Memberimu

4K 126 12
                                    

Buat pemberitahuan ya, dari awal sebenarnya memang cerita ini pemeran utama pria bukan Vino, tapi Arthur. Vino cuma digunakan sebagai konflik agar Rere bisa menemukan ‘Reno’ yang lain.

.............................

Rere mengulurkan tangannya ke area vagina yang menetes, menyentuhnya dengan gerakan erotis.

“ Aku basah. ” memanjat bahu Arthur dan membisikkan kalimat tepat di telinganya.

Arthur mengepalkan tinju di samping tubuh, menatap Rere serius, “ Kamu yakin nggak akan menyesal kalau kita bercinta padahal ini adalah pertama kalinya kita bertemu? ”

Rere mendengus, menggigit jakun Arthur lembut memberi provokasi halus. “ Um. ” dia menanggapi sambil menjilat jakunnya.

Arthur menggeram, “ Oke, jangan menyesal. Aku hanya memberi apa yang kamu mau. ” tangannya melingkari pinggang Rere menekan tubuhnya ke depan sementara tangannya turun ke pantat Rere, menelusup di sela lubang anal dan vagina, menggosok lembut.

Napas berat menyembur di lehernya disertai kecupan-kecupan ringan di sepanjang tulang selangka. Rere memeluk leher Arthur erat, menoleh menjilat sisi lehernya. Sesekali memberikan ciuman seringan kapas membuat napas Arthur kian tebal.

“ Ugh... ” Rere ditusuk di vaginanya oleh jari panjang dengan kapalan tipis merangsang lubang bunganya semakin deras mengalirkan air.

Arthur mengaitkan bibirnya tersenyum miring. Jarinya masuk lebih dalam di lubang ketat, melonggarkan dan memasukkan satu jari lagi. Rere kembali melenguh tertahan. Arthur menurunkan kepalanya di dada Rere meraup ujung payudara ke dalam mulut dan menyedotnya keras.

“ Angghhh ahh hahh haaahhh ” Rere menutup mulutnya dengan satu tangan dan memeluk leher Arthur dengan tangan lain.

Arthur tertawa, mengangkat kepalanya menatap wajah penuh nafsu Rere. “ Kamu terlalu sensitif, baby. ” bisiknya lembut seperti bulu. Arthur menarik jarinya keluar, menjilat cairan dengan nikmat seolah belum pernah merasakan rasa itu sebelumnya.

Rere memelototinya, memukul bahunya kesal dan malu meski tidak akan terasa karena saat ini dia kehilangan tenaga bahkan untuk berdiri. Arthur mencium bibirnya, membaringkannya di atas ranjang dengan nyaman.

“ Aku akan masuk, bisakah kamu menahan sebentar? ” bisiknya lembut.

Rere mengaitkan lengannya di leher Arthur, mengangguk lemah, “ Ya. ”

Arthur tersenyum. Ia turun dari atas Rere menurunkan resleting celananya mengeluarkan penis besarnya yang tersembunyi. Rere menelan ludah. Besar banget! Mati gue. Ia tiba-tiba menyesal menawarkan diri. Kalau dia tau miliknya lebih besar dan lebih panjang dari Vino, mungkin dia akan setuju membiarkannya melepaskannya.

“ Kenapa? Menyesal? ” Arthur menyeringai, kembali naik ke tubuh Rere. “ Kamu nggak bisa menyesal sekarang karena tadi aku sudah memberi pilihan untuk berhenti dari awal. ” Tidak menunggu Rere bereaksi, Arthur melebarkan paha Rere mempertontonkan vagina merah muda yang membuka dan menutup dengan cairan menetes disana.

Rere melihat mata mengejeknya tanpa sadar menggeleng keras kepala, “ Kamu masuk. ”

Arthur tersenyum, menunduk mencium dahi, kelopak mata, ujung hidung, dan berakhir di bibir lembutnya. Perlahan ciuman itu bergerak saling mengaitkan lidah, mengabsen gigi atas dan bawah bergantian lalu menyesap cairan dengan rakus. Satu sama lain tidak mau mengalah menjadikan ciuman semakin intens.

“ Hmmm... ” Rere mencengkeram surai Arthur erat.

Merasa perhatiannya teralihkan, Arthur menekan belakang kepala Rere semakin memperdalam ciuman sambil menyelaraskan kepala penisnya dengan pintu masuk Rere. Dia mendorong pinggulnya ke depan menusuk vaginanya.

BALRESTA ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang