30Bagiku, sahabat bukan dia yang tertawa lalu menolongnya saat sahabatnya terjaruh. Tapi, dia yang langusng menolongnya saat semua orang menertawakannya. Dia akan datang dan mengulurkan tangannya tanpa malu dan hanya memikirkan sahabatnya yang mungkin terluka~~
"Pagi" sapa seseorang dari belakang dimana Chaca tengah memakan sarapannya.Gadis itu menengokan kepalanya padahal makanan nya masih memenuhi mulutnya hingga menggembung.
Cowok yang tadi menyapa Chaca duduk di kursi yang ada di depan Chaca dengan santai "Ngapain lo?" Tanya Chaca dengan mulut yang masih tetap saja mengunyah makanannya.
"Gimana tidurnya"
Chaca meletakkan sendok nya dengan sedikit hentakan, hingga menimbulkan decit benturan.Gadis berkepang dua itu memutar bola matanya malas "Nyenyak banget, makasih. Itu kan juga berrrkat elo juga" ucap Chaca dengan nada sebal dan dengan penekanan.
Semalam, Chiko menyeret Chaca untuk keluar dari kamar hotel yang sama dengan Silfi--Pacarnya.
Mungkin Silfi mengadu kepada Chiko dan menyuruh Chiko mengusir Chaca dari kamar gadis yang katanya cantik itu.
Chiko. Cowok itu tersenyum miring, "Mau jalan?" Ucapnya dengan nada lembut.
Alis Chaca mengkerut, tentu saja gadis itu bingung dengan perilaku Chiko yang berbeda dari sebelumnya. "Kesambet setan hotel Lo?" Tanya Chaca mengejek.
Tangan Chiko menyentuh tangan kanan Chaca yang diletakkan di atas meja "Ayo!" Ucapnya dengan sedikit menarik tangan Chaca.
"Lep-"
"HYA!! LO GILA YA CHA?" sontak, suara bentakan yang berasal dari arah pintu masuk kantin membuat kaget Chaca.
Bahkan beberapa orang yang ada di dalam kantin menengok kearah sumber suara dimana ada dua gadis berwajah glowing. "LEPASIN TANGAN ELO DARI COWOK GUE!!" Bentak Silfi sebari berjalan mendekati Chaca.
Dengan susah payah, Chaca mencoba melepaskan tangan yang digenggam oleh Chiko.
Hasilnya nihil, tenaga Chiko terlalu kuat bagi Chaca. "Chiko! Lepasin, gue gak mau bikin masalah pagi-pagi!" Ucap Chaca dengan sedikit berbisik agar Silfi tak mendengar nya.
Chiko masih saja tak mau melepaskan genggaman tangan itu membuat Chaca geram sendiri, padahal sudah jelas siapa yang digenggam dan siapa yang meng-genggam.
Hanya membutuhkan waktu beberapa detik bagi Silfi untuk samapi di mana Chaca berdiri saat ini.
Gadis yang memiliki tinggi badan yang lebih tinggi dari Chaca itu langsung melepas paksa tangan Chaca dengan hentakan yang membuat tangan mungil Chaca sedikit panas.
"Jadi cewek gak usah ganjen!" Ucap Silfi menggenggam erat tangan Chiko."Chiko cuma milik gue, dan Lo gak berhak buat nyentuh cowok gue!" Tegas Silfi.
Chiko menarik genggaman Silfi "Kita perlu bic-"
"Gak! Perempuan gak tau malu ini perlu pelajaran! Gue gak terima kalo cowok gue dipegang-pegang cewek gila yang gak tau malu kayak dia!" Potong Silfi. Chiko menghembuskan nafasnya.
Chaca melipat kedua tangannya didepan dada "Lo gak malu ngomong kayak gitu dengan status lo yang sekedar pacar?" Sinis Chaca sebari terkekeh diujung ucapannya.
Satu tangan Silfi mengepal kuat "Oh tentu, lebih baik jadi pacar tapi di akui dibandingkan Lo? Tunangan tiada arti!"
"Cih, silahkan ambil cowok yang Lo puja-puja! Lagi pula, gue udah gak suka lagi. Ambil be-" ucapan Chaca menggantung saat tangan kanan Silfi hendak menamparnya hingga reflek Chaca memejamkan matanya.
Tiga detik berlalu, Chaca tak merasakan apapun yang menyentuh tubuhnya. Gadis berambut sebahu itu membuka matanya "Rian?!" Kejutnya saat tangan Silfi berhenti saat hendak menampar beberapa centimeter dari pipinya, Rian menahan lengan Silfi hingga gadis itu tak sampai menyentuh pipi Chaca.
"Lepasin tangan Lo dari Silfi!, Atau-" Ucap Chiko memegang tangan Rian.
"Atau apa? Huh?" Tanya Rian sinis.
"Sttt" cicit Silfi saat cengkraman tangan Rian meremas pergelangan tangannya.
"Bajingan!" Bentak Chiko lalu dengan satu tangannya yang tadinya digenggam Silfi bergerak untuk segera melayangkan tinju.
Lagi, beberapa centimeter sebelum tinju itu mengenai Rian, seseorang menahannya. "Lo?" Kejutnya Chiko.
Chaca masih diam ditempat lantaran bingung akan kejadian yang ada didepan matanya itu. "Kya! Kalian mau nyebrang? Pake saling bergandengan gitu lagi" ejek Chaca enteng.
Rizal, cowok yang memegang tangan Chiko langsung melepaskan cengkeramannya. Begitupun dengan Chiko dan Rian.
"Ikut gue!" Ucap Rian meraih lengan Chaca dan menariknya paksa.
"Gak!, Dia ikut gue!" Ucap Rizal dingin.
Chiko tersenyum miring "Kalian pikir, kalian siapa? Yang boleh ngajak Chaca cuma gue!" Ketus Chiko.
Chaca memanyunkan bibirnya sebal "Kalian pikir gue mau gitu diajak kalian? Sorry, gue juga punya urusan sendiri" tukas Chaca melepaskan genggaman tangan Rian lalu berjalan santai meninggalkan mereka.
Dua langkah, Chaca membalikkan badannya "Oh iya, kenapa rebutan gue? Padahal didepan gue ada ratu sekolah. Katanya" ucap Chaca penuh dengan percaya diri.
Dilihatnya, Silfi menggeram sebal dan langsung pergi begitu saja, tentu saja dengan menyeret Vivi yang sedari tadi berperan sebagi penonton.
Sedangkan Chiko dan Rizal pergi entah kemana. Rian, cowok bandel itu dengan santai nya melangkah mengikuti Chaca.
Rian berjalan dengan kedua tangan sengaja ia masukkan kedalam saku celana jens hitam yang ia padukan dengan kaus polos berwarna hitam dan dilapisi kemeja kotak berwarna biru.
Chaca kembali membalikkan badannya, lalu berdecak sebal "Lo ngapain ngikutin gue?!" Tanya Chaca tepat didepan Rian.
Cowok itu menaikkan alisnya sebelah "Kaki gue, terserah gue lah" ucap Rian cuek.
Chaca menghentakkan kakinya kesal "Terserah!!" Sebal Chaca, melangkah kembali melanjutkan langkahnya yang tadi sempat berhenti.
Bahkan gadis bertubuh mungil itu tak menghiraukan Rian yang terus mengikuti langkahnya dari belakang.
Yea,,, makasih yang udah mau baca terus sampe part ini...
Jangan lupa VOTEMENT yaa,,,,
Comment yang banyak,,, kasih saran alur juga gak papa...
See you next part yaaa....
Salman
@sellaselly12
KAMU SEDANG MEMBACA
CHACA (ENDING)
Teen FictionFOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA!!🔥 CERITA SUDAH ENDING DAN PART MASIH LENGKAP ❤️🥀 Chaca, gadis pendek berambut sebahu dengan poni tipis ala Dora, pecinta es krim coklat dan barang-barang berwarna pink,Ceria dan sangat friendly. Tahun pertama SMA meman...