Very Nice

6.4K 98 8
                                    

Rere berbaring tengkurap di sofa sambil melihat-lihat post di instagram. Beberapa kali dia melihat foto cowok tampan dan tanpa sadar membandingkannya dengan Reno. Tsk. Tsk. Masih gantengan Reno.

Cklek.

" Belom tidur? " Ferro masuk dengan bau alkohol menguar dari tubuhnya. Dia masih mengenakan kemeja lengkap dengan jas kerjanya. Ferro meletakkan tas kerjanya ke samping, melonggarkan dasinya karena gerah.

Rere melirik pria yang kini rebahan di single sofa lalu menggeleng, " Belom, gue masih nungguin pangsit yang gue pesen tadi pagi. " Rere bangun dari posisinya. " Mana pangsit gue? " tanyanya kala tidak melihat bingkisan yang ia harapkan.

" Lupa gue. Gue suruh asisten gue beliin mau kagak? " tawar Ferro seraya membuka kancing pergelangan tangannya.

Rere cemberut, " Mana ada orang jual pangsit jam segini bego. Udahlah, gue mau tidur aja. " ujarnya ngambek seraya pindah ke atas.

Ferro menggelengkan kepalanya melihat tingkah kekanakan wanita itu. Menggulung lengan bajunya hingga siku, Ferro pergi ke dapur menyiapkan apa yang sedari pagi diidam-idamkan Rere. Bahan-bahannya sudah ada, tinggal meraciknya saja. Kuah pangsitnya juga dimasak pada waktu bersamaan agar waktunya cukup.

Satu jam kemudian Ferro naik ke atas dengan nampan berisi semangkuk pangsit dan segelas air gula merah hangat.

Cklek.

Pintu berayun membuka membuat Rere yang masih berusaha tidur membuka matanya. Ferro masuk meletakkan nampan di samping nakas. " Lo tuh ya, tiap dateng bulan nyusahin banget, sih, pengen inilah itulah cem orang ngidam. " gerutu Ferro.

Rere bangun mencium aroma lezat pangsit. Tangannya terulur mengambil mangkuk dari nakas, menghirup aroma lezatnya dengan rakus. Ferro tersenyum geli melihatnya seperti itu. Dia menggosok kepala Rere.

" Makan terus minum air gula merahnya. Gausa dibawa ke dapur, biar besok gue aja yang naroh. " melihat Rere mengangguk, ia kembali merasa gemas pada mantan calon adik iparnya itu. " Gue ke kamar dulu, capek banget. "

Rere mengangguk, " Oke. " dia mengawasi Ferro hingga pintu kamarnya ditutup lagi. Sudut bibirnya tidak lagi ditahan menampilkan senyum lembut yang jarang muncul. " Makasih kakak ipar. "

Di kamarnya, Ferro merebahkan tubuhnya setelah mandi dengan air hangat. Matanya menatap langit-langit kamar lalu meringis, " Pacar lo masih kayak dulu, dek. Andai aja lo masih disini, keinginan gue buat punya adek ipar unyu bakal terwujud. Tapi gini juga gapapa, selama dia bisa jadi adek gue pun ga masalah. Ah, gue jadi ngerasa bersalah sama lo bilang kayak gini, abis kan gue dari awal pengen adek cewek jadi maafin, ya. " Ferro memperbaiki posisi berbaringnya, matanya mulai menutup, " Met tidur, Ren. "

" Selamat tidur Reno. Aku kangen kamu, aku harap kamu juga kangen aku. " bisik Rere begitu menutup matanya bersiap tidur.

☆☆☆

Remaja itu berdiri menghalangi panas matahari yang menimpa gadis berambut sebahu itu. Rambut hitamnya memantulkan sinar matahari menambah poin ketampanannya yang sudah sangat luar biasa untuk remaja tingkat pertama Senior High School sepertinya.

" Panas ya? Makanya kamu tuh kalo dibilangin nurut, kan udah aku ingetin buat kerjain homeworknya dari kemarin-kemarin, sekarang kamu jadi kena hukum kan. " omel laki-laki itu membantu menghalau panasnya matahari siang itu dengan punggungnya.

Gadis itu cemberut, " Aku kan udah ngerjain, Ren, cuma lupa masukin tas aja. " bantahnya.

Reno menghela napas, " Iya emang udah kamu kerjain, tapi mepet makanya ketinggalan di meja belajar, kan? " ucapnya yang langsung membungkam Rere.

BALRESTA ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang