Rere tersenyum menatap figura di depannya. “ Halo, Ren, aku mau balik nih. ” matanya merah karena terlampau sedih. “ Maaf ya aku nggak bisa lama disini karena sekarang kamu kan tau sendiri aku udah pindah sekolah ke Indo. ” ia menghirup oksigen sebanyak-banyaknya mencoba menghapus rasa sesak di dadanya. “ Kamu tenang aja, aku bakal jadi wanita yang kuat dan bisa meraih cita-citaku dengan usaha sendiri. Kamu lihat aku aja dari sana biar aku selalu ngerasa kamu ada di dekatku. ”
Rere merogoh tas kecilnya mengeluarkan liontin bentuk setengah hati, bangkit lalu meletakkannya di depan figura. “ Ini aku beli minggu lalu waktu ulang tahun kamu. Maaf baru ngasih karena aku baru inget tadi. ” Rere diam selama beberapa saat, “ Aku juga punya pasangannya, jadi simpan baik-baik ya, Ren. ” bibirnya melengkung membentuk senyum penuh kasih seolah ia tengah beetatapan langsung dengan mata gelap Reno.
Saat Rere melirik pintu ia melihat Ferro berdiri disana menunggunya. Rere menarik tatapannya menatap wajah tampan Reno, “ Oke, aku mau balik sekarang ya, see you, Reno! ” Ia bangkit mendekati Ferro.
“ Udah? ” Rere mengangguk lambat. “ Kalo gitu ayo, kita penerbangan jam tujuh. ”
“ Oke. ” untuk terakhir kalinya Rere melirik figura dimana wajah Reno terpampang dengan senyum jernihnya. Aku akan kembali secepatnya, Ren.
☆☆☆
Rere menghentikan langkah kakinya melihat Vino memblokir jalan di depannya. Ia menaikkan alisnya tak sabar.
“ Sesuatu? ” tanyanya dingin tanpa sadar karena suasana hati masih seburuk sejak harus berpisah lagi dengan Reno.
Vino maju selangkah mendekat membuat Rere tanpa sadar ikut mundur selangkah. Vino maju lagi, Rere mundur. Melihatnya terus mundur Vino mendengus.
“ Kemana aja lo nggak masuk empat hari? ” suara rendah Vino menimbulkan ilusi aneh seolah dia selingkuh.
Rere menggelengkan kepalanya lemah, “ Ke rumah pacar sama mertua gue. Udah, kan? Minggir. ” ia melangkah ke samping lalu berjalan melewati Vino yang terpaku di tempat.
Saat sadar Rere sudah berjalan di depan. Vino pura-pura tidak terpengaruh, mengikuti di sampingnya. Ia tersenyum kecil, “ Oh~ pantes lupa ke apartemen gue malming kenaren. ” ucapnya tidak melebih-lebihkan tapi sukses membuat Rere melupakan emosinya.
Rere menoleh, “ Eh? Gue belom ngasih tau lo? Yah... Maaf banget, Vin, waktu itu udah kemaleman banget pas balik dari rumahnya Leo mana inget ke rumah lo. Sorry, ya? ” mata besarnya berkedip dengan rasa bersalah.
Vino tanpa sadar mengangkat tangan membelai rambut Rere mesra, “ Um. Tapi nanti lo harus nebus buat janji waktu itu. ” nadanya sedikit lebih lembut. Entah hilang kemana emosinya selama lima hari terakhir karena Rere tidak menepati janjinya dan tidak memberitahu kalau akan pergi ke luar negeri.
Rere mengangguk semangat tersenyum cerah, “ YA!—— ” mendadak ia diam, telunjuknya diketuk-ketukkan ujung ke ujung satu sama lain, “ Tapi jangan berlebihan, ya, gue masih capek soalnya baru nyampe rumah kemaren sore. ”
Vino terkekeh, kilatan licik melintas di matanya, “ Oke, tapi kalo sedikit banyak boleh kan? ” Rere menatapnya ragu-ragu sejenak sebelum mengangguk kecil, “ Mm... ”
“ Kalo gitu ayo ke rooftop. ” Vino meraih lengan Rere tanpa menunggu tanggapan wanita itu langsung menariknya ke tangga.
“ Eh, eh, eh, ngapain ke rooftop? Nggak ke kelas? ” Rere berusaha mengikuti langkah Vino yang bersemangat.
Vino berdecak, memperlihatkan satu sisi wajahnya pada Rere, “ Kita seneng-seneng! ” wajah tampannya menyeringai licik.
“ Ah, iya-iya. Tapi pelan-pelan, dong! Kaki gue sakit ngikutin lo! ” Rere mengeluh sedih dengan bibir cemberut.
KAMU SEDANG MEMBACA
BALRESTA ✔
RomanceKehidupannya sejak masih kecil hingga kedua orangtuanya meninggal selalu tanpa kasih sayang keluarga. Hanya Reno, teman masa kecil dan pacarnya yang membuatnya mampu bertahan. Tapi sayangnya Reno harus pergi ke tempat yang jauh, jauh sebelum kedua o...