Maaf kalo updatenya kelamaan, lagi bingung nih mo nulis gimana sama lagi males nulis.
Happy reading...
.............................
Rere keluar dari kamar mandi dengan bathrobe dan handuk yang melilit tubuh serta kepalanya. Ia berjalan menuju tepi tempat tidur, bergegas mengeringkan rambut basahnya. Segera aroma segar krisan menguar kala ia melepas handuk di kepalanya. Rere meraih pengering rambut di laci nakas lalu mengeringkan rambutnya dengan santai.
“ Hmm... Malem ini Om sama Tante lagi kondangan, enaknya gue makan dimana ya... ” ia bergumam dan berpikir keras kemana dia akan pergi makan malam ini.
Tangannya meletakkan kembali hair dryer ke tempatnya semula, masih mengerutkan kening memikirkan tempat yang bagus. Ketika ia hendak melepas bathrobe, pintu kamar diketuk dari luar mengalihkan atensinya.
“ Siapa? ” tanya Rere malas padahal sebenarnya sudah bisa menebak siapa yang ada di depan kamarnya.
Benar saja, suara bariton yang dikenalnya mengalun dari balik pintu. “ Ini gue. ”
Rere membiarkannya. Mengganti bajunya segera dengan piyama beruang warna cokelat dan menyisir rambutnya. Setelah menyematkan jepit di rambut, Rere keluar.
“ Mau ngomong apa? Cepetan, gue mo keluar. ” ujar Rere tak sabar.
Leo menaikkan alisnya, “ Lo keluar pake piyama? ” tanya pria itu heran.
Rere mengerutkan kening kesal, “ Lo mau ngomong apa? Gausa bertele-tele! Lagian kenapa kalo gue keluar pake piyama? Masalah? Nggak ada hubungannya sama lo juga kali meskipun gue keluar pake tanktop. ” semburnya dengan wajah cemberut.
Leo menggeleng, “ Lo udah ada rencana malem ini? ”
“ Ya udahlah, kalo belom tadi lo kira gue ngomong apaan? ” sewotnya agak tak sabar dengan sepupunya ini.
Leo menghela napas, “ Kalo lo udah ada rencana gue nggak bakal ganggu lagi, deh. Gue pergi dulu ke acara temen gue. ” pamitnya sekaligus menjelaskan kemana akan pergi.
Rere mendengus jijik, “ Pergi ya pergi sana, ngapa pake ijin ke gue segala. Lo kira gue mak lo? ” tak menunggu respon Leo, Rere berbalik masuk kembali ke kamarnya dan menutup serta mengunci pintu.
Leo mematung di depan pintu kamar Rere. Menghembuskan napas menyesal sebelum pergi dari sana. Sementara itu, tanpa diketahui siapa pun, Rere masih bersandar di balik pintu. Tubuhnya luruh jatuh ke atas lantai dalam posisi berjongkok.
Rere menggigit bibir bawahnya kuat, “ Gue nggak bisa kasar sama orang, tapi gue cuma bisa ngejauh dari sepupu gue sendiri biar nggak perlu terluka sama kenyataan. ” ia bergumam pelan.
Jujur saja Rere sudah sangat lelah. Nyaris selama tiga bulan ini ia menghindari Leo seperti wabah agar ia tidak jadi semakin membenci satu-satunya sepupunya. Dia tidak ingin membalas atau memukul bahkan membunuh Leo meskipun ia sangat kecewa karena dari awal hanya digunakan sebagai bayangan pengganti wanita yang dia cintai.
Berbeda dengan Vino. Dari awal dia tau Vino menatapnya secara berbeda sebagai orang lain sehingga ia tak terlalu berharap. Dia hanya berminat menjadi partner sex dengannya sebelum benar-benar mendapat pacar. Yang artinya tidak berlaku selamanya. Lagipula mereka juga hanya melakukan itu saat benar-benar mendesak saja, bukannya setiap waktu melakukannya karena Rere bukan maniak seks.
Ting.
Notifikasi pesan mengalihkan perhatian Rere. Rere membaca pesan dan tertawa.
Vino
|Siap-siap, malem ini gue mo ngajak lo ke restoran Jepang
|Jangan salah kostum
|Ini reatoran tante gue
|Sebelum jam 06:45 pm harus udah ada di depan
KAMU SEDANG MEMBACA
BALRESTA ✔
RomanceKehidupannya sejak masih kecil hingga kedua orangtuanya meninggal selalu tanpa kasih sayang keluarga. Hanya Reno, teman masa kecil dan pacarnya yang membuatnya mampu bertahan. Tapi sayangnya Reno harus pergi ke tempat yang jauh, jauh sebelum kedua o...