Membantu atau Dibantu

1.9K 76 1
                                    

Arthur tertegun memandang Rere yang berdiri malu-malu membelakangi pintu. Gerakan naik turun tangannya terhenti mendengar ucapan wanita itu. Sebelum dia sempat menolak, Rere melemparkan tatapan bersalah dan malu-malu membuatnya tak berdaya sekaligus menambah bahan bakar ke dalam api. Arthur menutup matanya, mengangguk samar.

Melihat respon positifnya, Rere perlahan mendekatinya dengan langkah siput. Jujur saja dia sebenarnya takut. Bukannya dia munafik, tapi pria kalau sudah masalah ranjang meski sudah dibantu dengan tangan dan mulut, pasti nantinya akan meminta lebih. Dia tidak mengatakan omong kosong karena nyatanya Vino seperti itu.

Setibanya di samping Arthur, Rere naik ke paha kokoh pria itu menghadap penis yang berdiri bangga dengan kepala berwarna merah muda. Bentuk yang panjang dan berlekuk oleh otot membuat Rere menelan ludah. Meski pernah tidur dengan Arthur sekali, ini pertama kalinya ia benar-benar memperhatikan benda yang pernah keluar-masuk tubuhnya.

Rere mengulurkan tangannya menyentuh ujungnya dengan jari telunjuk menyebabkan tongkat itu bergetar dengan antusias. Wajah Rere sematang tomat rebus mendapat reaksi seperti itu. Rere menggigit bibir bawahnya gugup, kedua telapak tangannya membungkus sekitar penis Arthur membuat pria itu mendengus teredam. Rere merasa seolah tangannya gemetar ketika tubuhnya condong ke depan berhadapan dengan penis Arthur. Perlahan tangannya bergerak naik turun dengan lembut, sesekali membelai telurnya. Rere mendekatkan wajahnya, menjulurkan lidahnya untuk mengincipi rasanya terlebih dahulu.

Asin.

Rere menjilat beberapa kali lagi. Seakan tidak puas, Rere langsung melahap kepala penis ke dalam mulut kecilnya. Kepalanya tanpa sadar bergerak ke bawah dan ke atas sambil menjilati benda di mulutnya.

Lidahnya bergerak dengan fleksible mengelilingi batang penis bergerak melingkar lalu pindah ke kepala penis, menusuk tempat yang mengeluarkan air dan menyedotnya dengan sedikit usaha. Kepala Rere miring ke kanan, menjilati sisi kiri penis Arthur lalu bergerak ke tengah memainkan lubang kecil untuk mengeluarkan urine dengan lidahnya.

Arthur menegang, membelai kepala Rere lambat. Sesekali dia mendengus dan bergumam pelan dengan wajah menengadah dan mata yang masih tertutup. Ia tidak mempermasalahkan gerakan tangan Rere yang kadang tersentak-sentak, cukup menikmati kehangatan mulut kecilnya membuatnya merasakan kerinduan terbesar untuk mencintai wanita itu di bawahnya.

Satu jam kemudian, tangan Rere sudah pegal-pegal, mulutnya juga mati rasa menampung raksasa yang sepertinya semakin besar. Arthur memegang kepala Rere, menggerakkan pinggangnya sendiri dengan cepat dan dalam hingga ke kerongkongan, cairan lengket putih susu muncrat begitu saja di dalam mulut Rere. Tanpa sadar Rere menelannya dan ambruk di pinggang Arthur.

Arthur mengeluarkan penisnya, mengangkat Rere yang sangat kelelahan pindah berbaring di pelukannya. Tangan besarnya mengambil tisu dari nakas, mengelap sisa-sisa air mani di sekitar mulut Rere. Dia menyeka penisnya yang masih setengah berdiri dengan tisu sambil menenangkan keinginan bejatnya. Arthur membelai tangan Rere yang mati rasa lalu memijatnya dengan lembut seolah tak tahan menyakiti wanita itu.

“ Ngantuk? ” Arthur menunduk menatap Rere di pelukannya.

Rere mengangguk lemah, menggosok kepalanya di dada Arthur manja dan malas seperti kucing persia. Arthur terkekeh, membelai rambutnya, “ Tidur aja nggak papa, gue bantu pijitin tangan lo. ”

“ Um... Tapi abis itu lo tidur juga ya hoammm.... Lo butuh banyak istirahat... ” ucapnya mengantuk.

Arthur bergumam mengiyakan, terus memijat tangannya sementara Rere perlahan tertidur dengan nyaman di pelukannya. Arthur memandang wajah cantik Rere sambil tersenyum kecil. Ia menunduk mematuk hidung Rere.

BALRESTA ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang