13

3.9K 257 5
                                    

13

Dia yang katanya setia juga bakalan capek kali~~

Dengan langkah lesu, Chaca memasuki gerbang tinggi rumahnya. Nafasnya ia buang kasar seraya tangannya membuka knop pintu setinggi dua meter didepannya itu.

"Kok gelap?" Ucapnya dengan kaki yang berjalan memasuki ruang gelap gulita. "Ayah??" Jerit Chaca dibarengi dengan pintu yang terturup.

Suara petir kini telah bersautan membuat bulu kuduk Chaca berdiri, terlebih lagi ia melihat bayangan hitam yang berdiri tegap tak jauh dari tangga.

"Chiko! Gak lucu, cepet nyalain listriknya!" Ucap Chaca dengan nada panik takala bayangan hitam itu mulai mendekatinya.

Yang tadinya tubuhnya terasa dingin karena seragam yang masih setengah basah kini langsung hilang terganti dengan hawa ngeri.

"Ayah! Chiko! Ini beneran gak lucu ya!!" Bentak Chaca lagi.

Tak ada jawaban, Chaca memundurkan langkahnya saat tak lagi melihat bayagan itu saat cahaya kilat menerpa seluruh ruangan.

Bayangan itu hilang entah kemana, otak gadis mungil itu mulai nerfikir keras dan terus berusaha berfikir bahwa Chiko tengah mengerjai dirinya.

"Aa-khm" baru saja Chaca hendak berteriak, sebuah tangan yang sepertinya milik seorang laki-laki membekap mulut Chaca.

Tentu saja gadis itu memberontak. Namun kekuatannya seakan-akan hilang saat laki-laki yang lebih tinggi darinya itu mengucapkan kalimat yang membuat otak Chaca diharuskan berfikir kebelakang.

"Lo terget selanjutnya" bisiknya tepat di telinga Chaca.

Kalimat itu seperti kalimat yang pernah Chaca baca sebelumnya, air mata gadis itu telah mengalir begitu saja.

Pandangannya mulai memutar takala ada sesuatu yang menyentuh lehernya, rasanya seperti digigit semut.

Setelahnya, pandangan Chaca benar-benar pudar dibarengi dengan suara pecahan kaca jendela yang sangat nyaring.

"Bangsat!!" Hanya suara itu yang Chaca dengar, Chaca benar-benar telah memejamkan matanya.

Cowok berbaju serba hitam itu langsung berlari seperti bayangan meninggalkan seorang cowok berkemeja putih yang kini telah menggendong tubuh mungil Chaca yang masih berbalut seragam basah.

"Tahan Cha, pleas" ucap cowok itu lalu langsung berlari keluar rumah membawa Chaca memasuki mobilnya.

Dengan secepat kilat, ia membawa gadis mungil yang belum membuka matanya itu menuju rumah sakit terdekat.

****

Aroma khas rumah sakit membuat semua orang tak betah berlama-lama disana.

Seorang cowok yang memakai kemeja putih dengan sedikit noda dadah disiku itu tak henti-hentinya meremas jarinya sendiri.

Dia Dion, tetangga Chaca. Tadi waktu ia baru saja pulang dari kampus, Dion mendengar suara jeritan Chaca yang tertahan.

Cowok itu bahkan harus memecahkan kaca jendela rumah Chaca karena saat mengintip ia melihat Chaca tengah dibekap.

Dion juga melihat saat laki-laki berpakaian serba hitam itu menyuntikkan sesuatu yang membuat tubuh mungil Chaca yang tadinya memberontak mulai lemas tak berdaya.

Suara pintu nerdecit, seorang wanita patuh baya dengan seragam putih khas dokter. Dion langsung bangkit "Giaman dok keadaan Chaca?"

"Dia gak papa kok, dia cuma gak sadarkan diri karena obat bius. Cuma suhu tubuhnya yang tinggi, jadi dia harus dirawat seengaknya sampe dia siuman" ucap dokter itu.

CHACA (ENDING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang