Toilet

11K 121 2
                                    

“ Ayo, sekarang kita mulai. ”

Vino menangkap bibir kecil Rere dengan bibirnya, melumat dengan lambat sementara tangannya yang lain meraba pangkal paha Rere menurunkan celana dalam hingga luruh ke pergelangan kaki. Dia memasukkan celana dalam hitam berenda Rere ke saku celananya tanpa sepengetahuan Rere.

Rere mencengkeram bahu Vino erat, tidak bisa mengimbangi ciuman panas pria itu. “ Umm Vino... ”

Vino membelai lubang bunganya sensual, “ Apa? ” tanyanya di mulut Rere.

Rere mendesah, menurunkan satu tangannya lagi ke area selangkangan Vino, membelai penis yang tegak mengacung lembut. “ Masukhhh... Gue mau batang kontol lo mmhhh... ”

“ Hngg... ” tanpa sadar Vino menggeram saat lubang kencingnya ditekan. Cairan prostat mengalir keluar dan dimainkan jemari lentik Rere.

Napas berat berembus dari Vino kala jemari Rere semakin tidak jujur menggosok lubang kencingnya bergantian dengan meraba kantong kembar.

Rere menyeringai, menggigit bibir bawah Vino, “ Masukin, dad... ” gemanya nakal nyaris menghilangkan akal Vino.

Tak mau kalah Vino menangkup puting Rere, menjepit dan memilin dengan jari telunjuk dan ibu jari, “ Apanya yang dimasukin? ” bisikna sensual.

Rere menggerakkan tangannya menggenggam ayam jantan Vino, memijatnya di sepanjang jalan naik dan turun, “ Ini~ Kontol besar lo yang berurat. ” Rere tersipu merasakan urat-urat yang menonjol dalam genggaman telapak tangannya.

Vino menggeram dengan suara rendah, “ Ini yang lo minta, baby, ” tangannya berpindah mencengkeram pinggang lembut wanita itu sementara tangan yang lain meluruskan batang kemaluannya dengan lubang ketat.

Vino menekan pinggulnya ke depan memasukkan penis yang membengkak ke dalam vagina merah dan ketat Rere. Rere melenguh, tubuhnya bergetar merasakan invasi benda asing dalam dirinya. Vino juga menggeram karena sensasi terjepit yang dirasakannya meski ia sudah sering keluar masuk dari lubang ini.

“ Hmmm... ” Rere menggigit bibir bawah meredam suara desahannya.

Vino mengecup kening Rere sebagai pertanda kalau dia akan memulai. Pinggulnya bergerak maju mundur perlahan karena merasa sulit bergerak di dalam sana. Terlalu ketat rrgghhh... Geramnya dalam hati seraya menambah tenaga dalam dorongannya.

“ Padahal udah sering gue masukin lubang lo masih seketat ini, hm? ” Vino menggigit ujung relinga Rere lagi.

Rere memeluk bahu Vino kuat akibat dorongan batang besar yang sepertinya mencapai ke pintu rahim. “ Ahhh Vino ah aha pelan-pelan... ” rintih wanita itu sama sekali tidak menjawab pertanyaan yang tidak seperti kalimat tanya itu.

Vino mengguncang pinggulnya hingga mengenai seauatu yang menonjol berbentuk bulat di dalam leher rahim membuat tubuh Rere gemetar kesenangan karenanya.

“ Yah ah jangan disana umm ah ahm uhhh... ” ujung penis Vino tidak berhenti mengenai tonjolan itu membuat Rere tak bisa berhenti gemetar dan mendesah.

Vino tertawa rendah. “ I find your g-spot baby. ” bisiknya gembira, terus menusuk tonjolan itu.

“ Ah ahn ah ahh ohh yahh Vino hngg... ”

“ Terus sayang, panggil terus nama gue, ” Vino menurunkan kepalanya, menjulurkan lidah menjilati puting merah di dada Rere bergantian.

Dimanjakan atas dan bawah tentu saja tak ada yang bisa menolaknya. Rasa nikmat yang menyengat dari ujung kaki ke puncak kepala membuat tubuh terasa kaku dan yang bisa dilakukan hanya mendesah kenikmatan di bawah dorongan intim itu.

BALRESTA ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang