Basah

9.4K 118 7
                                    

Rere memejamkan matanya yang terasa begitu berat untuk dibuka. Telinganya samar-samar menangkap kesibukan Ferro menata barang-barangnya di kamarnya. Ferro sejak tadi menggerutu pelan seraya menata barang-barang Rere bahkan memiliki keinginan untuk membakar semuanya agar cepat beres.

“ Gue ngantuk nih, Fer, gue tinggal tidur ya? ” sayup-sayup suara Rere keluar pelan nyaris berbisik.

Ferro mendelik, “ Coba aja lo tidur gue pastiin bangun-bangun lo ada di TPU. ” ancam pria itu.

Rere mendengus, “ Ahhh ayolah Fer... Gue capek banget sumpah. ” ia merengek sembari berusaha membuka lebar-lebar matanya. Tapi jangankan terbuka lebar, menyipit pun kelopak matanya seperti diberi lem.

Ferro melirik wanita di atas kasur yang terbaring miring menghadapnya dengan mata tertutup rapat. “ Salah lo juga kan, udah tau hari ini lo bakal pindah dari rumah om sama tante lo eh masih sempet aja main sama Vino. ” sindir Ferro sebal.

Bagaimana tidak? Kalau saja Rere tadi langsung pulang dia tidak akan pernah menunggu di depan pagar rumah selama nyaris lima jam sejak jam pulang sekolah. Jelas saja Ferro sangat kesal karena harus berberes selarut itu ditambah ia masih harus membujuk orang tua Leo hingga larut.

Rere bergumam panjang, “ Yah, kalo gitu buka koper gue yang merah, ada kotak hitam itu kompensasi dari Vino karena kelamaan. ” wanita itu menarik guling, memeluknya dengan nyaman dan mulai akan tidur.

Ferro membuka koper merah sesuai inatruksi lalu membuka kotak. Melihat isinya adalah sesuatu yang memang dia sukai Ferro tidak lagi menggerutu,dengan senang hati membantu menata seluruh barang bawaan Rere.

“ Udah gue tatain semua sesuai yang lo suruh. ” Ferro menghela napas puas melihat hasil kerjanya.

Tak ada sahutan dari tempat tidur. Ferro mengalihkan pandangannya dan tak dapat menyembunyikan senyum geli mendapati Rere sudah tertidur nyenyak dalam posisi miring tanpa bantal yang tampak tak nyaman. Ferro mendekat ke sisi ranjang, mengelus kepala berambut putih Rere.

“ Gue tau ini juga berat buat lo, tapi gue udah janji sama Reno buat jagain lo setelah dia pergi. Lo dah kayak adek gue sendiri jadi jangan ragu ngadu ke gue kalo si partner sex ngelakuin yang diluar kesepakatan atau nyakitin lo, karena kalo sampe gue ga tau atau bahkan nggak bisa jadi dinding pelindung yang baik gue bakal ngerasa bersalah banget sama Reno dan lo. ” ia menarik napas berat, membungkuk mencium dahi Rere sayang, “ Good night, kucing kecil, have a nice dream. ” Ferro berbalik keluar dari kamar dan menutup pintu tanpa suara.

☆☆☆

Vino menendang wanita pingsan di bawah tubuhnya kesal. Dia masih tegang dan sama sekali belum menyemprot sejak tadi malam. Dia memandang wanita itu sangat tidak puas terutama karena merasa vagina wanita itu tak sesempit Rere yang sangat tidak memuaskan hasrat seksualnya.

“ Hahh... FUCK! Rugi banget gue nyewa jalang, yang pengen dipuasin gue tapi dia yang terus keluar sedangkan gue dapet capeknya doang. ” Vino mengambil ponsel dari atas nakas kasar, menghubungi nomor manager klub yang menyewakan jalang di bawahnya saat ini. “ Gue tunggu lima menit buat ambil jalang yang semalem lo kirim atau gue tendang dia ke luar apartemen tanpa baju. ” tak menunggu jawaban dari seberang telepon Vino turun dari ranjang lalu masuk ke kamar mandi untuk membersihkan diri dengan air dingin.

Satu jam kemudian dia keluar, menemukan wanita tadi sudah tak ada lagi di kamarnya, ia langsung berganti pakaian dengan seragam sekolah. Vino melirik jam dinding tak bisa menahan umpatan karena waktu gerbang ditutup tersisa dua menit lagi. Vino mengambil tas dan kunci mobil segera keluar apartemen lalu masuk ke dalam lift yang langsung menuju ke garasi. Begitu lift berhenti, tak menunggu pintu terbuka sempurna Vino sudah melangkah keluar menuju mobil lamborgini keluaran terbaru di tempat terdekat dari posisinya.

BALRESTA ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang