Perfect Bastard

5.6K 101 1
                                    

Karena terlambat menghentikan kakinya Vino nyaris jatuh tersandung tubuh Rere jika saja kakinya tidak cepat menyeimbangkan pada detik terakhir. " Lo kok berenti gak bilang-bilang sih, Re-- " saat mendongak dia bertemu pandang dengan Leo, tatapannya jadi dingin. Dia melirik Rere lalu dengan baik menutup mulutnya.

Rere menatap Leo dingin. Tak ada senyum di wajahnya ketika melihat pria itu mendekatinya bahkan setelah dia ada tepat di depannya. Rere menghindari tangan Leo yang akan jatuh di atas kepalanya membuat tangan pria itu menggantung canggung di udara.

Leo mengepalkan tangannya di depan bibir dengan canggung, " Ekhm. Papa sama Mama pengen lo makan malam di rumah malam ini, mereka kangen katanya. " ucapnya lancar padahal dia sangat gugup meski tau akan menerima penolakan wanita itu lagi.

Rere memiringkan kepalanya, sebuah pikiran melintas cepat di kepalanya. " Oke. " setelah memberikan jawaban Rere melanjutkan langkahnya meninggalkan Leo yang membatu tak percaya di tempatnya.

" Kok lo terima ajakan makan malam keluarganya? " tanya Vino begitu duduk di mejanya.

Rere meletakkan tas di kursi lalu duduk, " Ada perlu sama Om dan Tante jadi daripada nanya duluan kan lebih baik manfaatin apa yang datang sendirinya. " ucapnya lugas tidak memperhatikan ekspresi Vino menjadi lebih santai setelah mendengar jawabannya.

" Oh. " sahut Vino berusaha berkata dengan datar menahan rasa bahagia yang entah sejak kapan meletup-letup di dadanya. Sudut bibirnya bahkan tak bisa menahan sedikit gemetar menahan senyum.

☆☆☆

Rere menggigit sendok yang disuapkan ke dalam mulutnya, lidahnya menjilati es krim di bawa sendok. Rasanya manis membuat wanita itu menatap pria yang menyuapinya dengan mata berbinar.

" Kenapa mata lo? Manis, kan? Suka? "

Rere melepas sendok di mulutnya, mengangguk dengan sungguh-sungguh, " Iya! "

Vino terkekeh, menyendok es krim lagi dan menyodorkannya di depan bibir Rere, " Kalo pun suka nggak boleh makan banyak-banyak, tar sakit gue yang disalahin. " nasihatnya perlahan, matanya melembut saat melihatnya makan suapan yang diberikan dirinya sendiri dengan patuh.

Rere menjilat sudut bibirnya sambil berkedip nakal pada Vino, " Tapi kalo tiap abis makan es krim gue ngelakuin itu kan nggak bakal ngerasa dingin lagi. " ujarnya berusaha protes.

Vino memperhatikan gerakan lidahnya lalu mengusap bibir merah lembut itu. Tak bisa menahan menggosoknya lembut. " Mm. Lo cuma diperbolehkan ngomong dan bertingkah kayak gitu di depan gue sama pacar atau suami lo kelak, yang nggak termasuk itu semua nggak boleh, sepupu juga nggak. " ia menatap mata Rere dalam,Ich nada ancaman tersembunyi dengan baik dalam suaranya.

Rere mengangguk kecil, " Gak lo gituin juga gue udah tau, kok. " ia melirik jam tangan yang melingkari pergelangan tangan Vino lalu mendesah.

" Ayo balik, gue masih harus mandi sama ganti baju dulu terus ke rumahnya Om sama Tante. "

Vino ikut melirik jam tangan lantas mengangguk. Bangkit dari bangku dan melambai pada pelayan untuk menyelesaikan pembayaran di tempat. Rere berdiri memperbaiki ransel di punggungnya. Setelah membayar mereka keluar dan langsung masuk ke mobil.

Langit sudah mulai berwarna oranye membuat Rere ingin bergegas. Sayangnya Vino tidak berpikir begitu. Dia menahan Rere di kursi yang direndahkan sandarannya. Sebelum Rere menghindar Vino menunduk mencium bibir ranum Rere. Vino memyesap bibir atas dan bawah Cella secara bergantian dengan menggoda. Perlahan Rere terbuai dan mengalungkan kedua lengannya di sekeliling leher Vino.

Vino menahan kepala Rere semakin dekat ke arahnya dan menikmati bibir manisnya dengan nyaman. Setelah puas memakan bibirnya, Vino memundurkan kepalanya menatap wajah cantik Rere. " Nanti gue tunggu di apartemen. " Wajah Rere memerah dan tampak masih linglung karena ciuman barusan. Kepalanya mengangguk diluar kendalinya membuat Vino terkekeh puas.

BALRESTA ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang