Tiga bulan berlalu, dan Mira baru sadar kalau Chika itu ternyata cemburuan banget.
Tiga bulan berlalu, dan Chika baru sadar kalau Mira itu ternyata posesif banget.
Sequel of Untitled | Chika-Mira
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"ANJIR TELAT!"
Chika buru-buru berlari menuju kamar mandi. Hari ini adalah hari pertama masuk semester 2 setelah dua minggu sekolah libur tengah semester.
Semalam dia baru saja menonton drama korea yang membuatnya tertidur pukul dua pagi, dan sekarang Chika baru bangun pukul setengah tujuh pagi. Itu artinya tiga puluh menit lagi bel masuk akan berbunyi.
Sepuluh menit kemudian dia keluar dari dalam kamar mandi dengan hanya memakai handuk yang melilit tubuhnya, dengan segera gadis itu memakai seragam putih abu-abu dan berjalan menuju cermin besar yang menempel di dekat lemari. Menatap pantulan dirinya sendiri yang masih sama seperti biasanya.
Setelah memoles wajahnya dengan bedak dan lip balm tipis, Chika segera mengambil tas, dasi, serta kaos kaki. Untung saja setiap malam sebelum tidur dia selalu menyiapkan buku-buku pelajaran, jadi Chika tidak perlu membuang-buang waktu lagi untuk mencari buku-buku yang akan digunakan hari ini.
Sembari memakai dasi, Chika berjalan menuruni tangan dengan langkah tergesa-gesa. Dia melewati Bi Ani yang sedang menyapu di dekat tangga begitu saja menuju ruang tamu.
"Eh Non, gak sarapan dulu?"
Itu teriakan Bi Ani yang terdengar di telinga Chika, tanpa menoleh Chika hanya mengangkat tangan kanannya. "Enggak, Bi. Udah telat!"
Sebelum benar-benar keluar, Chika terlebih dahulu mengambil sepasang sepatu sekolahnya yang berada di tempat sepatu di dekat pintu. Setelah itu dia kembali berjalan cepat menghampiri Pak Jono yang sedang asik meminum kopi hitam dengan bersenandung kecil.
"Pak Jono ayo berangkat!"
Uhuk!
Air panas berwarna hitam itu langsung menyembur keluar dari mulut Pak Jono, dia kaget dengan teriakan Chika yang tiba-tiba sudah berada di sampingnya. Kadang anak majikannya ini memang seperti hantu, tiba-tiba muncul tiba-tiba hilang begitu saja.
"Eh, aduh, maaf, Pak."
Chika mengangkat tangan di depan dada dengan sedikit menunduk tidak enak.
"Eh, iya, gapapa, Non."
Pak Jono buru-buru berdiri, kemudian menaruh gelas kopinya yang tinggal seperempat ke atas meja.
"Berangkat sekarang, Non?"
Chika mengangguk cepat. "Iya, Pak. Ini udah telat banget."
Dia kembali menunduk, melihat jam tangannya yang sudah menunjukkan pukul tujuh kurang sepuluh menit.
Pak Jono yang mendengar itu langsung berjalan memasuki mobil yang sedang dipanasi. Chika juga mengikuti dari belakang.