3

5.8K 417 13
                                    

3

Tau kok rasanya dikhianati, sakit tapi harus tetep tersenyum. Iya gak sih?~

Bel sitirahat berbunyi dua menit yang lalu, namun Chaca tak bisa kemana-mana. Tubuh kecilnya terkurung di antara tembok dan tubuh seorang cowok yang tengah tertidur pulas di sampingnya.

"Gila, bangun kali Ri! Lo gak laper apa?" Dengus Chaca sebal.

Ya, disampingnya adalah Rian. Cowok yang katanya sangat menakutkan di sekolah.

Tadinya ia akan duduk di samping Chiko, namun mata cowok itu mengisyaratkan bahwa Chaca tak boleh duduk disampingnya, gadis mungil itu tak bisa memilih pilihan lain selain duduk di samping Rian.

Sebenarnya masih ada satu bangku yang kosong, namun katanya sudah ada yang menepatinya, dan orang itu masih mengikuti lomba jadi tak hadir di dalam kelas.

Chaca bertambah kesal lagi lantaran Rian selalu memejamkan matanya hingga bel istirahat berbunyi pun tak ada yang berani membangunkannya.

Tak hanya hal itu saja yang membuat Chaca sebal, Chaca melihat Chiko dihampiri cewek modis dengan make-up tebal yang menurut rumor bahwa dia adalah Silfi-pacar Chiko.

Chaca yang tunangannya saja belum pernah bergandengan tangan, Chiko juga bertingkag seakan-akan Chaca tak ada di sekitarnya. Chiko benar-benar tak menganggap Chaca ada.

"Apes banget sih hari pertama gue!" Dengus Chaca lagi.

Mata Chaca membulat takala Rian menatapnya dengan tatapan tajam

"Berisik!" Bentaknya sebari menggebrak meja lalu langsung pergi begitu saja tanpa memberi kesempatan Chaca untuk membalasnya.

Rian, cowok pecinta kesunyian. Memiliki dua mata elang yang tak kalah tegas dengan milik Chiko, rambutnya dibiarkan berantakan yang malah membuat cowok itu terlihat sangat cool.

Ditambah dengan gaya super badnya. Lihat aja, seragam putihnya tak ada satupun yang terkancing, memperlihatkan kaus polos berwarna hitam.

Ada sebuah kalung yang melingkari lehernya, dan satu tindik di telinga sebelah kanan.

Jika dilihat secara teliti, Rian memiliki sebuah tato dengan gambar gantungan mimpi di belakang telinga sebelah kanannya, meskipun kecil namun Chaca dapat melihatnya dengan jelas. Dan Chaca suka dengan tato itu.

"Chaca!" Suara yang membuat jantung Chaca berdegup dua kali lipat dari biasanya itu cukup familiar.

"Rio! Ngagetin aja lo, untung jantung gue gak copot!" Keluh Chaca.

"Siapa suruh ngelamun" kekeh Rio.

"Lo ngapain disini?"

"Ini kelas gue, gue lupa bilang ke elo kalo ternyata gue sekelas sama elo"

"Jadi, tempat duduk didepan Chiko itu punya elo?"

"Hem, kalo boleh tau, kenapa elo duduk sama Rian. Lagi berantem sama Chiko?"

"Kapan gue pernah akur sama dia?"

"Lah, bukannya elo tunangannya?"

"Sebatas status aja"

"Kok elo mau?"

"Ayah gue yang minta, gue gak bisa nolak"

"Oh, gitu. Lo mau kekantin gak?"

"Mau lah, tapi males jalan sendirian. Lagian jam istirahat udah mau abis juga"

"Masih ada tujuh menit, sekalian gue juga mau beli makanan ringan buat ngemil nanti"

CHACA (ENDING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang