Berharga

7K 115 13
                                    

“ RE! ”

Rere berbalik kala mendengar namanya dipanggil. Tak jauh darinya Leo menghampiri dengan tas tersampir di bahu kanan.

Rere tidak menunggunya tiba, melanjutkan langkahnya yang sempat terhenti. Namun, belum dua langkah tangannya dicekal erat oleh tangan besar. Rere menoleh lagi, “ Kenapa? ” suaranya dingin.

Leo merasa sangat tidak nyaman mendengar pertanyaan Rere tapi sebisa mungkin menutupinya, “ Lo... Mau kemana? ” ia bertanya dengan serius karena melihat arah kaki Rere berlawanan dari rute pulang.

Rere menyingkirkan tangan Leo seraya berkata, “ Apa peduli lo? ” setelah itu ia bergegas ke depan tak memedulikan Leo lagi.

Leo menatap punggung Rere nanar. Ia menunduk, menjambak rambutnya menahan erangan frustasi karena sikap acuh Rere. “ Gue beneran peduli sama lo, ” rintihnya pelan menahan perih yang menghujam ke dalam jantungnya tanpa ampun.

Rere masuk ke dalam taksi yang ia berhentikan lalu membuka ponselnya. Ia bermain ponselnya cukup lama hingga taksi tiba di tempat tujuan. Rere turun setelah membayar taksi. Ia masuk ke lobi hotel lalu menaiki lift menuju lantai dua puluh. Berjalan keluar dari lift, ia segera menuju kamar dengan nomor 2005 dan memutar sandi kamar yang sudah ia tau.

“ Lo dari sekolah langsung kesini? ” tanya seorang pria berusia awal dua puluhan pada Rere dengan tak percaya. Ia baru saja makan keluar dari kamar ketika melihat sosok wanita masuk.

Rere mendengus, “ Lo liat sendiri gue masih pake seragam apa enggak. ” ucapnya malas.

Ferro meletakkan kembali kunci mobilnya pada meja di sampingnya lalu duduk di atas tempat tidur. “ Ya kan gue mo basa-basi doang, Re. Udahlah itu ga penting, yang penting sekarang lo ngapain nyuruh gue ke Indo. Apa yang kata lo urgent itu? ”

Rere melompat jatuh tengkurap di samping Ferro, ia melempar sepatunya dengan nyaman dan berguling-guling, “ Gue pen lo ikut pindah sekolah kesini biar gue ada temennya. ” ujar wanita itu setelah puas berguling dari sisi kan'an hingga membentur tubuh Ferro yang menatapnya dalam diam.

Ferro mengangkat alisnya, menatap Rere aneh, “ Lo gak lupa kan kalo gue udah lulus kuliah? ”

“ Ya tauu... Gue kan minta lo pindahan kesini bukan pindah sekolah kesini, Fer. ” Rere menatapnya jengah.

Ferro membulatkan bibirnya. Ia ikut berbaring telentang di samping Rere. “ Lo nggak seneng disini, ya? Kenapa? Bukannya lo bisa dapet kasih sayang dari Om sama Tante lo, ya? ” ia bertanya dengan mata menatap langit-langit kamar.

Rere menarik lengan Ferro, menjadikannya bantalan untuk kepala. “ Yahh ada masalah sih. Lo kan udah kayak abang gue sendiri, ayo dong jangan nolak. ” rengeknya manja.

Ferro tak bisa menahan rasa manis di hatinya. Tangannya terulur membelai pipi cubby Rere. “ Okeoke, nanti gue bilang Papa buat pindah tugas ke Indo. Lagian gue juga udah janji sama Reno buat jagain lo sejak dia... Pergi. ” suaranya hilang di akhir kalimat.

Rere tersenyum, “ Makasih banyak, Fer. ” ia mendekatkan dirinya pada Ferro lagi agar lebih nyaman. “ Biarin gue nginep disini selama tiga hari sampe lo mau balik ke London. ”

Ferro menghela napas tak berdaya, “ Terserah lo. ”

☆☆☆

Selama tiga hari Rere bolos sekolah. Dia menghabiskan waktu di hotel bersama Ferro sambil nonton film dan makan camilan. Tiap hari Ferro harus ke supermarket membeli makanan dan minuman ringan serta beberapa bahan masakan. Rere sebagai tamu juga tidak sopan, menghabiskan masakan Ferro juga camilan yang dibeli pria itu.

BALRESTA ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang