Masturbasi

11.5K 136 10
                                    

Gemericik air dingin jatuh ke pundak Vino. Tangan pria itu memegang batang merah mencuat di antara selangkangannya dan bergerak naik turun. Vino menengadah membiarkan air dengan bebas menyapu tubuhnya sambil menggerakkan tangannya semakin cepat.

“ Hmmm hmmm ahhh Crystalhhh hmm... ” desisnya sambil membayangkan Crystal tengah menjilati penisnya.

Wajah Vino memerah dengan tidak wajar. Penuh keinginan dan kerinduan kuat di balik kelopak matanya yang terpejam erat.

Vino mengerang, “ Mmhhh ahhh Crystalhhhh... ” cairan putih kental muncrat dengan deras mengenai dinding.

Vino terengah-engah. Mencari dinding untuk menopang tubuh letihnya. Ia lelah berdiri dan mengocok sejak pulang sekolah hingga saat ini. Cih. Sialan si Rere. Kayak jalang banget bodynya. Meakipun gak segede Crystal masih bisa bikin gue ngaceng sampe gamau tidur lagi. Kutuknya dalam hati.

Vino berjalan keluar kamar mandi dengan handuk melilit pinggangnya, melihat jam dinding menunjukkan pukul setengah tujuh dan semakin mengumpat. Ia merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur, menutup matanya lelah tanpa ganti baju.

Tapi sayangnya bukannya tidur cepat, ia malah terbayang bentuk tubuh Rere lagi ditambah wajah polosnya yang ingin sekali ia banting di ranjang saat itu juga.

“ Ck. Repot! ” umpatnya merasakan miliknya berdiri tegak lagi di balik handuk.

Vino mengambil ponselnya dari atas nakas lalu menghubungi sebuah nomor, “ Jalang baru, yang masih perawan, cepet. ” lalu ia menutup kembali teleponnya tanpa menunggu pihak lain menjawab.

Setengah jam menunggu membuat Vino nyaris frustasi dengan dirinya. Ia berkali-kali menggesek penisnya dengan telapak tangan sampai bel pintu berdering.

Tanpa membenarkan handuknya, Vino langsung berjalan ke depan dan membuka pintu melihat gadis kecil dengan pakaian seksi menatapnya takut. Di belakangnya ada pria berusia dua puluh tahun yang sudah dikenal Vino. Pria itu mendorong si gadis pada Vino hingga jatuh ke pelukan Vino.

“ Pesenan lo, ”

Tak menjawab, Vino menarik gadis itu masuk ke dalam dan membantingnya di balik pintu yang baru saja tertutup. Ia menunduk menatap mata besar gadis itu menatapnya polos dan takut.

Vino menyeringai, “ Takut, hum? Abis ini lo juga bakal suka. ” tak membiarkan gadis itu menjawab, Vino langsung mencium gadis itu penuh gairah. Tangannya meraba lekuk tubuhnya dan merobek gaun dan bra gadis itu sekaligus. Ia menggerakkan tangannya ke bawah merobek celana dalamnya.

Gadis itu meronta kehabisan napas tapi Vino masih asyik menghisap bibirnya seperti permen. “ Mmpphhh hmmphhh ” gadis itu berusaha berteriak tapi gagal.

Vino tersenyum di antara ciumannya. Tangannya meraba pangkal paha gadis itu dan membelai bagian luar vagina. “ Hmm? Udah basah? ” seringai nakal terpatri di bibirnya.

Ciumannya turun ke leher dan dada, meninggalkan bercak merah keunguan.

Satu jari masuk ke dalam lubang bunganya. “ Jangan dijepit. ” gumamnya merasakan jarinya akan patah.

Tubuh gadis itu menegang merasakan benda asing masuk ke dalamnya. Lubangnya jadi lebih ketat, “ Jangan... ” lirihnya.

Vino tak menggubrisnya, terus menjilati dadanya dan sesekali menghisap puting merah mudanya. Jarinya ikut bergerak perlahan.

“ Umhhh jangannn jangann ” mohon gadis itu dengan suara gemetar.

Vino menutup telinga, jarinya bergerak lebih cepat. “ Siapa nama lo? ” tanya Vino sambil terus menggesek pintu vaginanya.

BALRESTA ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang