"Lo kenapa?"Itu adalah kalimat pertama yang keluar dari bibir Mira setelah beberapa menit dia dan Oniel hanya terdiam sembari duduk berhadapan di lantai.
Oniel menggeleng pelan, di kedua pipi gadis itu masih terlihat bekas-bekas air mata yang mulai mengering.
Mendengar itu, Mira memilih untuk kembali diam, tidak lagi menanyai gadis itu lagi.
Dia dan Oniel sudah saling mengenal semenjak mereka sama-sama bergabung di ekstrakulikuler basket. Meskipun sudah saling mengenal hampir tiga tahun lamanya, tapi tetap saja Mira merasa tidak begitu dekat dengan gadis itu. Pertemanan mereka hanya sekedar bertegur sapa dan mengobrol jika ada yang penting saja.
Setelah tenang, Oniel mengangkat kepalanya menjadi tegak kemudian menatap Mira yang juga sedang menatap ke arahnya. Gadis itu mengigit bibir bawahnya, terlihat ragu untuk mengatakan sesuatu, dan Mira menyadari itu.
"Gapapa cerita aja."
Oniel menarik napas panjang kemudian menghembuskannya. "Gue bingung harus cerita ke siapa, tapi gue gak bisa kalo terus-terusan nyimpen ini sendirian."
"Lo bisa cerita ke gue."
Dia menatap Mira yang juga tengah menatap ke arahnya dengan tatapan serius, lalu kembali menunduk. "Gue capek lihat bokap nyokap gue berantem terus. Gue udah capek sama tugas-tugas sekolah, ditambah tiap hari gue selalu denger mereka adu mulut, saling gak mau kalah. Gue gak tahan kalo terus-terusan begini, Mir."
Tanpa dikomando air mata gadis itu kembali turun, membuat ruang basket ini kembali dihiasi suara isak tangis.
Tangan Mira terangkat, dengan perlahan dia mengusap-usap lengan gadis itu. Dia merasa ikut sedih mendengar cerita dan tangisan Oniel yang terdengar pilu. Tapi Mira tidak mengeluarkan suaranya sama sekali, dia membiarkan Oniel menangis terlebih dahulu, karena dia yakin gadis itu masih butuh waktu untuk menenangkan diri.
"Gue bisa bantu apa buat lo?" tanya Mira setelah Oniel terlihat mulai tenang.
Gadis itu menoleh kemudian tersenyum sembari menggeleng. "Gak usah, gue bisa nyelesein sendiri kok. Tapi—"
Oniel menggantungkan ucapannya kemudian menatap Mira lebih dalam. "Sekarang yang tau masalah gue cuman lo, Mir. Gue tau kalo kita gak begitu deket, tapi setelah ini gue pengen kita bisa jadi lebih deket lagi, ya. Gue gak butuh bantuan lo, tapi gue butuh lo buat nemenin gue."
Mira hanya menatap gadis itu selama beberapa detik, sebelum kemudian mengangguk beberapa kali. "Oke, gue bakal nemenin lo."
Dan seketika senyuman terpatri di wajah Oniel, gadis itu seperti telah mendapat secercah cahaya yang mungkin bisa membuatnya tidak merasa tertekan lagi.
"Makasih, Mir."
KAMU SEDANG MEMBACA
Akrasia | Chika-Mira [END]
FanfictionTiga bulan berlalu, dan Mira baru sadar kalau Chika itu ternyata cemburuan banget. Tiga bulan berlalu, dan Chika baru sadar kalau Mira itu ternyata posesif banget. Sequel of Untitled | Chika-Mira CERITA INI HANYA KARANGAN DAN FIKSI SEMATA. JADI TOLO...