Crystal

4K 111 6
                                    

Rere mendengus geli ketika merasakan benda basah dan lembut menyapu pipinya. Ia menampik wajah Vino menjauh, menyeka air liur di pipinya dengan kesal.

“ Apaan sih Vin jilat-jilat, geli tau. Sana-sana gue masih ngantuk! ” gumamnya dengan suara serak karena baru bangun.

Bukannya menjauh, Vino malah memeluk pinggang Rere erat seraya membenamkan kepalanya di dada empuk wanita itu. Ia menjulurkan lidah menjilati puting merah mudanya perlahan dengan sensual membuat Rere mendengus nyaman.

Satu tangan Rere yang tadinya berniat mendorong tubuh Vino menjauh berbalik menekannya ke tubuhnya hingga dada tegas pria menempel di perutnya.

“ Um... Vinn? ” erangnya bingung tidak tau ingin mendorongnya menjauh atau lebih dekat.

Vino terkekeh mendengar nada bingungnya, tangannya mengembara ke puting lainnya untuk diuleni sambil terus memakan payudara Rere. Rere menggigit bibir bawahnya dengan putus asa merasakan jari ramping melewati mulut kecil di bawah.

Rere menghentikan tangan Vino agar tidak menggosok pintu masuk lubangnya, menarik napas seringan mungkin untuk menyembunyikan keinginan yang dinyalakan.

“ Kita harus bersih-bersih. Kamar kamu juga berantakan banget, loh. ” ucap Rere mengalihkan perhatian ke penjuru kamar.

Vino mendengus. “ Itu bisa nanti aja, sekarang aku lebih butuh kamu, terutama little Vino. ” napas panas menyembur ke leher Rere menyebabkan ia menghindar tanpa sadar. Vino menggerakkan jari tengahnya yang ada di dalam Rere dengan menekuknya dan meluruskannya lagi, begitu terus hingga Rere tak dapat lagi menahan erangan keluar dari bibir merahnya.

Tangan Rere yang menghentikan pergerakan Vino terasa lembut seolah tanpa tulang, tubuhnya juga sangat lemah hanya untuk menghentikan pergerakan iblis itu. Vino bisa tersenyum saat tangan Rere tidak memahannya lagi dan mulai menekuk jari tengahnya menjadi kail lalu menarik keluar, ia kembali meluruskan jarinya sembari masuk lebih dalam.

Rere meremas bahu Vino lemah. Ia sangat terpesona sampai tidak bisa berkata-kata dan kehilangan pikiran untuk mrnghentikannya.

“ Ngghhh Vinn... ” Rere menahan jeritannya menjadi erangan manis.

Mendengar suara centil wanita di depannya membuat Vino kian bersemangat menarik kail dari lubang manis Rere. Berkali-kali erangan centil menggema di ruangan luas itu hingga jeritan tak tertahankan keluar ketika cairan lengket menyembur dari vaginanya.

Vino terkekeh, menarik jari tengahnya keluar lalu menurunkan kepalanya ke pangkal paha Rere untuk memberi kecupan ringan pada kelopak bunga yang secantik mawar dengan madu berlumuran hingga membasahi seprai. Vino menjilat cairan, merasa manis buah pir membekas di lidah. Ia merangkak naik berhadapan dengan wajah penuh nafsu Rere dengan senyum menawan. Vino mengaitkan dagu Rere, turun menggigit bibir merahnya dan membabat habis rasa manis yang tercampur dari cairan bunga dan sekresi air liur Rere.

Rere melingkarkan kedua lengannya di sekitar leher Vino menanggapi ciuman panas pria itu. Sebenarnya ia cukup malu ketika Vino menciumnya dengan bibir basah oleh cairan orgasmenya namun itu dilupakan segera ketika bibir dan lidah mereka menyatu membentuk harmoni yang indah di pagi hari.

Vino membuka paha Rere lebih lebar, mengarahkan penis tegaknya ke lubang basahnya dan bersiap membidik ketika ponsel Rere berbunyi. Rere bergegas mendorong Vino menjauh dan meraih ponselnya melihat siapa yang menelpon.

“ Halo, Re, ”

“ Halo, Fer. Kenapa telpon? Kan gue udah bilang kalo gue lagi sama Vino. ” balas Rere tidak sabar karena kegiatan olahraga paginya tertunda.

BALRESTA ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang