Kemarahan Leo

7.1K 104 22
                                    

Rere berjalan memasuki rumah, melirik sekitar yang sepi membuatnya mengerutkan kening bingung. Semuanya kemana? Kok sepi gini rumah? Bukannya tadi Kak Leo masih di rumah, ya? Pikirnya bingung.

Rere menyusuri rumah, ke dapur, kolam renang, bahkan sampai ke kebun belakang ia cari tapi masih tidak melihat satu pun orang selain dia di rumah. Dengan putus asa Rere naik ke kamarnya karena lelah berkeliling. Udah capek digituin sama Vino, masih muter lagi nyariin orang rumah. Pada kemana sih!?

Rere merebahkan tubuhnya di atas kasur. Berbaring menghadap langit-langit kamar dan menutup matanya bersiap tidur. Sedetik setelah Rere tidur, ponselnya bergetar karena notif pesan masuk.

Saat hari beranjak malam Rere membuka matanya menyaksikan Leo berdiri menatapnya dingin sambil bersedekap dada. Rere buru-buru duduk.

" Bangun? " tanya Leo dengan nada dingin.

Tubuh Rere kaku. Ia merasakan sakit di bagian bawahnya tapi tetap bersikap biasa-biasa saja. Rere mengangguk, " Um. Lo kenapa disini? "

Leo mengangkat alisnya sinis, " Kenapa? Gue nggak boleh kesini tapi lo bolehin Vino masuk ke lubang lo? " sarkas pria itu menatap tajam gadis di tempat tidur.

Rere membelalakkan matanya kaget. " Lo...? " ia tidak bisa meneruskan ucapannya karena tubuhnya gemetar ketakutan.

" Apa? Tau? Lo mau nanya kenapa gue bisa tau? " Leo bertanya dengan sinis. Ia membanting ponsel Rere pada pemiliknya, " Liat baik-baik apa yang dikirim Vino. " ucap pria itu sebelum berbalik pergi dengan membanting pintu kamar.

Tangan Rere mengambil ponsel dengan gemetar. Ia melihat Vino mengirim video dan menontonnya.

" Hmmhhh ahh ahh Vino lo apain hahh ah ahh... "

" Gue bantu garukin pake jari. "

" Aha ah hahh hahh Vino ahh ini hmmm ahh ahh... "

Rere segera menekan tombol keluar dari video. Wajahnya pucat pasi. " Ja-jangan bilang Kak Leo... " ia segera berlari keluar kamar.

Rere membuka pintu Leo dan mendapati ruangan itu kosong. Rere semakin panik, tak mempedulikan tampilannya yang acak-acakkan, ia menghentikan taksi di depan rumah dan mengarahkannya ke gedung apartemen Vino.

Perjalanan setengah jam terasa berabad-abad bagi Rere. Rere terus bergerak gelisah di kursi belakang dan terus menggigiti kukunya dengan cemas. Ketika taksi berhenti di depan gedung, Rere segera berlari masuk ke dalam lift. Begitu ia keluar dari lift dan berlari ke apartemen Vino dan melihat di depan apartemen, Leo menekan tubuh Vino di dinding dengan lebam di wajah tampannya.

Rere bergegas memeluk Leo dari belakang, menariknya menjauh dari Vino. " Udah Kak, please berenti. " ucap wanita itu cemas.

Leo menunduk memandang Rere dingin. " Lo belain dia? LO MASIH LINDUNGIN DIA YANG UDAH NGAMBIL KEPERAWANAN LO TANPA STATUS?! LO JALANG?! " bentak pria itu penuh emosi.

" IYA GUE JALANG!! EMANG KENAPA?! LO MARAH, MARAH KE GUE! DIA NGGAK SALAH! GUE YANG MAU!! " Rere tidak bisa menahan air matanya lagi. Ini pertama kalinya dia melihat Leo begitu marah.

Pandangan Leo melemah. Kilat dingin melintas di mata gelap pria itu. " Pulang sama gue, gue ajarin jadi jalang yang banyak orang mau. " ucap Leo dingin, menarik Rere hendak pergi.

Vino refleks memutuskan cekalan tangan Leo dari Rere, melindungi wanita itu di belakangnya. " Heh, lo mau ngajarin dia jadi jalang? Apa lo cuma mau nikmatin lubang sempitnya? " ia menatap Leo sinis. " Lo boleh tonjok gue, tapi gue juga bisa nonjok lo. Lo udah nidurin Crystal, kan? Lo kira gue nggak tau? Lo kira gue buta? Lo tertarik sama tubuh Crystal, gue nggak komentar, tapi waktu dia masuk rumah sakit, lo masih peduli? Nggak! Lo sama sekali nggak peduli! Crystal cewek gue! Dia calon ibu dari anak gue! Tapi dia mati! Janinnya juga mati! Siapa yang bisa gue salahin?! SIAPA, HAH!? " Vino mencengkeram kerah Leo dengan putus asa. Matanya merah karena amarah yang tak terbendung.

BALRESTA ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang