18
Aku terlihat baik-baik saja kan?~
Maka dari itu, Dion bisa tau jika ada yang mengikuti Chaca.
Gadis yang ingin sekali ia lindungi tengah memakan nasi gorengnya disebuah meja makan berukuran besar dengan muat enam orang. Meja sebesar itu membuat Chaca terlihat sangat menyedihkan.
Duduk sendirian, tanpa ada yang menemani? Ah bagi Chaca itu sudah biasa. Meskipun Juan sangat menyayangi Chaca namun laki-laki itu harus melaksanakan tugasnya sebagai seorang ayah untuk mencari nafkah.
Laki-laki itu bukanya tak peduli dengan apa yang Chaca alami, bahkan Juan akan berubah menjadi seorang yang mungkin sangat berbeda dengan Juan yang sebelumnya jika nyawa Chaca terancam.
Juan bahkan tau jika anak semata wayangnya itu sangatlah dalam bahaya, namun mau bagaimana lagi.
Selagi tak ada yang tau jika Chaca adalah anak Jingga maka nyawa Chaca masih dalam kondisi aman.
Tujuan Juan menyuruh Chiko tinggal dirumahnya juga agar bisa menjaga Chaca jika ia tak bisa pulang.Setidaknya laki-laki itu akan merasa sedikit tenang jika ada Chiko di rumahnya.
Berbeda dengan Chaca, gadis itu lebih memilih tinggal sendiri di rumah sebesar itu dibandingkan satu bangunan dengan cowok bermulut cabai dan berhati batu itu.
Chaca memang sangat mencintai Chiko, tapi dia bukanlah pengemis yang bodoh memohon agar Chiko mau mencintai nya juga. Chaca tak pernah memaksakan agar Chiko juga mencinta nya.
Menurut Chaca, jika waktunya tiba. Chiko akan jatuh cinta padanya dengan sendirinya. Jikalau Samapi saat itu Chiko belum bisa mencintai nya, Chaca tau caranya mundur dan melepaskan jadi tak usah merasa kasihan terhadap Chaca.
Gadis itu lebih kuat dari yang terlihat, lebih tegar lebih dari apa yang dilihat. Meskipun cengeng namun Chaca akan mudah sekali merubah moodnya agar tak lagi bersedih.
"Ck, prihatin gue sama hidup gue sendiri!" Kekehnya sebari melakukan aktivitas makannya yang belum ia selesaikan.
"Beli sendiri, nyiapin sendiri, makan sendiri. Ck, kek sebatang kara jadinya" ocehnya lagi.
Kepala Chaca terdorong ke depan saat sebuah tangan mendorongnya dari belakang, pelakunya adalah cowok yang tengah membuka kulkas lalu meminum air mineral yang tersedia di kulkas berukuran besar itu.
"Deteng-dateng udah bikin naik arah Lo!" Ketus Chaca.
"Gue mau keluar bentar, Lo dirumah aja gak usah keluyuran!" Ucap Chiko.
"Tumben Lo laporan sama gue" Sindir Chaca.
"Gue gak mau repot! Kalo Lo keluyuran terus pas om Juan pulang elo belum pulang. Nanti gue yang disuruh nyari! Males gue" kata Chiko.
Chaca menelan nasi gorengnya susah payah, ia pikir Chiko memang benar-benar khawatir jika ia keluyuran sendirian. Ternyata ada sebuah alasan yang membuat Chaca hanya menelan ludahnya sendiri. "Gue kira elo emang khawatir sama gue"
"Ngerep! Kunci garansi sama pintu depan gue bawa biar elo gak kabur dan nyu-"
"Iya, gue nyusahin kan? Udah Sono pergi! Ceramah terus kek ustadz" ketus Chaca.
Chiko hanya tersenyum miring lalu melangkah pergi begitu saja tanpa mau mengucapkan kata lagi, Chaca juga melanjutkan acara makannya.
Baru saja Chaca menyendok nasi gorengnya yang hanya tersisa satu sendok, lengannya ditarik membuat Chaca langsung bangkit tanpa aba-aba. Pelakunya jelas Chiko, cowok itu tanpa aba-aba menarik lengan Chaca.
Tangan mungil Chaca menghardik tangan Chiko yang menggenggam lengannya "Lo apa-apaan sih!" Bentak Chaca.
Chiko kembali meraih lengan Chaca "Ikut gue!" ucapnya tegas.
Lagi-lagi Chaca menarik kembali lengannya membuat Chiko berdecak "Ogah! Lagian udah malem waktunya gue bobok cantik"
"Tinggal ikut aja apa susah nya sih Cha?!" Tanyanya tegas.
Chaca melipat kedua tangannya didepan dada "Susah banget lah! Lo pikir gue gak capek harus terus nurut sama apa yang elo om-"
"Ikut atau gak?!" Sentak Chiko membuat ucapan Chaca menggantung.
Mata gadis itu menatap mata Chiko heran. Tak biasanya cowok bermulut cabai itu mengajaknya pergi, terakhir Chiko mengajak Chaca pergi.
Waktu Silfi minta di belikan pembalut. Dan Chaca harus rela ditinggal oleh Chiko untuk segera menemui Silfi.
"Gak" tegas Chaca.
"Oke, tapi jangan salahin gue kalo elo kenapa-kenapa dirumah sen-"
"Lo khawatir sama gue?"
"Ck, gue tanya sekali lagi. Ikut atau enggak?" Tanya Chiko.
Chaca menaik-turunkan alisnya "Ikut" ucap Chaca dibarengi senyum lebar dimulutnya.
"Jarang-jarang kan Chiko ngajak gue pergi, siapa tau dia mau ngajak gue jalan-jalan tapi gengsi mau bilang" pikir Chaca saat ia meng-iya kan ajakan Chiko.
"Ganti baju yang bener!" Ketus Chiko dan sontak membuat Chaca tersenyum malu.
"Lo ma-"
"Cepatan atau gue tinggal!" Ancam Chiko. Chaca langsung berlari menuju kamarnya dan dalam hitungan menit, gadis itu keluar dengan sudah berganti pakaiannya.
Chaca hanya memakai kaus polos berwarna putih dipadukan dengan celana jens sebatas paha, Chaca juga memakai jaket berwarna pink oversize yang menutupi celananya.
"Ck, siapa yang suruh elo pake celana sependek itu?" Tanya Chiko saat Chaca berdiri di hadapannya.
"Lah emangnya elo ngelarang gue pake celana ini?"
"Serah elo mau gak pake baju pun gue gak peduli! Cepetan masuk ke mobil gue!" Ucap Chiko membuat Chaca memanyunkan bibirnya sebal lalu melangkah lebar mendahului Chiko menuju mobil yang ada di garasi rumah nya.
*****
See you next part ya..
Jangan lupa klik bintang nya ya..aku tunggu 150 bintang....
Jangan lupa comment ya..
Salman
sellaselly12
KAMU SEDANG MEMBACA
CHACA (ENDING)
Teen FictionFOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA!!🔥 CERITA SUDAH ENDING DAN PART MASIH LENGKAP ❤️🥀 Chaca, gadis pendek berambut sebahu dengan poni tipis ala Dora, pecinta es krim coklat dan barang-barang berwarna pink,Ceria dan sangat friendly. Tahun pertama SMA meman...