Cuek-cuek serem gimana gitu" kekeh Chaca.
"Kalo ngomong jangan sembarangan. Jangan buat gue ngamuk disini"
"Ck, cepetan pindah! Elo yang kesini gue mager jalan nya"
"Hmm"
"Sumpah elo jadi cowok gak ada baik baik nya. Pantes aja gak ada yang mau sama elo"
"Tapi lo mau kan?"
"Amit amit deh"
*****
See you...next capt yaa
Jangan lupa vottment yaa..
Klik bintang nya.
Target nya sih..sebanyak banyak nya bintang..hehehe
Jangan lupa vottment pokok nya.
Wajib! Oke..Comment Next dari kalian berharga banget loh bagi aku..karna bikin aku tambah semangat nulisnya.
Salman
sellaselly12
KAMU SEDANG MEMBACA
CHACA (ENDING)
Teen FictionFOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA!!🔥 CERITA SUDAH ENDING DAN PART MASIH LENGKAP ❤️🥀 Chaca, gadis pendek berambut sebahu dengan poni tipis ala Dora, pecinta es krim coklat dan barang-barang berwarna pink,Ceria dan sangat friendly. Tahun pertama SMA meman...