Kopi dan Milkshake

2.3K 82 2
                                    

Beberapa hari berlalu lagi. Kali ini tidak setenang satu bulan yang lalu. Vino sering membuntutinya kemana pun ia pergi. Kelas, taman, kantin, UKS, ruang guru, perpustakaan, bahkan toilet pun diikuti, hanya ketika pulang sekolah ia bisa lega karena pria itu tidak nekad mengikutinya ke rumah.

Rere mengecek jam tangannya, saat ini dia duduk di sebuah kafe menunggu Arthur yang katanya mau minta tolong dibantu memilihkan kado untuk sang mama. Tentu saja Rere tidak akan menolak, apalagi dengan iming-iming es krim satu kotak dan coklat. Lagipula dia juga sedang bosan di rumah, dan terlebih lagi ia yakin Vino tidak akan membuntutinya jika ada Arthur di sekitar. Sekalipun membuntuti kemungkinan kecil dia akan muncul di depannya. Meskipun dia tidak tau apa alasannya, intuisinya mengatakan seperti itu.

“ Hey, lama ya? Sorry gue telat. ” Arthur menarik kursi di depan Rere lalu duduk disana.

Rere menggeleng, “ Nggak lama, kok. ”

“ Nggak usah bohong. Kalo nggak lama, itu piring macaronnya siapa? ” tunjuk Arthur pada dua piring kosong di sebelah segelas milkshake coklat Rere.

Wajah Rere sontak memerah malu karena ketahuan ngibul. Ia mengipas-ngipas tangan di depan wajah.

“ Duh, udaranya panas banget, deh, Thur. Lo nggak mau mesen minum? ” tanyanya pura-pura tidak tahu apa-apa.

Arthur tersenyum geli, tidak membongkar aktingnya, malah mengangguk, “ Lo juga mau gue pesenin macaron baru? ”

Tangan Rere berhenti mengipas wajah lagi. Matanya berbinar menatap Arthur tapi mulutnya menolak, “ Nggak usah deh, tar gue gemuk. ”

“ Ohh gituu, oke. Mbak, ” Arthur melambai pada waitress yang segera datang karena melihat wajah tampannya.

“ Iya Pak mau pesan apa? ”

“ Kopi hitam sama macaron satu. ”

Mbak-mbak waitress mencatat lalu mengangguk, “ Sudah, itu saja, Pak? ” tanyanya lagi.

Arthur mengangguk.

“ Lo nggak papa sore-sore ngopi? ” Rere menatap Arthur penasaran.

Arthur mengangguk ringan, “ Sering malah. Lagian kan gue sering lembur jadi ya bukan hal aneh lagi kalo jam segini minum kopi. ”

Rere mengernyitkan alisnya tak setuju, “ Meskipun lembur kan harusnya lo nggak terlalu sering minum kopi. Nggak bagus loh kalau terlalu banyak mengkonsumsi kafein. ”

“ Ya mau gimana lagi, kalau gue nggak minum nanti kerjaan gue nggak selesai-selesai dan malah kewalahan di akhir. ” Arthur pura-pura memasang wajah sedih dan frustasi.

Rere mengerucutkan bibirnya, “ Umm... Kalo gitu minta tolong asisten lo aja. Apa gunanya punya asisten kalau nggak dipake? ” lemparnya langsung setelah berpikir sejenak.

Arthur menjentikkan jarinya, setuju, “ Oke, nanti gue minta bantuan asisten gue. ” ucapnya seolah memamerkan harta.

Rere merasa ada yang tidak beres dengan ucapan Arthur, namun ia sendiri tidak yakin jadi tidak lagi bertanya.

“ Permisi, Pak, Mbak, ” waitress yang tadi kembali, menata pesanan di depan Arthur, tidak lupa mengedip nakal pada pria itu sebelum pergi.

Rere terbahak. “ Ternyata ada juga yang naksir sama lo pada pandangan pertama hahahaha... Dikedipin tuh. ” gelaknya sampai air mata menetes di sudut matanya.

Arthur tersenyum tak berdaya, mendorong piring macaron ke Rere, “ Bantu gue makan ini, gue nggak terlalu suka makanan manis. ”

“ Eehhh?? Kalo nggak suka kok pesen? ” Rere menatap Arthur bodoh, melupakan tawanya.

BALRESTA ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang