Part 24

2.4K 308 71
                                        

Tok

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Tok

Tok

Tok

"Chika? Please buka pintunya!"

Tok

Tok

Tok

"Chik—"

Mira menghentikan ucapannya kemudian terkesiap, tapi detik berikutnya dia mendesah kecewa ketika yang membuka pintu bukanlah Chika, melainkan Bi Ani yang sedang menatapnya kebingungan.

"Iya, kenapa Mbak?"

"Chika-nya ada, Bi?"

"Non Chika udah keluar dari tadi siang."

"Dia belum pulang sama sekali?"

"Belum, saya gak lihat Non Chika pulang."

Helaan napas berat Mira keluar, dia terdiam sejenak lalu mengangguk kecil pada Bi Ani yang masih menatapnya heran. "Ya udah, makasih, Bi."

Sesudah Bi Ani menjawab dengan anggukan, dia lalu berbalik dan berjalan kembali ke dalam mobil. Setelah dari mall, Mira langsung menginjak pedal mobilnya menuju rumah Chika, tapi sayangnya gadis itu ternyata tidak pulang ke rumah. Dan Mira sekarang kebingungan ke mana gadis itu pergi.

Dia membuka pintu mobil lalu duduk di balik kemudi. Kembali Mira menarik napas dalam lalu membuangnya. Tentu saja dia khawatir, karena sejak tadi Chika tidak mengangkat satu pun panggilan teleponnya, pesan-pesan yang Mira kirim pun juga diabaikan begitu saja.

Kepalanya terasa pening, pipinya yang baru saja mendapat tamparan keras dari Vivi pun juga masih terasa perih dan panas. Tapi dibanding rasa sakit yang dia rasakan di pipi, rasa sesak di dadanya jauh lebih besar.

Mira sedari tadi masih berusaha untuk tetap tenang, tapi tetap saja dia merasa takut. Apalagi tadi Chika benar-benar mengucapkan kalimat yang sangat dia benci. Kalimat yang bisa membuat hubungan mereka berhenti saat itu juga.

Ucapan Chika tadi masih terngiang-ngiang di otak Mira. Membuat air mata yang sedari tadi dia tahan, kini ingin keluar dari pelupuk matanya. Dia tau dia salah, tapi Mira tidak menyangka kalau Chika sampai memutuskan hubungan mereka seperti ini.

"Anjing."

Kata-kata umpatan itu lagi-lagi keluar dari bibir gadis itu, dia lalu menenggelamkan wajah di antara kedua tangannya yang terlipat di atas setir mobil. Perlahan suara isakan Mira terdengar, air mata itu akhirnya tidak bisa dia tahan lagi. Dia sadar mungkin selama ini dia telah kelewatan.

Satu kebohongan yang pernah dia ucapkan dulu justru menjadi langkah awal dari kebohongan-kebohongan selanjutnya. Mira terlalu fokus pada orang lain hingga dia tanpa sadar malah melupakan pacarnya sendiri.

Niat awalnya memang baik, dia ingin menolong dan membuat Oniel agar tidak merasa sendirian dalam menghadapi masalahnya. Tapi sekarang niat baik itu justru malah membuatnya terjerumus ke dalam masalah lain.

Akrasia | Chika-Mira [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang